98 1. Kelompok Formal. Kelompok formal merupakan kelompok sosial yang
mempunyai peraturan-peraturan yang sengaja diciptakan. Di dalam kelompok formal terdapat pembatasan mengenai hak-hak, kewajiban, wewenang, dan
tanggung jawab anggota-anggota kelompok sesuai dengan statusnya masing- masing, baik fungsional maupun struktural.
2. Kelompok Informal. Kelompok informal merupakan kelompok sosial yang dibangun berdasarkan hubungan-hubungan yang bersifat personal dan tidak
ditentukan oleh aturan-atuan yang resmi.
klasifikasi kelompok menurut Van Doorn di atas menunjukkan bahwa, kelompok formal merupakan kelompok petani padi Etnis Banjar yang memakai
sistem bearian yang mana kelompok ini mempunyai aturan – aturan dan sengaja di bentuk. Begitu pula dengan kelompok informal yaitu yang menggambarkan ciri
dari petani Etnis Banjar yang tidak memakai Sistem Kerja bearian yang dibangun berdasarkan hubungan-hubungan yang bersifat personal dan tidak ditentukan oleh
aturan-atuan yang resmi seperti kelompok petani yang memakai Sistem Kerja bearian. Begitu pula yang terjadi pada masyarakat petani Etnis Banjar yang
memakai Sistem Kerja bearian maupun petani yang tidak memakai Sistem Kerja bearian serta petani etnis lain, hal tersebut menggambarkan suatu ciri dari masing
– masing kelompok solidaritas pada masyarakat petani di Desa Kota Datar. http:www.slideshare.netArieramadhianklasifikasi-kelompok-sosial-
menurut-para-ahli
4.9.4 Nilai Ekonomi Sebagai Dasar Mempertahankan dan Meninggalkan
Sistem Kerja Gotong Royong Pada Petani Padi Etnis Banjar
Universitas Sumatera Utara
99 Sistem Kerja lokal adalah nilai lokal hasil budi daya masyarakat suatu
daerah yang terbentuk secara alami dan diperoleh melalui proses belajar dari waktu ke waktu. Budaya lokal dapat berupa hasil seni, Sistem Kerja, pola pikir,
atau hukum adat. Seperti halnya dalam Sistem Kerja petani Etnis Banjar terdapat Sistem Kerja bearian yang berbasis gotong royong, dalam pengerjaannya terdapat
beberapa pekerjaan yang dilakukan dalam Sistem Kerja bearian. Seperti, Barincah membersihkan lahan sebelum di tanami padi, Batanjang menanam
padi, Marumput membersihkan rumput pada sela-sela tanaman padi, Mangatam memanen. Semua pekerjaan yang di kerjakan di lahan sawah ini di kerjakan
secara gotong royong, yang sejak dahulu telah di lakukan oleh para petani padi terdahulu di Desa Kota Datar.
Namun, seiring perkembangan zaman moderen dan lajunya perkembangan teknologi pada sektor pertanian saat ini, memicu pola fikir petani menjadi berubah
yang solid menjadi individualis dengan tujuan untuk mementingkan kepentingan pribadi di karenakan aspek ekonomis. Dalam hal ini petani padi Etnis Banjar yang
masih memakai Sistem Kerja bearian adalah merupakan petani menengah ke bawah atau petani miskin yang sejak dahulu memang sudah memakai Sistem
Kerja bearian. Di mana para petani menengah ke bawah ini beralasan mengapa masih memakai Sistem Kerja bearian di karenakan untuk mengirit modal dalam
mengerjakan pengolahan lahan sawah. Saat ini Sistem Kerja bearian sudah memudar dan terkikis oleh pengaruh
modernisasi, komersialisasi yang merambah pada sektor pertanian, dengan penggunaan alat – alat teknologi dan sistem upah pada pertanian, maka nilai
Sistem Kerja kearifan lokal pun akan semakin tergeser. Seperti Sistem Kerja
Universitas Sumatera Utara
100 kearifan lokal Sistem Kerja bearian pada Petani Etnis Banjar dengan beberapa
pola pengerjaan pekerjaan di sawah yang memakai Sistem Kerja tersebut saat ini hanya tertinggal 2 dua pola pengerjaan saja, yaitu Batanjang menanam padi
dan Mangatam memanen. Sedangkan para petani Etnis Banjar yang dahulu nya memakai Sistem Kerja
bearian, namun saat ini sudah tidak memakai Sistem Kerja bearian. Para petani ini meninggalkan Sistem Kerja bearian karena ingin lebih cepat dan praktis dalam
pengerjaan di lahan sawah mereka agar lebih cepat panen, karena ketika itu harga padi masih tinggi dan stabil. Dengan demikian tentu pendapatan petani akan lebih
menguntungkan, karna kalau musim panen telah tiba maka semakin banyak pula petani yang menjual padi hasil panennya yang kemudian otomatis harga padi
menjadi turun yang kemudian pendapatan petani di khawatirkan akan menurun, atau biasa – biasa saja, tidak lebih menguntungkan ketimbang menjual hasil panen
di saat harga padi masih tinggi atau stabil. Dalam hal ini dapat di lihat bahwa petani padi menengah ke atas lebih
cenderung meninggalkan Sistem Kerja bearian karena di anggap lambat dalam pengerjaannya yang di kerjakan secara bergantian. Lain halnya dengan sistem
upah yang yang lebih cepat dalam pengerjaann lahan sawah dengan menurunkan buruh – buruh tani agar lebih cepat dalam pengerjaannya. Akan tetapi lain halnya
dengan petani padi menengah ke bawah, mereka lebih cenderung mempertahankan memakai Sistem Kerja bearian. Karena alasan untuk lebih
mengirit pengeluaran modal dan karena sulit untuk meninggalkan kebiasaan serta menjaga nilai kebersamaan antar sesama petani Etnis Banjar.
Universitas Sumatera Utara
101 Hal ini juga di benarkan oleh Tokoh Masyarakat yang merupakan seseorang
yang mengetahui perihal yang menyangkut masyarakat setempat seperti pada hal- hal yang menyangkut dengan petani padi Etnis Banjar di Desa kota Datar serta
memiliki pengaruh dan dihormati di lingkungan masyarakat, karena budi pekertinya serta kefahamannya terhadap lingkungan maupun hal-hal yang di
ketahui oleh tokoh tersebut mengenai nilai-nilai yang terdapat di dalam Sistem Kerja-Sistem Kerja yang ada dan masih di lakukan oleh petani padi Etnis Banjar.
Hal tersebut di benarkan oleh informan M. Yusuf, sebagai Tokoh masyarakat ini menyatakan bahwa:
“patanik banjar wayah nih mimang hudah banyak yang maninggalakan bearian karnak, manurut urang tuh mamakai bearian
agak lambat, jadi otomatis lambat juak paninnyak. Amun patanik kurang mampuk mimang masih mamakai bearian karnak handak
mairit mudal, sadangkan patanik mampuk maninggalakan sistim karjak bearian karnak pakai sistim upah labih lakas dalam
mangarjaakan pakarjaan di sawah imbah tuh juak lakas siap lakas panin, amun panin badahuluk biasaknyak hargak banih masih tinggik
wan stabil. Tapik amun agak lawas paninnyak hargak banh samakin turun, jadih patanik mampun yang hudah kadak memakai sistim
karjak bearian lagi nih handak maraup kauntungan labih. Hasil wawancara tanggal 20 September 2014
Terjemahan: “Petani Banjar Saat ini memang sudah banyak yang
meninggalkan bearian karena, menurut mereka memakai Sistem Kerja
bearian agak lambat, jadi otomatis lambat juga panennya. Kalau
petani menengah ke bawah memang masih ada yang memakai Sistem Kerja bearian karena untuk mengirit modal, sedangkan petani
menengah ke atas meninggalkan bearian karena pakai sistem upah lebih cepat siap dan juga akan cepat panennya, kalau panennya duluan
biasanya harga padi masih tinggi dan stabil. Tapi kalau agak lama panennya harga padi di khawatirkan akan semakin turun, jadi, petani
menengah ke atas yang sudah tidak memakaibearian lagi ini ingin meraup untung yang lebih”.Hasil wawancara tanggal 20 September
2014
Universitas Sumatera Utara
102 Penyataan dari tokoh masyarakat setempat merupakan hal yang ia ketahui
berdasarkan pengematan dan perbincangan yang telah dilakukannya selaku tokoh masyarakat. Di era globalisasi ini seakan semua sistem pekerjaan di ukur dengan
upah atau uang, dan sudah mulai sangat jarang di temui Sistem Kerja dengan bergantian yang di bayar dengan jasa tenaga seperti Sistem Kerja bearian, karena
pola fikir masyarakat sudah berubah mendadi bersifat praktis, individualis yang mengukur segala sesuatunya dengan nilai ekonomis. Tokoh masyarakat
merupakan seorang yang memiliki kewenangan dalam hal adat atau Sistem Kerja yang menyangkut mencakup berbagai aspek. Seperti aspek sosial budaya pada
daerah tertentu yang mengetahui perihal mengenai adat maupun Sistem Kerja hingga aspek agama. Biasanya mereka yang di tunjuk sebagai Tokoh masyarakat
adalah memang orang – orang yang kompeten di bidangnya. Mampu secara intelektual, kaya akan gagasan, dan memiliki semangat akan perubahan ke arah
yang lebihn baik, serta bisa merangkul banyak pihak untuk mewujudkan satu demi satu targetnya.
Seperti pernyataan di atas, Pak M. Yusuf juga menyatakan bahwa masih terdapat beberapa Sistem Kerja yang ada di Desa Kota Datar khususnya Sistem
Kerja bearian pada petani Etnis Banjar yang semakin memudar karena berbagai faktor yang berkaitan dengan laju nya pertumbuhan globalisasi seperti lajunya
pertumbuhan teknologi pada sektor pertanian di Desa Kota Datar. Oleh sebab itu semakin memudarnya Sistem Kerja – Sistem Kerja yang ada dengan nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya pun semakin memudar, seperti nilai-nilai kebersamaan, kekerabatan, persaudaraan dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
103 Menurut Gobyah 2003 nilai terpentingnya adalah kebenaran yang telah
menSistem Kerja atau ajeg dalam suatu daerah. Secara konseptual, kearifan lokal dan keunggulan lokal merupakan kebijaksanaan manusia yang bersandar pada
filosofi nilai-nilai, etika, cara-cara dan perilaku yang melembaga secara Sistem Kerjaonal.
Nilai – nilai yang terkandung di dalam Sistem Kerja bearian seperti kebersamaan dan tolong menolong secara berganti – gantian ini, merupakan nilai
yang mulia dan tinggi dalam kearifan lokal masyarakat petani Etnis Banjar. Untuk itu menjaga serta mempertahankannya pun cukup sulit karena faktor penghambat
seperti modernisasi pada sektor pertanian yang semakin kuat akan menggeser keberadaan Sistem Kerja bearian dengan sistem individualis maupun kapitalis.
Untuk itu, peran Tokoh masyarakat dan pemerintahan Desa setempat sedikit banyaknya akan berpengaruh pada kondisi yang cukup memprihatinkan ini untuk
menjaga dan melestarikan dengan menghimbau masyarakat atau mengajak penduduk Desa mengikuti kegiatan - kegiatan yang berbasis gotong royong, agar
menumbuhkan rasa kebersamaan yang tinggi pada penduduk desa tersebut.
Universitas Sumatera Utara
104
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan