Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok

32

3. Sasaran Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan Sekolah

Kebijakan kawasan tanpa rokok di lingkungan sekolah mempunyai sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015 pada pasal 3. Sasaran Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan Sekolah adalah sebagai berikut: a. Kepala sekolah b. Guru c. Tenaga kependidikan d. Peserta didik; dan e. Pihak lain di dalam Lingkungan sekolah

4. Penyelenggaraan Kebijakan

Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan Sekolah Untuk mendukung penyelenggaraan Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan Sekolah, pihak sekolah wajib melakukan hal-hal sesuai dengan pasal 4, pasal 5, pasal 6, dan pasal 7 dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015. Hal-hal yang perlu dilakukan sekolah adalah sebagai berikut: Pasal 4 : a. memasukkan larangan terkait rokok dalam aturan tata tertib sekolah; b. melakukan penolakan terhadap penawaran iklan, promosi, pemberian sponsor, danatau kerja sama dalam bentuk apapun 33 yang dilakukan oleh perusahan rokok danatau organisasi yang menggunakan merek dagang, logo, semboyan, danatau warna yang dapat diasosiasikan sebagai ciri khas perusahan rokok, untuk keperluan kegiatan kurikuler atau ekstra kulikuler yang dilaksanakan di dalam dan di luar Sekolah; c. memberlakukan larangan pemasangan papan iklan, reklame, penyebaran pamflet, dan bentuk-bentuk iklan lainnya dari perusahaan atau yayasan rokok yang beredar atau dipasang di Lingkungan Sekolah; d. melarang penjualan rokok di kantinwarung sekolah, koperasi atau bentuk penjualan lain di Lingkungan Sekolah; dan e. memasang tanda kawasan tanpa rokok di Lingkungan Sekolah. Pasal 5 : 1 Kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, peserta didik, dan Pihak lain dilarang merokok, memproduksi, menjual, mengiklankan, danatau mempromosikan rokok di Lingkungan Sekolah. 2 Kepala sekolah wajib menegur danatau memperingatkan danatau mengambil tindakan terhadap guru, tenaga kependidikan, dan peserta didik apabila melakukan larangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 3 Kepala sekolah dapat memberikan sanksi kepada guru, tenaga kependidikan, dan Pihak lain yang terbukti melanggar ketentuan Kawasan tanpa rokok di Lingkungan Sekolah. 4 Guru, tenaga kependidikan, danatau peserta didik dapat memberikan teguran atau melaporkan kepada kepala sekolah apabila terbukti ada yang merokok di Lingkungan Sekolah. 5 Dinas pendidikan setempat sesuai dengan kewenangannya memberikan teguran atau sanksi kepada kepala sekolah apabila terbukti melanggar ketentuan Kawasan tanpa rokok di Lingkungan Sekolah berdasarkan laporan atau informasi dari guru, tenaga kependidikan, peserta didik, danatau Pihak lain. Pasal 6 : Larangan penjualan rokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf d dan pasal 5 ayat 1 berlaku juga terhadap larangan penjualan permen berbentuk rokok atau benda lain yang dikonsumsi maupun yang tidak dikonsumsi yang menyerupai rokok atau tanda apapun dengan merek dagang, logo, atau warna yang bisa diasosiasikan dengan produkindustri rokok. 34 Pasal 7 : 1 Dinas pendidikan provinsikabupatenkota sesuai dengan kewenangan melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Peraturan Menteri ini secara berkala paling sedikit dalam satu tahun. 2 Dinas pendidikan provinsikabupatenkota menyusun dan menyampaikan hasil pelaksanaan pemantauan kepada walikota, bupati, gubernur, danatau menteri terkait sebagaimana dimaksud pada ayat 1 sesuai dengan kewenangannya. 3 Sekolah wajib melakukan pembinaan kepada peserta didik yang merokok di dalam maupun di luar Lingkungan Sekolah sesuai dengan tata tertib yang berlaku di sekolah.

E. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh: 1. Sulistianto Purbo Prasetyo pada tahun 2015 dengan judul “Implementasi Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok Di Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian ini didasari oleh berbagai masalah diantaranya yaitu 1 Masih banyak mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta yang melanggar kebijakan kawasan tanpa rokok di kampus UNY, 2 Implementasi Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Universitas Negeri Yogyakarta yang dirasa masih kurang optimal. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui 1 implementasi Kawasan Tanpa Rokok di Universitas Negeri Yogyakarta, 2 faktor penghambat dalam pelaksanaan Implementasi Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Universitas Negeri Yogyakarta. Jenis penelitian pada penelitian tersebut adalah penelitian deskriptif kualitatif. Narasumber penelitian adalah Wakil Rektor II, lima Dekan, dua wakil Dekan, tujuh 35 karyawan, dan sepuluh mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan 1 observasi, 2 wawancara, dan 3 dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah peneliti itu sendiri yang terlibat langsung dalam penelitian. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan trianggulasi sumber. Teknik analisis data menggunakan model penelitian interaktif Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses implementasi kebijakan kawasan tanpa rokok di Universitas Negeri Yogyakarta tidak berjalan dengan efektif. Pelaksanaan kebijakan tersebut mengalami beberapa hambatan yaitu: 1 komunikasi yang kurang baik antar pelaksana maupun ke kelompok sasaran, 2 sumber daya manusia maupun anggaran yang masih kurang memadai, 3 kurangnya komitmen dan dedikasi dari para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan, 4 Struktur birokrasi dan tidak adanya SOP dalam proses pelaksanaan kebijakan. 2. Sit i Sunarti pada tahun 2015 dengan judul “Penerapan Kawasan Tanpa Asap Rokok Di Sekolah Tinggi Kesehatan Muhammadiyah Samarinda”. Penelitian ini dilatar belakangi oleh kebiasaan merokok di Indonesia menurut Rikesdas 2010, rata-rata umur mulai merokok secara nasional adalah 17,6 tahun dengan persentase penduduk yang mulai merokok tiap hari terbanyak pada umur 15-19 tahun. Mengatasi masalah tersebut sebagian besar lembaga pendidikan menerapkan kawasan bebas asap rokok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan Kawasan Tanpa Rokok di STIKES Muhammadiyah Samarinda. Metode Penelitian yang digunakan 36 adalah studi kasus dengan strategi eksploratif. Subjek penelitian ditentukan secara purposive. Teknik pengumpulan data menggunakan 1 observasi, 2 diskusi kelompok terarah DKT, dan 3 wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa STIKES Muhammadiyah Samarinda mulai menerapkan Kawasan Tanpa Rokok KTR pada tahun 2011 sesuai dengan SK No. 0579II.3.AuKep2011. Strategi yang digunakan dalam penerapan Kawasan Tanpa Rokok KTR yaitu adanya peraturan dan sanksi tertulis bagi mahasiswa, sosialisasi tentang Kawasan Tanpa Rokok dibantu oleh organisasi mahasiswa penerapan Kawasan Tanpa Rokok didukungan oleh pimpinan dosen, staf, dan mahasiswa. Kesimpulan dari penelitian ini menjalaskan bahwa penerapan Kawasan Tanpa Rokok di kampus dapat mempengaruhi perilaku merokok mahasiswa, dosen dan staf administrasi. Relevansi dari kedua penelitian di atas yaitu sama-sama meneliti tentang implementasi kawasan tanpa rokok. Perbedaan penelitian di atas terdapat pada jenjang pendidikan yang berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Sulistianto Purbo Prasetyo pada tahun 2015 mengambil tentang implementasi kebijakan kawasan tanpa rokok pada tingkat perguruan tinggi yaitu di Universitas Negeri Yogyakarta. Siti Sunarti pada tahun 2015 meneliti tentang penerapan kawasan tanpa asap rokok pada tingkat perguruan tinggi yaitu di Sekolah Tinggi Kesehatan Muhammadiyah Samarinda. 37

F. Kerangka Berpikir

Kebiasaan merokok yang tidak terkendali mulai meresahkan masyarakat khususnya bagi masyarakat yang tidak merokok atau sering disebut perokok pasif. Kebebasan menghirup udara yang segar kini tercemar oleh ulah para perokok yang tidak mempedulikan lingkungan sekitar saat mereka sedang merokok. Efek kesehatan tentu saja mengancam perokok aktif dan perokok pasif serta tanpa disadari perilaku tersebut menjadi contoh buruk bagi generasi penerus bangsa. Mereka akan meniru perilaku tersebut dan menganggap merokok di sembarang tempat adalah hal yang biasa. Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok KTR ditetapkan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Konsep Kawasan Tanpa Rokok terdapat dalam Undang – Undang Kesehatan No.36 tahun 2009 pasal 115 dan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri No. 188MENKESPBI2011 No.7 Tahun 2011 Tentang Pedoman Kawasan Tanpa Rokok. Implementasi Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok didukung oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dan Walikota Yogyakarta, dengan Pergub Nomer 42 Tahun 2009 dan Perwal Nomor 12 Tahun 2015 Tentang Kawasan Tanpa Rokok. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menetapkan Peraturan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah. Peraturan tersebut memberikan ketegasan batas – batas kawasan tanpa rokok di sekolah dengan harapan terciptanya lingkungan yang sehat di dalam lingkungan sekolah. 38 Berikut adalah alur ilustrasi dari kerangka berpikir dalam penelitian ini : Gambar 2. Kerangka Berpikir Implementasi Undang – Undang Kesehatan No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah . Implementasi Kebijakan Teori Charles O. Jones  Tahap Pengorganisasian  Tahap Interpretasi  Tahap Aplikasi Implementasi Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di SMA Gadjah Mada Yogyakarta Faktor Pendukung :  Komunikasi  Sumber Daya  Disposisi  Struktur Birokrasi Faktor Penghambat :  Komunikasi  Sumber Daya  Disposisi  Struktur Birokrasi