Sistem Pengerjaan Lahan dengan Gotong royong

16 Dalam Roucek dan Warren 1963:78 gotong royong berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama dan merupakan suatu proses yang paling dasar. Kerjasama merupakan sutau bentuk proses sosial dimana didalamnya terdapat aktifitas tertentu yang duitujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami terhadap aktifitas masing-masing. Kerjasama atau belajar bersama adalah proses beregu berkelompok di mana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil mufakat. Ruang kelas suatu tempat yang sangat baik untuk membangun kemampuan kelompok tim, yang di butuhkan dalam suatu proses pengerjaan. Menurut Soejono Soekamto 1987: 278 dalam Anjawaningsih 2006 menerangkan bahwa kerjasama merupakan ”Suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama oleh lebih dari satu orang. Kerjasama bisa bermacam-macam bentuknya, namun semua kegiatan yang dilakukan diarahkan guna mewujudkan tujuan bersama.” Sesuai dengan kegiatannya, maka kegiatan yang terwujud ditentukan oleh suatu pola yang disepakati secara besama-sama. Misalnya kerjasama di bidang sektor pertanian, kerjasama ini tentunya dilakukan oleh orang-orang yang berada dilingkungan sektor pertanian yang sama-sama memiliki tujuan yang sama.

2.2 Sistem Pengerjaan Lahan dengan Gotong royong

Beberapa istilah pengerjaan lahan dengan gotong royong di beberapa wilayah di Indonesia seperti, 1. Daerah kabupaten Sambas, terdapat Sistem Kerja yang di sebut Balale yang berbasis gotong royong dalam pengerjaan lahan sawah pada petani padi. Universitas Sumatera Utara 17 Pada Di Sistem Kerja ini biasanya masyarakat terutama kaum perempuannya mengajak yang memiliki sawah padi mengajak beberapa orang wanita yang juga petani untuk ikut menanam padi, atau membersihkan lahan atau pula menuai padi. Ajakan tersebut disanggupi oleh petani lainnya tanpa bayaran materi. Namun imbalannya adalah mengerjakan atau ikut dalam kegiatan menanam padi, membersihkan lahan, maupun menuai pada sawah petani yang sudah diajak ikut belale tersebut. Sistem Kerja Belale ini biasanya dilakukan pada waktu akan menanam padi, saat padi sudah tumbuh yang diikuti dengan membersihkan lahan dari rumput liar dalam bahasa Sambasnya disebut Merumput atau menuai padi yang dalam bahasa sambasnya disebut Beranyi. Waktu pelaksanaannya biasanya lebih sering dilakukan pada siang hingga sore hari yaitu untuk jarak sawahnya jauh dari rumah biasanya dimulai dari jam 1 hingga 4 sore, tetapi jikalau lokasi sawahnya dekat dengan tempat tinggal biasanya dimulai setengah dua hingga pukul setengah 5 atau pukul lima. Sistem Kerja belale ini dilakukan meskipun cuaca panas atau hujan, kecuali jika cuaca sangat ekstrim seperti petir, maka petani akan istrirahat sebentar. Namun apa bila cuaca kembali normal, aktivitas belale kembali dilakukan. Tidak ada rasa lelah maupun keluhan karena aktivitas tersebut dilakukan berdasarkan rasa kebersamaan. Biasanya pelaksanaan Sistem Kerja belale berdasarkan urutan, jika hari Senin adalah giliran A, maka berikutnya bisa giliran B atau C sesuai kesepakatan bersama. Sistem Kerja belale ini bisa dilakukan oleh dua orang atau lebih. Tapi biasanya jumlahnya tidak melebihi dari 10 orang. Universitas Sumatera Utara 18 di dalam web peci http:pecidasase.com2013053Sistem Kerja- belale.html 2. Mandailing adalah salah satu etnis yang ada di Sumatera Utara. Sistem Kerja Marsialapari merupakan salah satu Sistem Kerja yang ada di masyarakat Mandailing. Marsialapari oleh masyarakat Mandailing dikenal sebagai suatu kegiatan tolong menolong dan gotong royong. Dimana pada saat itu masyarakat Mandailing secara sukarela dengan rasa gembira saling tolong menolong membantu saudara mereka yang membutuhkan bantuan, yang biasanya dilakukan di sawah. prosesi marsialapari dimulai dengan marsuaneme menanam padi, Pada saat marsuaneme menanam padi, dibantu oleh enam hingga sepuluh orang yang berasal dari teman atau sanak saudara, baik yang muda ataupun yang tua untuk marsialapari ke sawah. Dalam satu hari bisa selesai marsuaneme menanam padi, hal ini dikarenakan adanya sistem gotong royong marsialapari. Meskipun marsialapari merupakan kerja sukarela tetapi ada pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki mendapat bagian pekerjaan yang tergolong lebih berat dari perempuan. Pekerjaan laki-laki berkaitan dengan perbaikan atau penyiapan saluran air, tanggul atau jalan. Sementara perempuan cenderung mengerjakan bagian-bagian yang berkaitan dengan penanaman dan pemanenan, puncaknya dari kegiatan marsialapariadalahmanyabipanen. http:kebudayaan.kemdikbud.go.idbpnbaceh20131219marsialapari- Sistem Kerja-gotong-royong-masyarakat-mandailing Universitas Sumatera Utara 19 3. Paser, merupakan nama salah satu kabupaten yang terdapat di wilayah Kalimantan timur, masyarakat petani padi di paser memiliki Sistem Kerja khas untuk pengerjaan lahan sawah dengan sistem gotong royong dimulai dengan kegiatan menebas ini dilakukan secara bersama – sama atau gotong royong dengan bahasa paser di sebutkan kegiatan nyempolo, jumlah masyarakat yang melakukan nyempolo berkisar 10 sampai 20 orang sehingga pekerjaan terasa ringan, sebelum membakar lahan sawah biasanya di lakukan penebasan semak belukar kegiatan seperti ini dalam bahasa orang paser berarti mombas atau menebas belantara semak belukar dengan tujuan untuk mematikan tumbuh tumbuhan yang tumbuh pada area perladangan, mulai tumbuhan yang kecil sampai yang besar untuk di musnahkan yang kemudian akan di bakar jika waktu yang di tentukan sudah memadai. Perempuan maupun laki – laki bergegas mombas ataupun menebas hingga petang menyingsing. Kemudian, terkadang di bantu para anak laki- laki, dan para ibu sambil menunggu lahan siap di Tanami padi, Ketika semua kegiatan telah selesai di lakukan, sebelum menanam padi atau Nias maka pemilik lahan dan istri harus mempersiapkan kembali gotong royong menanam padi ladang dengan mengundang para tetangga ladang dan kerabat yang kemudian di tentukan harinya, dan pemeo pondok kecil yang terdapat di tengah ladang harus sudah tersedia sebagai tempat istirahat, gotong royong menanam padi dilakukan baik laki – laki maupun perempuan secara bersamaan, dan biasanya laki – laki sebagai nasok orang yang mebuat lubang tanam pada tanaman padi dan kaum perempuan yang Universitas Sumatera Utara 20 memasukan bibit padi ke lubang tanam secara bersama – sama, terkadang untuk memberikan semangat dalam menanam padi di lakukan sambil berantun dengan melempar pantun sesama gotong royong dan gotong royong ini dalam Sistem Kerja paser dinamakan Nyempolo. Ketika musim panen datang maka rekan tetangga dan kerabat beramai – ramai memanen padi dengan perlengkapan seperti Tas anjat melingkar solong , alat pemotong padi Gerapan yang terbuat dari kayu dan silet , dan para ibu mengunakan tudung, tudung merupakan alat penutup kepala dengan mengunakan kain sarung dengan teknik pelipatan tertentu, hasil panen yang dilakukan secara gotong royong ketika selesai di lakukan maka para kerabat melakukan pembagian dengan hasil bagi 3 : 1, dengan maksud bahwa dalam 3 kaleng, maka 2 kaleng untuk pemilik lahan dan satu kaleng untuk kerabat yang membantu proses panen tersebut. Dalam M.yusuf 2000 Koentjaraningrat 1984 : 7 mengemukakan bahwa kegiatan gotong- royong di pedesaan sebagai salah satu cara untuk meringankan suatu pekerjaan, khususnya pada masyarakat petani padi di pedesaan. Hal tersebut menjadi ciri khas masyarakat petani padi di berbagai daerah di indonesia yang menggunakan Sistem Kerja gotong royong sebagai sistem dalam pengerjaan lahan sawah.

2.3 Modernisasi di Sektor Pertanian