Solidaritas Sosial Sistem Kerja bearian di Desa Kota Datar

93 dan partisipasi yang selalu mereka lakukan untuk saling membantu satu sama lain, kini mulai terkikis adanya, dikarenakan modernisasi yang ada.

4.9.3 Solidaritas Sosial

Solidaritas bersifat kemanusiaan dan mengandung nilai yang muliatinggi, tidaklah aneh kalau solidaritas ini merupakan keharusan yang tidak bisa ditawar- tawar lagi. Memang mudah mengucapkan kata solidaritas tetapi kenyataannya dalam kehidupan manusia sangat jauh sekali. Namun solidaritas masih terlihat jelas pada petani padi Etnis Banjar yang memakai Sistem Kerja bearian yang berbasis gotong royong. Solidaritas dalam Kelompok Sosial dikemukakan oleh tokoh Emile Durkheim. Yaitu Pembagian Solidaritas, Dalam Kelompok sosial dapat diklasifikasikan dengan pandangan-pandangan tertentu, salah satunya kelompok sosial diklasifikasikan menurut rasa solidaritas antar anggotanya. Sehingga secara umum solidaritas dapat dibagi menjadi dua, yang salah satunya yaitu Solidaritas Mekanik, merupakan solidaritas yang muncul pada masyarakat yang masih sederhana dan diikat oleh kesadaran kolektif serta belum mengenal adanya pembagian kerja diantara para anggota kelompok. Masyarakat Pedesaan. Solidaritas ini juga terdapat pada Sistem Kerja bearian yang berbasis gotong royong pada petani padi Etnis Banjar, Bentuk kerjasama gotong royong ini merupakan salah satu bentuk solidaritas sosial. Guna memelihara nilai-nilai solidaritas sosial dan partisipasi masyarakat secara sukarela dalam Sistem Kerja bearian Sehingga membentuk kelompok – kelompok yang unsur-unsurnya http:sosial.ub.ac.idberita-Zulkarnain-Nasution-Solidaritas-dan-Partisipasi- Masyarakat-Desa -5156-id.html Universitas Sumatera Utara 94 meliputi: seperasaan, sepenanggungan, dan saling butuh. Pada akhirnya menumbuhkan kembali solidaritas sosial. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu solidaritas Sistem Kerja bearian semakin memudar karena faktor interen dan eksteren faktor dari dalam dan dari luar. Faktor interen dari dalam, kurangnya rasa solidaritas atau rasa tolong menolong yang mana dulunya telah dilakukan oleh petani padi Etnis Banjar terdahulu, cara berfikir yang praktis dalam keperluan atau kebutuhan secara individualis dengan tujuan untuk mendapat keuntungan pribadi dan lain-lainnya. Kemudian faktor eksteren dari luar, era globalisasi yang serba praktis dan canggih dengan pola berfikir individualis, serta maraknya penggunaan mesin atau teknologi sangat mempengaruhi pola berfikir dan bertindak pada petani khususnya petani padi Etnis Banjar. Hal inilah yang sedang terjadi pada petani padi Etnis Banjar yang saat ini mengalami memudarnya sitem kerja bearian pada petani padi Etnis Banjar. Hal ini juga di paparkan oleh Informan Ibu Aisyah, sebagai petani padi Etnis Banjar yang masih memakai Sistem Kerja bearian yang pemaparannya sama seperti petani Etnis Banjar yang masih memakai Sistem Kerja bearian lainnya yang mewakilkan pernyataan tersebut ini menyatakan bahwa: “mimang masan nayak, kekerababatan patanik Banjar samakin kandur. Karnak patanik banjar hudah banyak yang maninggalakan bearian, dimanak patanik banjar labih banyak yang mamilih memakai sistim upah buruh maupun wan alat teknologi masin daripadak sistim gotong royong kayak yang di cuntuhakan patanik tadahuluk, yang manak didalam Sistem Kerjak bearian tadapat nilai-nilai panting kayak kakarabatan, manjalin tali silaturahmik antar sasamak dan mamparerat tali parsaudaraan yang wayah nih mulai tagantiakan awan sistim saurang”.hasil wawancara tanggal 30 Agustus 2014 Terjemahan: “memang masa sekarang ini, kekerabatan petani Banjar semakin mengendur. Karena petani banjar sudah banyak yang meninggalkan Universitas Sumatera Utara 95 Sistem Kerja bearian, dimana petani banjar lebih banyak yang memilih memakai sistem upah buruh dan alat teknologi mesin daripada sistem gotong royong seperti yang di contohkan petani terdahulu, yang mana di dalam Sistem Kerja bearian terdapat nilai- nilai penting seperti kekerabatan, menjalin tali silaturahmi antar sesama dan memper erat tali persaudaraan yang kini mulai tergantikan dengan sistem individualis”.hasil wawancara tanggal 30 Agustus 2014 Pernyataan di atas juga di benarkan oleh Informan Amat Julik, sebagai petani Etnis Banjar yang sudah tidak memakai Sistem Kerja bearian yang mana mewakili pernyataan yang sama dari petani Etnis Banjar yang sudah tidak memakai Sistem Kerja bearian ini menyatakan bahwa: “mimang hiih wayah nih mimang tarasak banar kakumpakan patanik Banjar hudah labih mamantingkan kapantingan saurang, kayak dalam mulai bahumak turun banih hajak badadahuluan, supaya capat panin badahuluk. Labih mamilih mamakai sistim upah buruh wan mamakai masin dalam mangarjaakan pakarjaan di pahumaan supayak labih capat prusesnyak, karnak amun mamakai sistim bearian agak lambat karnak sistimnya bagaginian.”Hasil wawancara tanggal 14 September 2014 Terjemahan: “Memang iya sekarang ini sangat terasa kalau kekompakan petani Banjar sudah lebih mementingkan kepentingan sendiri atau individualis, seperti dalam memulai bertani turun benih saja berlomba-lomba atau selalu ingin lebih duluan, supaya cepat siap dan cepat panen duluan. Lebih memilih memakai sistem upah buruh dan memakai mesin atau alat teknologi dalam mengerjakan pekerjaan di lahan sawah supaya lebih cepat prosesnya, karna kalau memakai sistem bearian agak lambat karna sistemnya bergantian”.Hasil wawancara tanggal 14 September 2014 Pernyataan tersebut juga di pertegas oleh Informan M. Yusuf, sebagai tokoh masyarakat Etnis Banjar ini menyatakan bahwa: “patanik Etnis Banjar wayah nih mimang sadang mangalamik mamudarnyak solidaritas atau kabarsamaan, yang manak dahuluk nilai kabarsamaan sangat tajalin di dalam Sistem Kerjak bearian. Tapik karanak sairing parkambangan zaman awan lajuknyak kamajuan padak siktur partanian, sahinggak baimbas padak patanik Banjar awan Universitas Sumatera Utara 96 mamudarnyak Sistem Kerjak bearian yang samakin di tinggalakan patanik banjar”.Hasil wawancara tanggal 20 September 2014 Terjemahan: “petani Etnis Banjar sekarang ini memang mengalami memudarnya solidaritas atau kebersamaan, yang mana dahulu nilai kebersamaan sangat terjalin di dalam Sistem Kerja bearian. Tapi karena seiring perkembangan zaman dengan lajunya kemajuan pada sektor pertanian, sehingga berimbas pada petani Banjar dengan memudarnya Sistem Kerja bearian yang semakin di tinggalkan petani Banjar”. Hasil wawancara tanggal 20 September 2014 Dari hasil wawancara atau pernyataan pemaparan dari informan di atas dapat dilihat bahwa saat ini petani Etnis Banjar memang sedang mengalami memudarnya solidaritas pada petani padi karna berbagai faktor dari dalam maupun faktor dari luar yang mempengaruhi pola fikir, pola perilaku maupun tindakan yang menggambarkan individualis yang lebih mementingkan kepentingan pribadi. Dalam hal ini, pada dasarnya penduduk atau masyarakat pedesaan seperti petani padi Etnis Banjar di Desa kota Datar yang di kenal dengan solidaritas mekanik, sekarang mulai berubah menjadi solidaritas organik. Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran akan nilai-nilai yang terkandung di dalam Sistem Kerja bearian yang berbasis gotong royong seperti, nilai-nilai kebersamaan, persaudaraan,senasib sepenanggungan, kebutuhan akan saling membantu sama lain. Oleh sebab itu terjadi semakin memudarnya solidaritas pada petani padi Etnis Banjar. Petani yang ada di Desa Kota Datar yang termasuk dalam kajian penelitian ini terbagi menjadi dua kelompok yang sesama ber Etnis Banjar, namun beda tata cara bertani yang mereka perlihatkan yaitu seperti membentuk sebuah klasifikasi Universitas Sumatera Utara 97 kelompok, akan tetapi masyarakat Etnis Banjar yang memakai Sistem Kerja bearian tetap rukun dalam berinteraksi satu sama lain. Menurut Emile Durkheim yang membagi kelompok sosial atas dua jenis berdasarkan ikatan sosial yang disebut dengan solidaritas sosial, yaitu solidaritas mekanis dan solidaritas organis. Menurut Durkheim 1964, a. Solidaritas Mekanis Solidaritas mekanis adalah ciri yang menandai bagi masyarakat sederhana yang hidup terpisah dalam kelompok-kelompok sosial yang kecil. Contoh masyarakat dengan solidaritas ini adalah masyarakat pedesaan yang masih Sistem Kerjaonal. Pada umumnya masyarakat tersebut mempunyai pekerjaan yang sama, yaitu sebagai petani. b. Solidaritas Organis Solidaritas organis adalah bentuk solidaritas yang mengikat masyarakat kompleks atau beragam yang telah mengenal pembagian kerja secara rinci. Dengan demikian muncul keahlian tertentu yang dimiliki oleh setiap anggota masyarakat yang mengakibatkan setiap golongan dalam masyarakat saling tergantung satu sama lain dan tidak dapat hidup secara sendiri tanpa melakukan hubungan atau kerja sama dengan golongan lain dalam masyarakat. Namun demikian kesadaran bersama di antara mereka lemah. Selain itu, van Doorn dan Lammers 1964. Menurut J.A.A Van Doorn Klasifikasi kelompok sosial dibagi menjadi 2 kelompok diantaranya sebagai berikut: http:www.slideshare.netArieramadhianklasifikasi-kelompok-sosial- menurut-para-ahli Universitas Sumatera Utara 98 1. Kelompok Formal. Kelompok formal merupakan kelompok sosial yang mempunyai peraturan-peraturan yang sengaja diciptakan. Di dalam kelompok formal terdapat pembatasan mengenai hak-hak, kewajiban, wewenang, dan tanggung jawab anggota-anggota kelompok sesuai dengan statusnya masing- masing, baik fungsional maupun struktural. 2. Kelompok Informal. Kelompok informal merupakan kelompok sosial yang dibangun berdasarkan hubungan-hubungan yang bersifat personal dan tidak ditentukan oleh aturan-atuan yang resmi. klasifikasi kelompok menurut Van Doorn di atas menunjukkan bahwa, kelompok formal merupakan kelompok petani padi Etnis Banjar yang memakai sistem bearian yang mana kelompok ini mempunyai aturan – aturan dan sengaja di bentuk. Begitu pula dengan kelompok informal yaitu yang menggambarkan ciri dari petani Etnis Banjar yang tidak memakai Sistem Kerja bearian yang dibangun berdasarkan hubungan-hubungan yang bersifat personal dan tidak ditentukan oleh aturan-atuan yang resmi seperti kelompok petani yang memakai Sistem Kerja bearian. Begitu pula yang terjadi pada masyarakat petani Etnis Banjar yang memakai Sistem Kerja bearian maupun petani yang tidak memakai Sistem Kerja bearian serta petani etnis lain, hal tersebut menggambarkan suatu ciri dari masing – masing kelompok solidaritas pada masyarakat petani di Desa Kota Datar. http:www.slideshare.netArieramadhianklasifikasi-kelompok-sosial- menurut-para-ahli

4.9.4 Nilai Ekonomi Sebagai Dasar Mempertahankan dan Meninggalkan