95
petani yang mau tidak mau merelokasi pendirian keramba. Itu sebabnya kini keramba jaring apung memang tidak semraut, kini ribuan keramba Haranggaol
tersusun rapi.
4.2.1 Pandangan Masyarakat Terhadap Alam
Masyarakat Haranggaol di dominasi oleh suku bangsa Simalungun. Orang Simalungun adalah sub Batak yang berdomisili di tanah Simalungun dan dikenal
dengan sebutan par raya, sin raya dan tersebar di seluruh daerah Kabupaten Simalungun termasuk Haranggaol. suku Simalungun yang terdapat di Haranggaol
kebanyakan bermarga Saragih dan Purba serta Sinaga. Hubungan kekerabatan mereka juga berdasarkan genealogis hubungan darah.
Sama seperti suku bangsa lain yang memiliki pandangan terhadap alam begitu juga dengan orang Simalungun. Mereka mengenal konsep penciptaan
bahwa langit dan bumi beserta isinya diciptakan oleh Ompung Naibata Dewata. Naibata adalah suatu pribadi mahakuasa yang dipercaya sebagai sumber
segalanya. Orang Simalungun menyakini pribadi Naibata sebagai penguasa alam semesta raya. Naibata adalah suatu pribadi tritunggal yaitu Naibata di atas
dilambangkan dengan warna Putih, Naibata di tengah dilambangkan dengan warna Merah, dan Naibata di bawah dilambangkan dengan warna Hitam, yang
menguasai Nagori Atas, Nagori Tongah dan Nagori Toruh. Tiga warna yang mewakili Dewa-Dewa tersebut Putih, Merah dan Hitam mendominasi berbagai
ornamen suku Simalungun dari pakaian sampai hiasan rumahnya.
Universitas Sumatera Utara
96
Naibata menciptakan alam raya dengan struktur yang terdiri dari tiga wilayah Nagori. Nagori bisa diartikan sebagai daerah wilayah tempat tinggal.
Ketiga Nagori itu yakni Nagori Atas surga
32
, Nagori Tongah bumi
33
dan Nagori Toruh alam baka
34
. Konsep ini juga dipakai untuk menghormati alam sebagai sesuatu yang di ciptakan oleh Naibata untuk menghidupi orang
Simalungun. Dengan kepercayaan bahwa Naibata adalah pencipta segala yang ada di bumi, maka segala sesuatu yang ada di bumi adalah penjelmaan Naibata.
Karena itu mereka tunduk kepada Naibata diungkapkan dengan rasa hormat pada makhluk atau benda di bumi.
Pada zamannya orang Simalungun banyak yang menyembah batu besar, pohon besar, sungai besar dan lain-lain. Kini meskipun sudah berpendidikan akan
tetapi masyarakat Haranggaol percaya bahwa ada kekuatan-kekuatan yang menjaga mereka dari hal-hal baik dan buruk. Ketika seseorang berniat baik,
niscaya segala usaha yang dilakukan akan membuahkan hasil begitu pandangan mereka terhadap keberadaan alam. Pada penelitian lapangan penghormatan petani
ditunjukan dengan ungkapan-ungkapan yang mnghimbau para pekerja yang tinggal di sopo untuk tidak berbuat macam-macam. Seperti pesan yang diujarkan
oleh informan kepada anggota barunya saat akan pulang usai mengontrol ikan:
32
Nagori Atas adalah tempat Naibata dan para dewa yang memberi berkat kepada umat manusia. Ada pemahaman bahwa manusia tidak dapat berhubungan langsung dengan Naibata. Manusia
hanya dapat menyembah Naibata melalui roh-roh atau dewa-dewa, karena roh-roh ini yang bisa berhubungan langsung dengan Naibata.
33
Nagori Tongah adalah tempat berdiam umat manusia
34
Nagori Toruh adalah tempat berdiam para arwah, roh keramat serta begu-begu roh orang yang sudah meninggal. Manusia yang berada di tengah Nagori Tongah sepanjang hayatnya akan
selalu dipengaruhi oleh kedua kekuatan baik dari Nagori Atas maupun dari Nagori Toruh. Apabila seseorang manusia lebih banyak terpengaruh ke alam Nagori Atas, maka manusia tersebut menjadi
manusia baik dan hidup bahagia. Sementara apabila manusia lebih banyak terpengaruh ke alam Nagori Toruh, maka manusia tersebut menjadi jahat dan menderita.
Universitas Sumatera Utara
97
Jangan kamu berenang jika tidak tahu berenang,jangan mengorbankan diri untuk menunjukan kebolehanmu kepada Tuhan. Kapan saja kamu
bisa hilang dan tidak terlihat lagi, dan itu menjadi tanggung jawabku.
Dalam hal ini ada penghormatan terhadap naibata bahwa manusia tidak boleh menunjukan kesombongan. Karena segala yang dimiliki kapan saja bisa
diambil kembali tanpa jejak dan sudah menjadi tanggung jawab sesama manusia untuk mengingatkan. Akan tetapi penghormatan terhadap alam ini tidak
ditunjukan masyarakat Haranggaol dalam mengelola danau. Tidak seperti beberapa suku bangsa di Indonesia yang memiliki cara-cara tersendiri untuk
menghormati keberadaan sumber daya alamnya dengan baik dalam konteks ini dapat dikatakan sebagai pemeliharanbudidaya perikanan dengan basis kearifan
lokal.
4.2.2 Aturan Yang Berlaku Dalam Pengelolaan Keramba Jaring Apung