72
3.2.3 Tugas dan Pembagian Kerja
Ketika pariwisata dan pertanian tidak lagi menjadi pemberi kontribusi pendapatan yang utama di Desa Haranggaol, maka masyarakat beralih menjadi
petani ikan dengan memanfaatkan luasnya perairan Danau Toba. Keramba jaring apung kemudian dikelola secara profesional oleh mereka yang memiliki uang.
Menambah modal untuk pembuatan keramba tidak menjadi persoalan bagi mereka karena setimpal dengan keuntungan yang diraih.
Dalam mengelola keramba terdapat pola hubungan yang profesional antara pemiliki modal dan pekerja. Pemilik modal adalah mereka yang memiliki hak
penuh atas kolam. Mereka memulai usahanya dari mendirikan keramba perunit. Kemudian mengusahakannya sendiri tanpa bantuan dari tenaga pekerja. Sampai
akhirnya memiliki puluhan unit kolam, untuk mengefisienkan pekerjaannya kemudian pemilik ini mempekerjakan beberapa orang untuk mengurus kolam
yang disebut sebagai anggota.
Anggota adalah mereka yang bekerja dengan pemilik modal. Anggota ini bekerja mengurus segala keperluan dikolam. Memperbaiki kerusakan yang ada di
kolam: aliran listrik
28
yang terdapat di sopo dan aliran listrik yang terdapat di kolam, melihat keadaan ikan, mengangkat ikan yang mati, memindahkan bibit
28
Aliran listrik terdapat disetiap sopo di kolam. Selain untuk penerangan di sopo yang ditinggali oleh beberapa anggota, aliran listrik ini juga untuk menerangi kolam. Perunit kolam di pasangi
sebuah lampu dengan 18 watt. Aliran listrik ini diperoleh dari rumah-rumah warga jika rumah pemilik jauh dari kolam maka mereka akan menumpang aliran listrik dari salah satu kerabatnya,
masalah pembayaran adalah kesepakatan kedua belah pihak dengan menambahkan sebuah stop kontak. Untuk mengaliri listrik ke sopo diperlukan puluhan meter kabel yang di pasang melewati
air. Memang di dalam air ketika melintasi menuju kolam seorang informan puluhan meter kabel tampak melayang di air.
Universitas Sumatera Utara
73
ikan dan memberi makan ikan serta menjaga pencurian pakan ikan atau ikan dari dalam kolam adalah tugas utama anggota sopo. Anggota sopo bukan warga sekitar
Haranggaol. Mereka adalah pemuda yang datang dari desa-desa tetangga misalnya Raya, Tarutung, Sidikalang dan sebagainya. Mereka datang ke desa ini untuk
mengadu nasib, mendengar informasi dari sesama teman yang terlebih dahulu bekerja ke tempat ini.
Dalam pengelolaan kolam, petani yang dibantu dua sampai tiga orang anggota. Mereka tidak memerlukan trik khusus, cukup menghandalkan insting.
Artinya mereka harus jelih melihat bagaimana keadaan ikan. Tidak pernah ada penyuluhan pemerintah untuk mengetahui kondisi ikan yang sehat atau sakit.
Kemampuan ini diperoleh dengan sendirinya. Bahkan takaran pakan pun tidak sama pada setiap petani. Itu sebabnya yang diperlukan dalam mengeolala ikan
adalah insting dan kedekatan terhadap ikan. Biasanya yang lebih mengetahui keadaan kolam adalah anggota. Ia ditempat di sopo yang dibangun di atas kolam.
Dengan ukuran 10×5 meter yang di sekat menjadi dua bagian. satu bagian untuk menyimpan pakan dan perlengkapan kolam, sisi lainnya adalah tempat tinggal
bagi anggota.
Hubungan antara anggota dan pemodal adalah hubungan professional
29
. Namun tidak memiliki sistem kontrak yang tertulis, hanya secara lisan. Masalah
gaji dan ketentuan di sepakati oleh kedua belah pihak. Pemilik harus memiliki
29
Yang penulis maksudkan dalam konteks professional ini adalah tidak berdasarkan hubungan kekerabatan seperti pola hubungan dengan investor-investor sebelumnya. Saat ini, meskipun tidak
tertulis apa yang menjadi hak dan kewajiban pekerja namun pemilik modal sudah memberikan gaji sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.
Universitas Sumatera Utara
74
kepercayaan terhadap anggotanya. Jika anggota sudah bertingkah dan tidak mengikuti aturan dan kesepatan maka pemilik berhak memecat. Tingkah yang
bagaimanapun akan diketahui pemilik, misalnya sebut saja pencurian ikan atau pakan. Pemilik sudah bekerja sama dengan toke pakan, atau rumah-rumah makan
yang biasa menampung ikan yang sakit atau hampir mati. Sehingga dengan mudah anggota yang nakal akan ketahuan.
“Aku gak berani untuk nipu Lae Toja ini, dia udah kerjasama sama toke pakan. Waktu itu aja ada kawanku yang nyoba-nyoba
menggelapkan pakan yang udah dikumpulnya tiap ngasih makan ikan empat gayung, sehari 8 gayung di curinya. Disimpannya di
tumpukkan goni-goni bekas pakan. Paslah waktu itu 10 hari pelletnya itu dikumpulnya dijualnya lah ke sialoho penjual pakan ikan yang di
simpang. Rupanya ketahuan sama Lae itu, hari itu juga dipecat dia. Kami pun disemburnya lah. Tapi yang penting kami gak ikut-ikutan.”
Sumber: Sihite 20 tahun
3.2.4 Modal Produksi dan Gaji Anggota