80 untuk merokok di sekolah. Guru Bimbingan dan Konseling memberikan
pendapat tidak setuju dengan adanya kebijakan tersebut, namun tidak bisa berbuat banyak karena kondisi siswa yang memang suadah
mempunyai kebiasaan merokok yang susah untuk diatur. Keadaan siswa yang seperti itu juga dipersulit dengan pendapat Kepala Sekolah yang
setuju jika ada tempat khusus merokok walaupun ada upaya untuk menghilangkan tempat tersebut.
d. Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi jelas mempengaruhi keberhasilan kebijakan karena melibatkan banyak pihak di dalamnya. Beberapa pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan kebijakan akan bersinergi membentuk struktur birokrasi untuk mewujudkan implementasi kebijakan sesuai dengan
tujuan. Struktur birokrasi memiliki pemimpin yang mempunyai peran sebagai penanggung jawab. Pemimpin struktur birokrasi dalam
implementasi kebijakan kawasan tanpa rokok di SMA Gadjah Mada Yogyakarta adalah Kepala Sekolah, namun karena Kepala Sekolah yang
lama sudah meninggal dunia saat ini sementara digantikan oleh pelaksana tugas Kepala Sekolah.
Sebuah implementasi kebijakan tentu saja memiliki Standart Operating Procedure SOP. SOP digunakan sebagai pedoman oleh
pelaksana kebijakan dalam melaksanakan tugasnya. Implementasi kebijakan kawasan tanpa rokok di SMA Gadjah Mada Yogyakarta tidak
sepenuhnya serupa dengan SOP, hanya dilakukan secara sederhana
81 seperti yang dijelaskan oleh Bapak AE selaku Pelaksana Tugas Kepala
Sekolah di SMA Gadjah Mada Yogyakarta, “Untuk SOPnya kebijakan kawasan tanpa rokok ini mungkin kita
belum menjalankan sebagaimana mestinya, namun sekolah sudah memasukan larangan merokok di sekolah pada tata tertib.
Pelaksanaan tata tertib diawasi oleh Kepala Sekolah dibantu Guru dan karyawan. Pihak sekolah juga sudah memasang tanda dilarang
merokok. Tidak ada pedoman dari sekolah untuk melaksanakan kebijakan tanpa rokok, hanya untuk melokalisasi para perokok
supaya tidak menggangu yang tidak merokok.. Jadi oleh Kepala Sekolah yang almarhum, disediakan tempat khusus untuk merokok
di lingkungan sekolah, ada pohon rindang jadi asapnya bisa dinetralkan. Sehingga tempat tersebut dijadikan kawasan khusus
untuk merokok. Namun untuk saat ini pihak sekolah mengupayakan untuk menghilangkan kawasan khusus merokok
tersebut.
” AE05052016 Pelaksanaan kebijakan tersebut mempunyai tim yang terdiri dari
Guru bimbingan konseling, Guru walikelas dibantu Wakasek Kesiswaan dan diawasi oleh Kepala Sekolah. Tugas dari tim tersebut dijelaskan oleh
Bapak AE selaku Kepala Sekolah di SMA Gadjah Mada sebagai berikut: “Tugas dari tim untuk mensukseskan program tersebut hanya
mengawasi siswa di sekolah, jika ada siswa yang melanggar akan diberikan sanksi. Guru Wali Kelas juga memasang tulisan dilarang
merokok di dalam kelas.” AE05052016 Untuk menjalankan kebijakan tersebut perlu dilakukan koordinasi.
Berikut penjelasan dari Ibu EM selaku Guru Bimbingan dan Konseling di SMA Gadjah Mada mengenai koordinasi pelaksanaan kebijakan kawasan
tanpa rokok: “...untuk menanggapi kebijakan kawasan tanpa rokok di
lingkungan sekolah terdapat koordinasi antara Kepala Sekolah, Guru bimbingan konseling dan Wali Kelas
.” EM18042016
82 Hal tersebut diperkuat dengan pendpat Ibu TE selaku Guru di SMA
Gadjah Mada Yogyakarta: “Koordinasi untuk menanggapi kebijakan tersebut dilakukan oleh
Guru Wali Kelas dengan Guru bimbingan dan konseling diawasi oleh Kepala Sekolah
.” TE20042016 Koordinasi yang dilakukan pihak sekolah dalam pelaksanaan
kebijakan kawasan tanpa rokok di sekolah melibatkan Guru bimbingan dan konseling, Guru Wali Kelas dan Wakasek Kesiswaan serta diawasi
oleh Kepala Sekolah. Koordinasi antar anggota disesuaikan dengan tugas masing-masing.
Kesimpulan dari beberapa pendapat di atas menunjukkan bahwa belum ada pedoman yang jelas dari pihak sekolah untuk mengatur
pelaksanaan Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan Sekolah. Pihak sekolah sudah melaksanakan perintah untuk memasukan larangan
merokok di lingkungan sekolah pada tata tertib sekolah, selain itu pihak sekolah juga telah memasang tanda dilarang merokok di sekolah.
Tim pelaksana kebijakan kawasan tanpa rokok di SMA Gadjah Mada terdiri dari Guru Bimbingan Konseling, Wali Kelas, Wakasek
Kesiswaan dan Kepala Sekolah. Tugas pelaksana kebijakan disini adalah mengawasi siswa di sekolah, jika ada siswa yang melanggar akan
diberikan sanksi. Guru Wali Kelas mempunyai tugas memasang tulisan dilarang merokok di dalam kelas serta mengawasi siswa agar tidak
merokok di kelas. Koordinasi pelaksanaan kebijakan tersbut dimulai dari
83 Wali Kelas dan Guru bimbingan konseling dibantu Wakasek Kesiswaan.
Pelaksanaan kebijakan tersebut diawasi oleh Kepala Sekolah.
4. Faktor Penghambat Implementasi Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di SMA Gadjah Mada Yogyakarta
Implementasi kebijakan kawasan tanpa rokok di SMA Gadjah Mada Yogyakarta kurang berjalan dengan baik. Pelaksanaan kebijakan tersebut
masih memiliki beberapa kendala yang dihadapi. Kendala yang dihadapi mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan kawasan tanpa rokok di sekolah.
Kendala yang menghambat pelaksanaan kebijakan tersebut dijelaskan oleh Bapak AE selaku Pelaksana Tugas Kepala Sekolah di SMA Gadjah Mada
Yogyakarta : “Faktor penghambat dalam pelaksanaan program tersebut yang
jelas siswa sudah terbiasa dengan rokok. Banyak siswa yang berhenti rokok sebentar, tetapi pikirannya menjadi tidak bisa fokus.
Guru pun juga begitu. Mungkin mereka akan berhenti, kalau sudah terkena penyakit seperti jantung, dll.
” AE05052016 Kendala lain juga dijelaskan oleh Ibu EM selaku Guru Bimbingan dan
Konselng di SMA Gadjah Mada Yogyakarta sebagai berikut : “Penghambatnya berasal dari input siswa yang masuk ke sekolah
ini sebagian besar adalah siswa dari sekolah lain yang dikeluarkan karena kenakalan mereka. Penghambat lainnya berasal dari
anaknya sendiri yang memang tidak mempunyai keinginan untuk berhenti. Mungkin mereka berpikir daripada kearah minuman keras
atau ke narkoba mending merokok, itu kata siswanya. Pengaruh lingkungan
mereka juga
mempengaruhi seperti
keluarga bermasalah, disini kebanyakan, dari keluarga broken home, orang
tua terlalu sibuk, anaknya terbengkalai, keadaan orang tua yang tidak mampu kemudian mungkin dulu SMP nya tidak dapat
mengatasi keadaan mereka yang seperti itu
.” EM18042016
84 Pelaksanaan kebijakan kawasan tanpa rokok di SMA Gadjah Mada
Yogyakarta masih menemui hambatan. Faktor yang menjadi penghambat implementasi kebijakan kawasan tanpa rokok selain faktor eksternal yang
telah disampaikan di atas, terdapat faktor internal yang menjadi hambatan. Faktor internal yang menghambat pelaksanaan kebijakan kawasann tanpa
rokok dijelaskan oleh Ibu EM selaku Guru BK di SMA Gadjah Mada Yogyakarta sebagai berikut :
“.....Dulu jika akan menerapkan kebijakan kawasan tanpa rokok belum bisa maksimal dan terkesan enggak mempan karena Kepala
Sekolah yang dulu malah menerapkan kebijakan bebas rokok di sekolah yang bertempat di belakang kelas yang terdapat pohon
rindang yang menurut siswa asik untuk nongkrong....” EM18042016
Ibu EM menambahkan. “....Beberapa Guru ada yang merokok di sekolah ini. Mereka sering
merokok di ruang Guru namun melihat situasi sekitar jika keadaan sepi mereka baru merokok agar tidak menganggu yang lain. Hal
seperti yang membuat kami susah untuk memberi tahu para siswa yang merokok karena beberapa Guru
saja merokok di sekolah.” EM18042016
Pendapat lain disampaikan oleh Ibu TE selaku Guru yang tidak merokok di SMA Gadjah Mada Yogyakarta:
“Penghambatnya karena kurang ketegasan dari sekolah Guru-Guru disini ada juga yang mengajar di sekolah lain, untuk kebijakan-
kebijakan seperti itu menunggu forum. Hal-hal mengenai kebijakan dapat disampaikan saat rapat. Untuk pendukungnya Kepala Sekolah
yang baru berusaha menghilangkan tempat khusus merokok yang dibuat oleh mantan Kepala Sekolah
” “ TE20042016
Kesimpulan dari beberapa penjelasan di atas terdapat beberapa faktor internal yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan kebijakan
kawasan tanpa rokok di SMA Gadjah Mada terdapat dua faktor, yakni