64 juga merasa sangat nyaman memakai Sistem Kerja ini karena setiap turun benih di
sawah ia dapat bertemu dan saling berinteraksi satu sama lain sesama petani Etnis Banjar dan Ibu Siti Aminah merasa meng eratkan tali persaudaraan antar sesama
petani.
4.8.2. Informan Petani Etnis Banjar yang Sudah Tidak Memakai Sistem Kerja
bearian
1. Nama
: Amat Julik Umur
: 53 Tahun pekrjaan
: Petani Status Kependudukan : Penduduk Asli
Luas Lahan Sawah : 3 Ha
Pak Amat Julik merupakan petani padi Etnis Banjar yang sudah tidak memakai Sistem Kerja bearian di Desa Kota Datar. Pak Amat Julik merupakan
penduduk asli dan menetap di Desa Kota Datar, kecamatan Hamparan Perak sejak lahir sampai sekarang. Pak Amat Julik memiliki 1 orang Istri dan memiliki 5
orang anak, yang mana 3 diantara nya telah berkeluarga dan 2 orang anaknya masih bersekolah di Madrasah Tsanawiyah Swasta atau sederajat dengan SLTP.
Pendidikan terakhir Pak Amat Julik yaitu tamatan SD Sekolah Dasar. Pada saat ini Pak Amat Julik memiliki luas Lahan 3 Ha. Dalam 1 tahun hanya 1
kali panen karena yang di tanam adalah jenis tanaman padi lokal dengan kondisi sawah tadah hujan dan setiap tahun rata – rata hasil panennya mencapai ± 12 ton
atau ± Rp48.000.000tahun, dan Pak Amat Julik juga memiliki pekerjaan sampingan sebagai pedagang kelapa muda dengan hasil ± Rp.200.000hari. Atau
Rp.6.000.000bulan.
Universitas Sumatera Utara
65 Pak Amat Julik menjadi petani padi sudah 33 tahun. Pak Amat Julik
sudah tidak memakai Sistem Kerja bearian, karena Pak Amat Julik merasa sudah tidak cocok lagi dikarenakan luas lahan sawah Pak Amat Julik yang semakin luas
yang tidak memungkinkan untuk Pak Amat Julik dan Istrinya untuk memakai Sistem Kerja bearian dalam menanam benih padi di sawah.
2. Nama
: H. Samsuni Umur
: 55 Tahun pekrjaan
: Petani Status Kependudukan : Penduduk Asli
Luas Lahan Sawah : 4 Ha
Pak H. Samsuni merupakan petani padi Etnis Banjar yang sudah tidak memakai Sistem Kerja bearian di Desa Kota Datar. Pak H. Samsuni merupakan
penduduk asli dan menetap di Desa Kota Datar, kecamatan Hamparan Perak sejak lahir sampai sekarang. Pak H. Samsuni memiliki 1 orang istri dan memiliki
4 orang anak, yang mana 3 diantara nya telah berkeluarga dan 1 orang anaknya masih bersekolah di Madrasah Tsanawiyah Swasta atau sederajat dengan SLTP.
Pendidikan terakhir Pak H. Samsuni yaitu tamatan SD Sekolah Dasar. Pada saat ini Pak H. Samsuni memiliki luas Lahan 4 Ha. Dalam 1 tahun hanya 1
kali panen karena yang di tanam adalah jenis tanaman padi lokal dengan kondisi sawah tadah hujan dan setiap tahun rata – rata hasil panennya mencapai ± 16 ton
atau ± Rp.64.000.000tahun, dan Pak H. Samsuni juga memiliki kebun sawit ± 0,6 Ha6.000 M
2
dengan hasil ± Rp.1.500.000bulan. Pak H. Samsuni menjadi petani padi sudah 36 tahun. Pak H. Samsuni
sudah tidak memakai Sistem Kerja bearian, karena Pak H. Samsuni merasa sudah
Universitas Sumatera Utara
66 tidak cocok lagi dikarenakan luas lahan sawah Pak H. Samsuni yang semakin luas
yang tidak memungkinkan untuk Pak H. Samsuni dan Istrinya untuk memakai Sistem Kerja bearian dalam menanam benih padi di sawah. Selain itu Pak H.
Samsuni juga lebih tertarik untuk memakai sistem upah karena lebih cepat selesai dalam pengerjaan penanaman benih di sawah, dan praktis hanya dengan
mengupah buruh tanpa membayar dengan jasa atau tenaga seperti Sistem Kerja bearian.
3. Nama
: Lambrah Umur
: 52 Tahun pekrjaan
: Petani Status Kependudukan : Penduduk Asli
Luas Lahan Sawah : 1 Ha
Ibu Lambrah merupakan petani padi Etnis Banjar yang sudah tidak memakai Sistem Kerja bearian di Desa Kota Datar. Ibu Lambrah merupakan
penduduk asli dan menetap di Desa Kota Datar, kecamatan Hamparan Perak sejak lahir sampai sekarang. Ibu Lambrah memiliki 1 orang suami dan memiliki 3
orang anak, yang mana 3 diantara nya telah berkeluarga. Pendidikan terakhir Ibu Lambrah yaitu tamatan SD Sekolah Dasar atau
Tidak Tamat. Selain menjadi seorang petani, Ibu Lambrah dan suami nya memiliki usaha dagang yaitu kedai sampah yang menjual berbagai bahan pokok
dan kebutuhan sehari-hari. Ibu Lambrah memiliki luas Lahan 1 Ha. Dalam 1 tahun hanya 1 kali panen karena yang di tanam adalah jenis tanaman padi lokal
dengan kondisi sawah tadah hujan dan setiap tahun rata – rata hasil panennya mencapai ± 4 ton atau ± Rp16.000.000tahun, dan Ibu Lambrah juga memiliki
Universitas Sumatera Utara
67 kebun sawit ± 0,36 Ha36.000 M
2
dengan hasil ± Rp.900.000bulan, dan hasil dari usaha dagang kedai sampahnya ± Rp. 100.000hari atau ± Rp.3.000.000bulan.
Ibu Lambrah menjadi petani padi sudah 34 tahun. Ibu Lambrah sudah tidak memakai Sistem Kerja bearian, karena kesibukan Ibu Lambrah dengan
usaha kedai sampahnya. Ibu kakasrah juga lebih tertarik dengan memakai sistem upah dalam pengarjaan lahan maupun dalam penanaman padi di sawahnya karena
lebih cepat dan praktis tanpa banyak menyita waktu, dan di tambah luas lahan Ibu Lambrah yang cukup luas yang sudah tidak cocok lagi untuk memakai Sistem
Kerja bearian. 4.
Nama : Amah
Umur : 45 Tahun
pekrjaan : Petani
Status Kependudukan : Penduduk Asli Luas Lahan Sawah
: 0,2Ha2.000 M
2
Ibu Amah merupakan petani padi Etnis Banjar yang sudah tidak memakai Sistem Kerja bearian lagi. Ibu Amah merupakan penduduk asli dan menetap di
Desa Kota Datar, kecamatan Hamparan Perak sejak lahir sampai sekarang. Ibu Amah memiliki 1 orang suami dan memiliki 2 orang anak, yang mana ke 2 nya
masih bersekolah di Madrasah Aliyah Swasta yang sederajat dengan SLTA dan Madrasah tsanawiyah Swasta yang sederajat dengan SLTP.
Pendidikan terakhir Ibu Amah yaitu tamatan Madrasah Tsanawiyah Swasta SLTP atau Tidak Tamat. Selain menjadi seorang petani, Ibu Amah
memiliki pekerjaan sampingan yaitu buruh cuci dan selain seorang petani suami nya memiliki Pekerjaan sampingan yaitu pedagang sayur keliling. Ibu Amah
Universitas Sumatera Utara
68 memiliki luas Lahan 0,2 Ha2.000 M
2
. Dalam 1 tahun hanya 1 kali panen karena yang di tanam adalah jenis tanaman padi lokal dengan kondisi sawah tadah hujan
dan setiap tahun rata – rata hasil panennya mencapai ± 800 Kg atau ± Rp3.200.000tahun, dan hasil dari menjadi buruh cuci 2 hari sekali Rp. 30.000
dalam satu bulan 15 kali mencuci Rp.450.000, dan dari hasil menjadi pedagang sayur keliling ± Rp.60.000 atau ± Rp.1.300.000bulan. Total hasil pendapatan Ibu
amah dan suami ± Rp. 1.750.000bulan. Ibu Amah menjadi petani padi sudah 25 tahun. Ibu Amah sudah tidak
memakai Sistem Kerja bearian, meskipun luas lahan sawahnya hanya 0,2 Ha2.000 M
2
. Namun, Ibu Amah lebih tertarik memakai sistem upah dalam pengarjaan lahan maupun dalam penanaman padi di sawahnya karena lebih cepat
dan praktis, dan tidak capek – capek membayar tenaga dalam mengerjakan bearian di sawah petani lain.
4.8.3 Informan Tokoh Masyarakat Etnis Banjar