21
c. Pengembangan Raport
Peneliti berusaha membangun raport yang baik terhadap informan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian, serta untuk membuat
informan menjadi lebih nyaman dan mudah terbuka atas jawaban-jawaban dari pertanyaan penelitian yang ditanyakan. Sebelumnya peneliti telah menjalin raport
dengan informan yakni pada saat melakukan pra lapangan pada saat itu penduduk sekitar cukup ramah dan kooperatif saat melakukan wawancara awal, maka
peneliti rasa tidak sulit saat melakukan penelitian.
1.6.2 Pengalaman Penelitian
Alasan saya mengambil judul ini karena menurut saya tema ini cukup menarik hati saya. Dimana beberapa literatur dari berbagai media elektronik
menyebutkan terjadi mengalami kemunduran pariwisata di Danau Toba. Hal ini disebabkan oleh jenis usaha baru yakni keramba jaring apung. Cukup miris
memang ketika berbicara objek pariwisata di Sumatera yang diagungkan adalah Danau Toba namun terus mengalami permasalahan lingkungan. Kemudian ketika
mata kuliah ekologi kami belajar bagaimana alam di Sumatera khususnya Danau Toba dan permasalahan yang ada disana. Dari hasil pembelajaran tersebut, saya
mendapat pemahaman Danau Toba tidak dikelola dengan baik sehingga diperlukan berbagai kebijakan untuk membenahinya.
Keramba jaring apung itu hanya satu penyebab dari permasalahan lingkungan, masih ada masalah limbah hotel, limbah rumah tangga, MCK sekitar
Universitas Sumatera Utara
22
Danau Toba dan yang paling perlu diketahui bahwa air Danau Toba disuplay oleh 19 sungai. Sungai ini memiliki anak sungai yang dimanfaatkan untuk irigasi,
sepanjang perjalanannya air sungai itu dimanfaatkan untuk hal yang sama. Jadilah permasalahan yang diakibatkan sisa pupuk pada tanaman menjadi lipat ganda.
Jadi jika ingin membenahi Danau Toba jangan melupakan berbagai daerah yang berkaitan dengan ekosistemnya kira-kira begitulah kesimpulan pelajaran hari
itu. Tidak ada yang salah dari pernyataan tersebut. Danau Toba memang sama sekali tidak mendapat polesan. Keindahan alamnya seakan dianggurkan begitu
saja. Pembangunan tidak dikelola secara baik, tidak pula diperhatikan secara konsisten dan tegas. Saya kemudian mencari berbagai literatur, mengapa Danau
Toba menyusut peminatnya, beberapa literature menyebutkan keramba menjadi penyebab utamanya. Meskipun hasil pembelajaran saya menyebutkan, keramba
hanya segintir permasalahan yang ada. Akan tetapi saya sependapat bahwa keramba menjadikan pemandangan indah Danau Toba terlihat kumuh.
Beberapa lokasi keramba yang dikelola oleh masyarakat, umumnya berada dipinggiran danau tanpa aturan yang jelas. Letaknya sembarangan, meskipun
sudah ada aturan pemerintah yang menetapkan pendirian bangunan di sekitar danau, sungai, laut dan waduk adalah 100 meter dari bibir pantai tampaknya tidak
terealisasi di Danau Toba bahkan mungkin di seluruh Indonesia. Perbedaan tampak jelas antara keramba milik warga dengan milik sebuah perusahaan asing
yang letaknya teratur, rapi dan menjorok ketengah danau di wilayah Lottung, Samosir.
Universitas Sumatera Utara
23
Perusahaan ini berdiri di wilayah Kabupaten Samosir, izin berdirinya sejak tahun 1998. Meskipun sama-sama memiliki limbah dari pembudidayaan ikan akan
tetapi milik perusahaan lebih mudah dikontrol dan diawasi. Pengelolaannya juga wajib memiliki analisis dampak lingkungan, hal ini berbeda dengan milik warga
yang letaknya tidak teratur dan semraut. Kesemrautan ini sangat terlihat jelas di Haranggaol. Sehingga saya menetapkan, Haranggaol sebagai lokasi penelitian ini.
Penetapan lokasi ini sebagai fokus tempat juga didukung oleh dosen pembimbing saya saat itu.
Haranggaol adalah sebuah desa yang masuk kedalam wilayah administratif Kabupaten Simalungun. Sebelumnya, saya tidak pernah dari sini.
Saya memanfaatkan bantuan teman saya dari facebook untuk mengumpulkan data awal saya. Ia bernama Saveraldo Saragih. Jadi ketika itu data yang diberikannya
cukup membantu saya, sampai akhirnya saya langsung datang dan mengobservasi tempat ini. Masyarakat disini ramah, dan berpikiran terbuka. Bersolidaritas tinggi
dan menjunjung nilai persaudaraan. Saveraldo memiliki nama panggil Eppo, Ayahnya cukup baik dan terpandang di desa ini. Beliau seorang pengusaha sebuah
toko Muara Jaya. Dari tutur orang Batak, saya memanggil beliau dengan tulang
14
.
Ketika sampai, ia menyambut saya dengan hangat kemudian bertanya maksud dan tujuan saya. Saya menjelaskan bahwa saya ingin mengumpulkan data
skripsi. “tenang ma ham ulang pola stress pakoni, sadarion pe boi do siap ta baen tenanglah kamu, jangan stress karenanya, satu hari inipun bisanya selesai itu
14
Tulang merupakan sebutan untuk saudara laki‐laki dari ibu, pada orang batak sebutan tulang adalah
yang semarga dengan ibu. Ibu saya bermarga Sidabutar yang masuk kedalam klan besar Raja
Parna, di Simalungun Saragih adalah Parna. Sehingga Ayah Eppo saya sebut sebagai Tulang.
Universitas Sumatera Utara
24
kita buat. Sebenarnya saya kurang mengerti dengan tutur kata beliau, untuk menghargainya tersenyum dan mengucapkan terima kasih sepertinya adalah cara
terbaik. Saat itu bahasa merupakan salah satu kendala bagi saya, meskipun saya orang Batak akan tetapi penggunaan bahasanya agak sedikit berbeda di desa ini.
Hal ini disebabkan bahasa Simalungun merupakan bahasa yang digunakan di desa ini.
Esokan harinya tulang menelpon Kepala Desa, sesaat setelah ditelpon bapak Janes Sitanggang selaku Kepala Desa Kelurahan Haranggaol datang. Dan
disampaikanlah tujuan dan maksud kehadiran saya. Dengan hangat beliau menyuruh saya langsung datang ke kantor mengambil data dan menyerahkan surat
lapangan. Pagi pada 08 April 2014 saya ke kantor Kelurahan Haranggaol yang berbentuk seperti balai kesehatan. Terdapat beberapa ruangan berbentuk persegi.
Disebuah ruangan dekat koridor saya dipersilahkan petugas untuk masuk. Namun kepala desa tidak ada, beliau sedang meminum kopi pagi itu. Jadi saya berbincang
dengan seorang pegawai bernama ibu Purba yang ternyata adalah Isteri dari kepala desa.
Ibu Purba langsung menyuruh saya untuk melihat sebuah papan statistik wilayah dan peta Haranggaol. Beliau sedang disibukkan mengobrol dengan
sesama pegawai. Ada 3 orang yang terdapat di ruangan tersebut. Karena suasana tidak kondusif saya meminta izin, setelah mencatat data kependudukan.
Setelahnya saya bertemu dengan bapak Janes disebuah warung kopi sebelah kantor kelurahan. Beliau yang melihat saya langsung mengajak saya kembali
kekantor. Dan saat itu kami berbincang mengenai keramba jaring apung.
Universitas Sumatera Utara
25
Beliau sangat membantu saya menemukan data awal seperti sejarah dan perkembangan keramba, kemudian beliau menyarankan saya menemui beberapa
orang petani keramba yang sudah lama berkecimpung didunia budidaya perikanan ini. Beliau juga langsung memberikan nomor handphone orang-orang tersebut.
Kemudian saya kembali kerumah bang Eppo dan menanyakan orang-orang tersebut. Iapun tertawa dan mengatakan bagaimana masih takut sama orang
Haranggaol sambil tersenyum?
Awalnya saya takut dengan cerita bahwa orang Haranggaol yang bermayoritas suku Simalungun adalah Pardatu Bolon
15
. Menurut ceritanya bahwa siapapun orang dengan niat tidak baik akan di busung
16
jika ke daerah ini. Hal ini sempat saya tanyakan kepada bang Eppo yang menanggapi saya dengan tertawa
sambil berkata “Simalungun abad ke berapa itu nang”. Yah akhirnya pandangan streotipe tentang orang Simalungun terpatahkan setelah penelitian lapangan saya
ke desa ini. Setelah pulang dari kantor kepala desa, saya meminta izin berkeliling desa kepada Tulang Eppo. Belian pun kemudian mengizinkan saya bahkan
menyuruh Eppo menghantar, saya cukup tahu bahwa Eppo memiliki pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan sehingga saya menolak.
Dengan membawa kamera saya berkeliling desa, sambil menikmati teriknya suasana hari itu. Desa Haranggaol memiliki keterikatan marga secara
geneologis territorial paling tidak mereka terikat secara garis klan besar
15
Orang yang suka berdukun, dan menyebarkan penyakit melalui ilmu mistik.
16
Diberikan penyakit oleh kekuatan gaib. Orang yang dibusung biasanya perutnya akan membesar dan keras kemudian akan mati. Orang yang dibusung adalah orang yang berkonflik dengan orang
yang memberikan busung. Konflik ini seperti kasus pencurian dan pemberitaan yang tidak benar fitnah kepada pihak lawan.
Universitas Sumatera Utara
26
Saragih
17
. Jadi kesolidaritasan di Desa Haranggaol ini terbangun oleh tali persaudaraan. Jika tidak bermarga Saragih, bermarga Purba yang memiliki isteri
boru Saragih. Atau ibu dari marga Purba tadi adalah boru Saragih.
Esokan harinya saya dihantarkan bang Eppo ke rumah seorang petani ikan bermarga Saragih, memang hampir 50 masyarakat di Haranggaol bermarga
Saragih. Ia bernama Toja Saragih. Sekitar 4 tahun lalu ia mendirikan keramba milik sendiri, sebelumnya ia mengurus keramba ayahnya. Setelah ayahnya
meninggal, beliau kemudian melanjutkan usahanya. Tulang Toja, sangat ramah dan terbuka terhadap pertanyaan-pertanyaan saya.
Pada suatu hari, setelah beberapa minggu mencari data terjadi sebuah kesalah pahaman diantara kami tepatnya dengan isteri tulang Toja. Saat itu isteri
tulang Toja yang bekerja sebagai Bidan ikut kekolam dan sedang duduk di sopo. Di depan sopo terdapat sebuah meja dan beberapa kursi, saya meletakan catatan
yang berisi outline, daftar wawancara, penulisan yang akan saya lakukan dan beberapa hal lain untuk kelanjutan skripsi ini. Nantulang sebutan untuk isteri
tulang membacanya dan muncullah sensitifitas terhadap saya. Namun ia tidak langsung menyatakannya kepada saya. Saya sedang asik merekam dan bercerita
dengan tulang di kolam, sehingga tidak menghiraukan catatan tersebut.
17
Di simalungun terdapat 4 marga yang disingkat dengan sebutan SiSaDapur Sinaga, Saragih, Damanik, Purba. marga-marga lain yang ada diwilayah Simalungun adalah marga pendatang.
Seperti marga Toba dan Karo.
Universitas Sumatera Utara
27
Keesokan harinya, tulang Toja secara halus tidak bersedia saya wawancarai. Saya tidak ambil pusing dan mencari informan lain. Dua hari
kemudian keadaan sama, tulang Toja masih tidak ingin saya wawancarai. Sampai akhirnya, saya pergi ke kolam mereka bersama dengan bang Eppo dengan
menumpang kapal milik tulang Gerhad Saragih. Sebelum ke kolam tulang Toja kami singgah ke kolam tulang Gerhad dan ikut memberi makan ikan. Setelahnya
kami diantar anggota tulang Gerhad ke kolam tulang Toja. Beliau sedikit menunjukan ekspresi terkejut dan tidak suka.
Secara spontan, nantulang yang saat itu berada di kolam berkata “udahlah dek, sebaiknya kamu jangan melanjutkan skripsimu kalau hanya untuk merusak
pendapatan kami”. Saya cukup terkejut mendengarnya dan memberanikan bertanya perihal pernyataan tersebut. Beliaupun menceritakan mengenai catatan
yang dibacanya, bang Eppo yang mendengarkan penjelasan tersebut tidak dapat berkata apapun. Namun dengan sigap, ia memberikan saya kesempatan untuk
menjelaskan tujuan akhir penulisan ini.
Saya menjelaskan bahwa penulisan ini hanya ingin mengetahui pengelolaan keramba jaring apung yang dilakukan masyarakat. saya sampai
memberikan salinan surat izin penelitian dari fakultas surat ini saya bawa dalam catatan untuk menyakinkan bahkan saya juga memberikan proposal rancangan
penelitian yang telah diseminarkan dan berjanji tidak akan merusak mata pencaharian masyarakat Haranggaol. Beliau yang masih belum percaya kemudian
memberikan hak penuh kepada suaminya. Apakah masih ingin diwawancara atau tidak. Tulang yang mengerti rasa takut saya kemudian berkata “ketakutanmu
Universitas Sumatera Utara
28
berlebihan, tidak mungkin panogolan
18
ini membuat yang tidak baik untuk masyarakat disini”. Meskipun tulang juga masih ragu, akan tetapi tampaknya ia
memberikan saya kesempatan untuk menyelesaikan penulisan ini.
Setelah beliau yakin kepada saya, wawancara kami semakin intens dan beliau sering mengenalkan saya kepada rekan-rekannya sesama pengusaha ikan.
Mulai dari pengusaha dengan 5 unit sampai 50 unit. Ada tulang Makdin, tulang Gerhard Saragih, Sihite merupakan anggota tulang Toja dan beberapa informan
lain yang mereka ingin disebut namanya. Dan saya menghormatinya.
Biasanya kami mengobrol setelah memberikan makan ikan, karena petani di Haranggaol memiliki kebiasaan “ngumpul” seusai memantau ikan. Tempat
berkumpulnya tidak jauh dari rumah bang Eppo, tepat disebelah rumahnya. Saya membuat wawancara dengan para petani tidak begitu formal, bahkan tanpa
mereka sadari saya seringkali mencari informasi dengan mengobrol ringan ini disarankan oleh pembimbing sebelum ke lapangan. Saya melakukan semacam
focus group discussion FGD dengan petani ikan di warung dengan tema kesadaran mereka terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi karena keramba.
Mereka sebenarnya sadar, akan tetapi mereka tidak punya pilihan. Sudah cukup lama dan terlanjur mendirikan keramba dengan modal mencapai 30jutaan untuk
mendirikan bangunan keramba belum termasuk modal untuk benih ikan. Memang modal tersebut sudah kembali saat ini, akan tetapi jika diberhentikan maka
Haranggaol akan kembali lumpuh seperti setelah terjadi hama pertanian.
18
Dalam bahasa Toba Panogolan adalah Bere. Yang artinya adalah anak dari sodara perempuan dari pihak laki-laki.
Universitas Sumatera Utara
29
Usaha keramba jaring apung ini dijadikan masyarakat sebagai suatu mata pencaharian yang mampu melipat gandakan pendapatan. Pasalnya sekali panen
petani meraup keuntungan lima juta rupiah perlobang kolam. Jika seorang petani memiliki 10 lobang maka sekali panen ia mendapat keuntungan mencapai 50 juta
rupiah. Dan banyak penyebab yang menjadikan mereka sulit di berikan pemahaman, pendapatan membutakan mereka dan ketidak percayaan mereka
terhadap pemerintah yang hanya menjanjikan tanpa pembuktian membuat usaha keramba jaring apung terus tumbuh pesat di Haranggaol.
Selain pemerintah yang menurut masyarakat hanya mengumbar janji, mereka juga memiliki kekuatan yang bernama solidaritas. Solidaritas ini dibangun
berdasarkan genealogis. Dimana semua penduduk memiliki hubungan darah dan sistem kekerabatan. Sehingga sosialisasi yang bagaimanapun akan sulit ketika
menyangkut keramba. Sama seperti pertama kali para informan yang menaruh rasa curiga kepada peneliti.
Janji yang dilontarkan pemerintah menjadi janji manis yang berubah getir dalam kehidupan mereka. Pesan mereka kepada saya saat penelitian ini usai
adalah tetaplah menjadi rendah hati, jangan sombong dan jangan lupa ketika sudah menjadi sukses. Pesan yang paling penting dan harapan para informan
adalah jangan merusak ketenangan yang sudah tercipta di Desa Haranggaol dengan menuliskan yang tidak baik, tulislah apa adanya dan sebagaimana
mestinya.
Universitas Sumatera Utara
30
Pemerintah yang menginginkan danau milik masyarakat Haranggaol ini kembali seperti semula perlu tindakan ekstra. Diperlukan penelitian yang
berkelanjutan, dan tindakan nyata untuk merealisasikan Haranggaol sebagai destinasi wisata. Jadi jika ingin melakukan kesadaran dan pemahaman kepada
para petani, belajarlah bagaimana pengelolaan yang mereka lakukan. Pelajari bagaimana kebudayaan mereka. Sehingga usaha untuk melestarikan Danau Toba
sebagai ikon Sumatera Utara tercapai. Haranggaol yang memang indah dengan tumpukan keramba banyak mengajarkan saya tentang kekuatan hukum
masyarakat bernama unnamed low. Sehingga koeksistensi sangat diperlukan untuk keberlanjutan mata pencaharian keramba jaring apung ini.
1.6.3 Analisi Data