89
pokok dan fungsi sebagai karyawan dan guru. Sebagai karyawan pimpinan perempuan dan kepala sekolah dalam pengambilan keputusan juga dengan perasaan sebagai
perempuan,namun tetap sesuai dengan koridornya. Sejauh ini masih baik-baik sajar namun,kondisi seperti guru honor bos yang masih jauh dari harapan merupakan beberapa
hal yang menjadi perhatian untuk bagian pendidikan. Karena keluarga masih ada yang tinggal di Tebing Tinggi,jadi mengharuskan dirinya setiap libur akhir pekan dan masa
libur untuk berkunjung dan pulang kerumah keluarganya. Dirinya sangat mencintai pekerjaannya dan dunia pendidikan. Walau ada jadwal libur sekolah sesuai dengan dinas
pendidikan,sebagai karyawan juga hadir kesekolah sekedar memeriksa beberapa keadaan sekolah. Walau dia seorang kepala sekolah SMP Yapendak namun, dia tidak bisa
menanggung siapapun,karena dirinya perempuan jadi harus menangung dirinya sendiri. Jadi, dia ada dua sistem yang ada di SMP Yapendak yaitu sistem dari dinas
pendidikannya sendiri dan sistem dari PT. Perkebunan Nusantara IV persero Unit Usaha Tinjowan,termasuk tenaga pengajar atau guru juga terbagi atas guru yang
sekaligus karyawan perkebunan dan guru honor baik perusahaan dan honor BOS.
4.3 Eksistensi Karyawan Perempuan di PT Perkebunan Nusantara IV Persero
Unit Usaha Tinjowan.
Adapun status sebagai karyawan disini adalah pekerja tetap yang hubungan dan syarat-syarat kerjanya diatur dalam PKB ini serta mempunyai Nomor Induk Karyawan
NIK baik untuk karyawan laki-laki dan perempuan. Untuk melihat bagaimana eksistensi karyawan perempuan di Unit Usaha Tinjowan, maka peneliti memiliki
beberapa indikator yang dilihat antara lain :
Universitas Sumatera Utara
90
1. Lamanya bekerja karyawan perempuan dari 10 sampai 15 tahun dan atau lebih
bekerja menjadi sudah ada yang pernah mendapatkan jubelium masa kerja 25 dan 30 tahun.
2. Peraturan kerja Perempuan dalam Perjanjian Kerja Bersama
3. Penghargaan yang pernah didapat waktu bekerja
4. Kedisiplinan saat bekerja
5. Kesesuaian posisi jabatan dan jenis pekerjaan
6. Hak dan kewajiban
Lima indikator diatas menjadi patokan dalam interpretasi data penlitian dari penuturan informan penelitian mengenai eksistensi karyawan perempuan di PT.
Perkebunan Nusantara IV Persero Unit Usaha Tinjowan.
4.3.1 Karyawan Perempuan Dalam Perjanjian Kerja Bersaama PKB.
Adapun Karyawan Perempuan dalam Perjanjian Kerja Bersama mengatur dan berisi peraturan diantaranya sebagai berikut :
Karyawan adalah pekerja tetap yang hubungan dan syarat-syarat kerjanya diatur dalam PKB ini serta mempunyai Nomor Induk Karyawan NIK. Karyawan perempuan
dapat dipekerjakan malam hari sampai jam 22.00 dan setelah jam 22.00 sampai jam 05.00 pagi hanya dapat dipekerjakan setelah ada izin dispensasi dari DISNAKERTRANS dan
pemberitahuan terlebih dahulu secara tertulis kepada Basis SPBUN dimana karyawan tersebut melakukan pekerjaan.
Namun,selama ini di Unit Usaha Tinjowan karyawan perempuan tidak pernah bekerja dimalam hari. Apalagi untuk pekerjaan yang memiliki shift kerja siang dan
Universitas Sumatera Utara
91
malam,seperti bagian pabrik dan pengamanan dilapangan,tidak ada karyawan perempuan dibagian tersebut. Jika adapun terkecuali karyawan perempuan yang bekerja dibagian
kantor untuk menyelesaikan lembur pekerjaannya jika ada audit pekerjaan dan laporan akhir bulanan,mereka menyelesaikan pekerjaannya sampai atau dimalam hari.
4.3.2 Pasal 43 Karyawan Perempuan sebagai Kepala Keluarga
Ayat 1 Seorang karyawan perempuan diperlakukan sebagai kepala keluarga apabila :
a. Yang bersangkutan berstatus janda karena suaminya meninggal dunia dan
mempunyai tanggungan anak. b.
Suami tidak mampu mencari nafkah akibat keadaan jasmani dan atau rohani, hl ini harus dibuktikan dengan surat keterangan dokter perusahaan dan surat
keterangan tidak berpenghasilan dari pejabat pemerintah setempat. c.
Yang bersangkutan berstatus janda karena perceraian dan berdasarkan putusan pengadilan anaknya menjadi tanggungan.
Ayat 2 Karyawan perempuan yang bersattus sebagai kepala keluarga menerima gaji poko,tunjangan,santunan sosial dan penerimaan-penerimaan yang berlaku bagi
karyawan dengan status kawin. Ayat 3 Ketentuan pada ayat 1 a dan c dan ayat 2 pasal ini akan gugur dengan
sendirinya bila yang bersangkutan menikah lagi. Hal ini ditambahkan oleh bapak Pardomuan S. 49 tahun Selaku ketua SPBUN Basis
Tinjowan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
92
“...apabila suami tidak mampu bekerja dan cacat,ada beberapa pengalihan tanggungan jika suami meninggal dunia
tanggungan dialihkan keistri,dengan status suami-istri bekerja sebagai karyawan.”
Gaji pokok para karyawan perempuan dan laki-laki disesuaikan dengan golongan yang diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama. Karyawan perempuan menjadi pilihan
pekerjaan sebagai perempuan dan seorang istri dari suami yang bekerja sebagai karyawan maupun tidak. Mereka bekerja dengan maksimal,karena perlindungan terhadap karyawan
perempuan telah diberikan termasuk hak dan kewajibannya sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan dalam PKB tersebut. Dengan demikian para karyawan perempuan berusaha
untuk bagaimana bertanggung jawab akan pekerjaan yang telah menjadi pilihannya. Di Unit Usaha Tinjowan sendiri,untuk masalah dalam kesalahan kerja masih
minim terjadinya,karena para karyawan tahu bahwa sekarang ini mereka harus tetap mensyukuri pekerjaan menjadi karyawan apalagi sekarang ini untuk menjadi seorang
karyawan sungguh tidaklah mudah. Seleksi demi seleksi,dan tahapan demi tahapan dari bawah harus dijalani. Misalnya karyawan laki-laki,semua dulu dari bawah dari
dilapangan bekerja sebagai pemanen buah sawit hingga mereka mengalami mobilitas sosial horizontal ke tempat laing,yang mungkin tempat kerja karyawan yang sekarang
lebih enak dari sebelumnya. Seperti dari lapangan kekantor semua karyawan menginginkannya. Naik keposisi yang lebi enak lagi posisi kerjanya. Hal ini kemudian
menjadi alasan karyawan untuk bekerja dengan giat sesuai dengan tugas pokok dan fungsi mereka dalam bagian pekerjaan mereka masing-masing di Unit Usaha Tinjowan.
SPBUN juga telah memberikan semua hak-hak terkait perlindungan yang mendasar untuk para karyawan yang telah diutarakan dalam Perjanjian Kerja Bersama tersebut.
Dengan demikian para karyawan harus mematuhinya.
Universitas Sumatera Utara
93
4.3.3 Penghargaan Terhadap Karyawan Perempuan.
Adapan dalam penelitian ini terlihat bahwa untuk batas usia pensiun karyawan untuk karyawan pelaksana golongan IA sampai IID umur 55 tahun dan untuk karyawan
pimpinan golongan IIIA sampai IVD umur 56 tahun dengan lama masa kerja setiap karyawan perempuan dan laki-laki yang berbeda-beda. Penghargaan masa kerja
pengabdian dalam hal ini Jubelium masa kerja 25 tahun, 30 tahun dan 35 tahun. Selain masa kerja juga ada penghargaan lain yang didapat oleh karyawan perempuan.
Menurut Ibu Jemina boru Samosir 54, “penghargaannya gak cuma jubelium aja nak,ada penilaian
lain yang didapat seperti ibu pernah mendapatkan penghargaan guru TK Teladan tahun 1987dan Ratu kebaya juara 1 tahun 1993
dan juara 2 untuk tingkat kabupaten. Jadi kita sambil kerja juga penilaian lainnya ditengok sama pimpinan kita,yang penting tidak
mengganggu fokus kerja kita nak.” wawancara dikantor SDM,Jum’at 16 mei 2014,10.00 WIB
Dari penuturan Ibu Jemina diatas merupakan beberapa bentuk atau hal yang terkait penghargaan dari penilaian-penilaian yang didapat oleh karyawan perempuan saat
bekerja. Penghargaan seperti guru teladan,mandor terbaik dan beberapa pengharagaan lain menjadi kepuasan tersendiri untuk para informan agar semangat dalam bekerja tanpa
mengindahkan kedisiplinan,berarti sambil bekerja juga bisa berprestasi. Karyawan perempuan dan laki-laki dapat kesempatan yang sama untuk meraih prestasi atau
pekerjaan baik dibidang pekerjaannya atau dalam hal penilaian sikap atau attitude saat bekerja. Misal penghargaan untuk guru teladan diterapkan untuk guru karyawan
perempuan dan laki-laki yang dibidang pekerjaan pendidik baik,dan kebetulan untuk di sekolah TK gurunya perempuan. Untuk karyawan laki-laki dilapangan misalnya
mendapat penghargaan sebagai mandor terbaik dilapangan.
Universitas Sumatera Utara
94
Menjalin hubungan baik juga menjadi penilian tersendiri pimpinan kepada karyawan laki-laki dan perempuan dalam hal karir karyawan tersebut. Misalnya penilaian
untuk promosi jabatan yang diambil oleh pimpinan sesuai dengan rekomendasi penilaian pribadi sang pimpinan. Menurut bapak Suparman 59th, orang yang pernah menjadi
karyawan atau pensiunan karyawan : “pendekatan dengan pimpinan secara internal juga bisa jadi upaya
nak untuk karir jadi karyawan untuk naik pangkat,yah persaingan secara sehat kan tidak salah jika kita menjalin hubungan dan
pendekatan yang baik sama pimpinan kita.” kediaman beliau,rabu 14 mei 2014,20.00 WIB
Karyawan perempuan dan laki-laki sama dalam kesempatan tersebut tidak ada perbedaan untuk mendapatkan penilaian dari pimpinan dalam kepentingan naik posisi
jabatan dan karir karyawan maka baik karyawan perempuan dan karyawan laki-laki harus tetap menjaga attitude yang baik saat bekerja. Agar dinilai oleh pimpinan ada nilai
tersendiri baginya. Hal-hal tersebut dilakukan bila adanya kesempatan untuk naik posisi jabatan ke yang lebih baik lagi. Selain memang ada kriteria khusus dalam penilaian
seperti pendidikan, hal-hal kecil lainnya seperti sikap dan perilaku dalam bekerja juga bisa menjadi rekomendasi bagi pimpinan dalam hal melakukan penilian kepada
karyawan. Seperti yang dituturkan ibu Sri Rezeki Boru Sinaga 49tahun : “selain memang lagi ada kesempatannya dek,selain itu
punya pendidikan. Umur kita,kemampuan dan skill kita juga biasanya dinilai menjadi rekomendasi para pimpinan untuk kita
bisa naik. Misalnya dek,semua orang juga ngarep bisa naik tapi rupanya umurnya udah gak bisa udah gitu pendidikan juga gak
ada jadi kesmepatannya sia-sia dek. Kalo dibilang pengen yah pengennlah naik.” dilapangan Afd. IV,rabu 21 Mei 2014,11.00
WIB
Universitas Sumatera Utara
95
4.3.4 Kedisiplinan Kerja Karyawan Perempuan
Adapaun kedisiplinan saat bekerja karyawan yang terkait dan termasuk juga hak dan kewajiban para karyawan laki-laki dan perempuan,karyawan pelaksana dan pimpinan
lebih banyak diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama per periode untuk disepakati dan dilaksanakan bersama antara karyawan baik perempuan dan laki-laki,karyawan pimpinan
dan karyawan pelaksana, perusahaan PT. Perkebunan Nusantara IV Persero dan SPBUN Serikat Pekerja perkeBUNan untuk kepentingan kemajuan perusahaan dan tidak ada
yang dirugikan dalam hal pelaksaan kerja,hak,kewajiban dan tanggung jawab masing- masing karyawan. Misalnya untuk jam kerja kantor para karyawan yaitu, masuk pagi jam
06.30 pagi, istirahat wolon jam 09.30 sampai 10.30 selama satu jam, dan pulang kerja normal jam 15.00 Wib sore diluar jam lembur kerja. Setiap hari kerja dari senin sampai
sabtu kecuali hari libur. Untuk pakaian atau seragam karyawan perempuan dan laki- laki,karyawan pelaksana dan pimpinan sesuai dengan peraturan yang diberlakukan.
Seperti yang diungkapkan bapak Mirvan Ariza 28th,selaku asisten SDM dan Umum Unit Usaha Tinjowan :
“sesuai surat edaran pakaian untuk karyawan yaitu senin dan rabu baju atau kemeja putih dan celana berwarna gelap atau hitam,untuk selasa
dan kamis pakaian dinas harian pdh yang berwarna coklat seragam yang juga dapat dibagi ke karyawan berupa bakal baju,dan untuk hari jum’at
batik dan hari sabtu bebas dan rapi,itu untuk pakaian. Kalo jam kerja hari jum’at sampai jam 12.00 siang jam kantor dan hari sabtu sampai jam 13.00
WIB siang. Kalo senin sampai kamis jam kerja kantor sampai jam 15.00 WIB”
Hal ini juga ditambahkan oleh ibu Emna,bahwasannya kedisiplinan kerja :
“...semua karyawan harus patuh nak,gak yg perempuan dan laki- laki,tapi disini kayaknya semua baik-baik gak banyak yang macem-
macem,karena kalopun mereka membuat kesalahan atau bertingkah kan resikonya juga ada,jadi mereka harus disiplin kuncinya,masalah
sergam,jam kerja,dan yang lain mereka juga tahu untuk dikerjakan peraturannya.”
Universitas Sumatera Utara
96
Kedisiplinan kerja,hak dan kewajiban para karyawan secara umum terkait jam
kerja dan kewajiban yang harus dipatuhi dan dilaksanakan misalnya kedisiplinan waktu bekerja,hak karyawan terkait dengan sistem penggajian yang disesuaikan golongan
karyawan dan fasilitas seperti rumah,dan pelayanan kesehatan dan pendidikan,tunjangan karyawan dan hak-hak karyawan lainnya yang sudah diatur dalam PKB. Hal lainnya
mengenai pakaian atau seragam,jam kerja karyawan sudah diatur melalui surat edaran dan sudah menjadi peraturan yang harus disepakati untuk dilaksanakan bersama oleh
karyawan perempuan dan laki-laki,karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana untuk baik pekerjaan bagian kantor dan dilapangan di Unit Usaha Tinjowan.
4.3.5 Kesesuaian Posisi Jabatan Dan Jenis Pekerjaan Karyawan.
Peneliti membagi jenis pekerjaan menjadi dua yaitu, Feminim dan Maskulin. Namun,tidak bermaksud membaginya secara jenis kelamin. Karena di Unit Usaha
Tinjowan bisa saja pekerjaan yang biasa dilakukan dan diperuntukan untuk perempuan seperti bagian administrasi bisa dikerjakan oleh orang laki-laki,dan misalnya pekerjaan
dilapangan yang biasanya dikerjakan oleh orang laki-laki ada yang mandor dilapangan adalah orang perempuan. Kesusaian posisi jabatan kerja karyawan dan jenis pekerjaan
disesuaikan dengan kemampuan pendidikan dan keahlian,umur dan kesempatan karir yang biasanya menjadi rekomendasi dalam penilaian setiap karyawan pelaksana
perempuan dan laki-laki yang dilakukan karyawan pimpinan untuk kesempatan karir setiap karyawan. Menurut penuturan bapak assisten SDM dan Umum Unit Usaha
Tinjowan untuk penerimaan karyawan juga sifatnya terbuka untuk karyawan perempuan dan laki-laki. Berikut penuturannya :
Universitas Sumatera Utara
97
“untuk sistem perekrutan kita terbuka untuk semua jenis kelamin. Misalnya tamatan SMA untuk laki-laki bisa jadi BHL dahulu,kemudian
tamatan S1 untuk direkomendasikan ke kantor pusat untuk menjatuhkan lamaran menjadi karyawan pimpinan. Intinya terbuka untuk semua jenis
kelamin dan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Seperti keahliannya dibidang komputer dan keteknikan STM atau SMK.”
Mirvan Ariza,28 tahun
Namun, semua penerimaan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan dan untuk laki-laki tamatan SMA minimal bisa menjadi BHL buruh harian lepas dilapangan untuk
pekerjaan memanen dan umur minimal 18 tahun dan maksimal 35 tahun. Untuk perempuan yang memiliki ijazah S1 bisa direkomendasikan untuk melamar ke kantor
Pusat PT. Perkebunana Nusantara IV persero di Medan. Ditambahkan oleh bapak Pardomuan Sembiring 49 tahun selaku Ketua SPBun basis
Tinjowan : “semenjak tahun 1996 penerimaan untuk karyawan perempuan
terakhir tidak ada untuk karyawan pelaksana dikebon ini. Sebagian tenaga wanita didatangkan dari pemutasian kebun lain akibat
konversi tanaman misalnya dari coklat ke tanaman kelapa sawit jadi sebagian besar ditempatkan disini karena kebutuhan tenaga
dilapangan pada waktu itu.”
Ditambahkan oleh ibu Juliana ambarita,bahwasannya: ‘...kalo saya memang sesuai,walaupun dulu masih
dilapangan kan saya juga belajar mengenai Ilmu pengetahuan alam,jadi tidak susah untuk diaplikan kepekerjaan saya dek yang
sekarang. Kalo sekarang sayanng tinggal meuangkannnya dalam pengajaran. Jadi sesuailah dasar pendidikan saya sama pekerjaan
saya yang sekarang”.
Adapun penyesuaikan jenis pekerjaan karyawan sesuai dengan feminin dan maskulin bukan sekedar melihatnya dari jenis kelamin laki-laki atau perempuan,sebagai
berikut : untuk pekerjaan dibidang administrasi,tata usaha,keuangan dan guru yang
Universitas Sumatera Utara
98
bekerja diruang kantor bagian dikategorikan sebagai jenis pekerjaan Feminim,dan semua pekerjaan karyawan dilapangan dikategorikan pekerjaan Maskulin.
Selama ini anggapan bahwa perempuan hanya bisa bekerja didalam rumah atau wilayah domestik,setelah mereka masuk kedunia pekerjaan diperkebunan mereka juga
bisa bekerja di lapangan melakukan pekerjaan maskulin seperti yang biasa dilakukan laki-laki,selain ini perempuan juga perpanjangan tangan dari pekerjaan domestik seperti
merawat dan bagian administrasi dikantor yang lebih feminim. Dalam hal ini karyawan perempuan bekerja baik secara feminim seperti karyawan dibagian administrasi,perawat
kesehatan di rumah sakit dan tenaga pengajar di SMP Yapendak,selain itu pekerjaan maskulin karyawan perempuan lakukan untuk mereka yang bekerja di bagian lapangan di
afdeling-afdeling Unit Usaha Tinjowan. Kemudian para karyawan laki-laki juga bekerja secara feminim untuk mereka
yang bekerja menjadi karyawan dibagian administrasi di kantor,karyawan laki-laki juga mengerjakan pekerjaan seperti dilakukan perempuan yang mengurusi bagian pengarsipan
dan atau administrasi. Jadi tidak ada masalah pendominasian walaupun jumlah karyawan yang berjenis kelamin laki-laki pun lebih banyak jumlahnya dari pada karyawan
perempuan. Dan hal tersebut,tidak menjadi permasalahan dan karyawan perempuan juga mensyukuri pekerjaan walaupun pekerjaan mereka dilapangan,pekerjaan yang biasa
dilakukan laki-laki. Ibu Chandra Utami mengtakan bahwa: “kami menyukuri kami udah bisa jadi karyawan,karena
sekarang mau menjadi karyawan susah dek. Apalagi saingan yang ketat. Kalau dulu memang kekurangan dan dibutuhkan banyak, jadi
apa yang jadi sekarang kami syukuri dan nikmati jadi karyawan di Kebun Tinjowan ini.” Wawancara di SMP yapendak
Kemudian ditambahkan oleh bapak Supian ;
Universitas Sumatera Utara
99
“disini karyawan semua pasti mensyukuri mereka udah jadi karyawan,yang saya dulu tetap dari bawah saya dilapangan
beberapa tahun kerja memanen sawit,dan sampai sekarang saya bekerja dikantor. Memang dulu susah dan sekarrang dinikmatilah
pekerjaan. Sama saja,kan kita kerja tidak selamanya enak bang,apalagi kerja dikebun jadi karyawan semua orang pasti
menginginkannya.kalopun sekarang susah masuknya.”
4.3.6 Loyalitas Kerja Karyawan Perempuan
Adapun Loyalitas kerja karyawan bisa dapat dikatakan baik dilihat dari minimnya kesalahan yang terjadi dan dilakukan karyawan saat bekerja. Tanggung jawab akan resiko
masih dipegang teguh sama para karyawan perempuan dan laki-laki,pelaksana dan pimpinan setiap melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan proporsinya masing-masing.
Kalau adapun kesalahan tapi dalam bentuk kecil dan resikonya pun kecil,dan tidak begitu menimbulkan kerugian yanng berari bagi perusahaan. Namun demikian para karyawan
tetap bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab agar loyalitas bekerjanya pun meningkat. Hal lain terkait loyalitas kerja karena patokan upah atau gaji para karyawan
berdasarkan golongan,jadi walau bagaimanapun itu otomatis terjadi pada para karyawan namun agar kenaikan tersebut dapat berjalan mulus dan sesuai dengan target pencapaian
maka para karyawan harus bekerja dengan maksimal dan sebaik-baiknya. Seperti yang diungkapkan oleh bapak Mirvan Ariza 28 tahun selaku assisten
SDM dan Umum Unit Usaha Tinjowan,sebagai berikut : “...kalo karyawan diunit usaha Tinjowan ini,bisa dikatakan baik
loyalitas bekerjanya dari pada jika harus dibandingkan dengan unit usaha lainnya..”
Universitas Sumatera Utara
100
Dengan demikian para karyawan di Unit Usaha Tinjowan bekerja sesuai dengan bidang pekerjaannya,baik perempuan dan laki-laki dan sudah diatur perbagian kerjanya
tersebut. Misalnya,pada bagian SDM dan Umum ada beberapa bidang pekerjaan,bagian tenaga kerja dan tanggungan,koordinasi surat menyurat keluar dan amsuk setiap
hari,membuat laporan iuran jamsostek dan dapenbum,penggajian,pengarsipan,dan pekerjaan SDM dan Umum lainnya.
Hanya bagian kerja dilapangan yang sedikit terlihat kontras untuk pekerjaan laki- laki dan perempuan,misalnya untuk karyawan perempuan tidak untuk pekerjaan fisik
seperti memanen hanya untuk pekerjaan pemeliharaan tanaman. Kalau dibagian kantor dan administrasi pekerjaan karyawan perempuan dan laki-laki sama yaitu berhubungan
dengan pengarsipan,adiministrasi dan tata usaha. Untuk dipabrik tidak ada pekerja karyawan perempuan,dan karyawan perempuan tidak dipekerjakan untuk malam hari lain
hal kerja tambahan seperti lembur. Seperti yang diuangkapkan oleh bapak Pardomuan S. 49 tahun Selaku ketua SPBUN Basis Tinjowan dan Mandor 1 di afdeling IV,sebagai
berikut : “...kebetulan dan biasanya kalo perempuan itu kerjanya
dibagian kantor dan kalo pun dilapangan dia dibagian pemeliharaan tanaman biasanya...”
Untuk perbedaan lainnya dalam hal tanggungan,bahwa perempuan tidak dapat menanggung dia hanya menanggung dirinya sendiri untuk karyawan perempuan. Ada
syarat dan ketentuan yangg diberlakukan perusahaan untuk karyawan perempuan yang dapat menanggung,dengan alasan pokok seperti suami cacat tidak bisa bekerja dan
adanya surat keterangan dari pemerintahan setempat. Namun selama ini,hanya baru
Universitas Sumatera Utara
101
beberapa karyawan perempuan yang seperti itu,dan kebetulan karyawan disini suami-istri ada yang bekerja jadi karyawan istilahnya dua batu. Hal tersebut menentukan bahwa jika
suami-istri bekerja menjadi karyawan,suami menanggung anak dan istrinya menanggung dirinya sendiri. Lain hal lagi jika suami karyawan dan istri bekerja sebagai PNS
maka,suami akan menanggung dirinya sendiri,dan anak akan istri yang menanggung. Seperti penuturan ibu Chandra 53 tahun guru SMP Yapendak Tinjowan sebagai berikut:
“...suami saya bekerja sebagai wiraswasta,saya tidak dapat menanggungnya dan anak saya. Saya hanya dianggap lajang dan
menanggung diri saya sendiri. Yah,harapannya kalo bisa menanggung pinomat anaklah,apalagi untuk istri-istri yang bekerja
tapi suaminya diswasta setidaknyakan meringankan beban. Tapi semua tetap telah saya syukuri alhamdulillah...”
Ditambahkan oleh penuturan ibu Mestika Hani 53 tahun perawat di RS. Tinjowan : “...kalau kami karyawan perempuan disini itu dianggap lajang.
Tidak bisa nanggung siapa-siapa. Kalo suami yang karyawan dia bisa nanggung anak dan istrinya. Jadi anak saya tanggung jawab
suami,orang sayang tidak dapat menanggunggnya..”
Ibu Yatmi 55 tahun selaku kepala sekolah Yapendak menambahkan bahwa : “...karyawan perempuan dan saya memang tidak bisa menanggung
suami dan anak dan suamilah yang bertanggung jawab akan anak. Tapi kita tetap bekerja sama dan berkoordinasi dengan baik tidak
mempersalahkan siapa yang menanggung ini dan itu. Kerja sama yang baiklah yang harus dilakukan...”
Sebenarnya bukan dan tidak perlu mempermasalahkan tanggungan dan siapa yang akan menanggung untuk bertanggung jawab untuk anak dan keluarga. Pilihan kerja
menjadi karyawan perempuan dengan ketentuan tersebut seharusnya sudah dibicarakan terhadap suami selaku kepala rumah tangga,dan bekerja sama merupaka solusi dan upaya
agar anak menjadi tanggungan bersama. Walaupun demikian maka suami dari istri yang
Universitas Sumatera Utara
102
tidak bekerja sebagai karyawan harus bertanggung jawab dengan bekerja sama dengan istri yang menjadi karyawan perempuan agar terciptanya harmonisasi keluarga.
Karyawan perempuan yang suaminya tidak bekerja sebagai karyawan biasanya bekerja sebagai PNS,wiraswasta atau berdagang dan bekerja lainnya. Dan demikian sebaliknya
jika suami bekerja sebagai karyawan ada istri mereka yang bekerja sebagai PNS,maka dialah sebagai istri yang menanggung anaknya dan suami menanggung dirinya sendiri
sebagai karyawan,ada yang berdagang dan wiraswasta dan sebagian besar sebagai ibu rumah tangga dan mengurus anak-anaknya.
Seperti diungkapkan bapak Tarmidi 48th karyawan bagian pengamanan,yang istrinya bekerja sebagai Guru dan PNS :
“...tanggungan saya tidak ada. Istri saya yang menanggung dua anak saya karena dia guru PNS. Saya dianggap lajang,jadi
karyawan.”
Hal serupa juga pada bapak Erwin Simangunsong juga,tidak menanggung karena istrinya menjadi seorang guru dan PNS. Alasan tersebut karena karyawan laki-laki tidak
menanggung istri dan anaknya jika sang istri mendapatkan tanggungan dari pekerjaannya seperti PNS,maka dari itu karyawan laki-laki tersebut dianggap lajang dan tidak dapat
menanggung anak dan istri. Ringkasan penjelasannya sebagai berikut :
1. Suami sebagai karyawan dan istri tidak bekerja,menanggung anak sebanyak 3
orang dan seorang istri 2.
Suami sebagai karyawan dan tidak menanggung anak dan istri,jika istri bekerja dan mendapatkan tanggungan. Jadi anak yang menanggung adalah istri
Universitas Sumatera Utara
103
3. Istri sebagai karyawan dan tidak dapat menanggung suami dan anak,diangap
lajang sebagai karyawan perempuan. 4.
Istri sebagai karyawan dan dapat menanggung diatur dalam PKB,dengan syarat dan ketentuan yang diberlakukna PT. Perkebunan Nusantara IBV persero Unit
Usaha Tinjowan. 5.
Suami-dan istri bekerja sebagai karyawan,maka suami sebagai karyawan laki-laki yang menanggung anak,dan istrinya sebagai karyawan perempuan menanggung
dirinya sendiri atau dianggap lajang.
Penjelasan informan karyawan perempuan informan 1 sampai dengan informan 6 merupakan karyawan perempuan yang menanggung dirinya sendiri. Sebagai berikut ;
Informan 1 Ibu Jemina S. 54 tahun : mengambil alih tanggungan suami. single parent janda. Suami karyawan pensiun meninggal dunia.
Informan 2 Ibu Mestika Hani, 52 tahun : menanggung dirinya sendiri. Suami wiraswasta. Informan 3 Ibu Juliana Ambarita, 46 tahun : menanggung dirinya sendiri. Suami
karyawan. Informan 4 Ibu Emna, 53 tahun : menanggung dirinya sendiri. janda suami karyawan
pensiun meninggal dunia Informan 5 Ibu Sri Rezeki,49 tahun : menanggung diri sendiri. Suami karyawan
Informan 6 ibu Chandra Utami,53 tahun : menanggung dirinya sendiri. Suami wiraswasta.
Informan karyawan laki-laki dan sistem tanggungan : Informan 7, Bapak dr. Supriadi : menanggung diri sendiri. Istri Guru PNS
Universitas Sumatera Utara
104
Informan 8, Bapak Supian : menanggung istri dan anaknya. ITB Informan 9, Bapak Suyono : menanggung istri dan anaknya. ITB
Informan 10, Bapak Tarmidi : menanggung diri sendiri. Istri guru PNS Informan 11, Bapak Erwinson S : menanggung diri sendiri. Istri Guru PNS
Informan 12, Bapak Sujais : menanggung anak dan istrinya. ITB. Intinya ada karyawan perempuan yang tidak dapat menanggung dan dianggap
lajang,dan begitu juga ada karyawan laki-laki yang tidak menanggung karena istrinya bekerja sebagai PNS anak ditanggung istri.
4.3.7 Klasifikasi Informan Berdasarkan Indikator Eksistensi
Karyawan.
Informan Lama bekerja
karyawan Pretasi yg
pernah diraih Pelatihan yg
pernah diikuti Kesalahan dan
sanksi saat bekerja Jenis
pekerjaan Karyawan Perempuan
1 34 tahun
Guru teladan 1987
Belum pernah Tidak
Feminim
2 36 tahun
Belum Pelatihan
perawat gigi 1981
Tidak Feminim
3 17 tahun
Belum Belum
Tidak Fenimim
4 34 tahun
Sertifikat KB 1998
Penataran P4 1981
Tidak Feminim
5 25 tahun
Belum Pelatihan
mandor setiap tahun
Tidak Maskulin
Universitas Sumatera Utara
105 6
17 tahun Sertifikasi
guru Pelatihan guru
didikjar Tidak
Feminim
Karyawan laki-laki 7
16 tahun Sertifikasi
guru 2002 Pelatihan KBK
2002 Tidak
Feminim
8 17 tahun
Belum Pelatihan GPS
2008 Tidak
Feminim
9 30 tahun
Jubelium 25 tahun kerja
2009 Tidak
Tidak Feminim
10 24 tahun
Belum Pelatihan
pengamanan 2005
Tidak Maskulin
11 32 tahun
Mandor terbaik 2007-
2008 Pelatihan IHT
2003,10,14 Tidak
Maskulin
12 18 tahun
Belum Manajemen
pelatihan mandor 2010
Tidak Feminim
Semua pekerjaan bisa dilakukan oleh karyawan perempuan dan laki-laki sesuai dengan proporsi kerja dan tugas mereka masing-masing per bagian kerja atau bidang
kerja dan tidak mempermasalahkan jenis kelamin para karyawan laki-laki atau perempuan,yang penting bekerja professional untuk perusahaan Unit Usaha Tinjowan.
Universitas Sumatera Utara
106
4.4 Mobilitas Sosial Karyawan Perempuan di PT. Perkebunan Nusantara IV