206
For m a t t e d: I ndonesian For m a t t e d: I ndonesian
For m a t t e d: I ndonesian For m a t t e d: I ndonesian
For m a t t e d: I ndonesian For m a t t e d: I ndonesian
For m a t t e d: I ndonesian
For m a t t e d: I ndonesian For m a t t e d: I ndonesian
For m a t t e d: I ndonesian
For m a t t e d: Space Before: 0 pt
For m a t t e d: I ndonesian
For m a t t e d: I ndonesian For m a t t e d: Justified
For m a t t e d: Space A fter: 6 pt, Line spacing: single
For m a t t e d: I ndonesian
3. Permintaan Tepung Terigu Industri Kecil dan Menengah
Tabel 6 58
menunjukkan permintaan langsung tepung terigu domestik oleh industri kecil menengah dipengaruhi oleh
variabel bedakala harga riilharga tepung domestik
ditingkatdi tingkat Pedagang Besar
-, n
s, dan variabel
bedakalaharga riil ouput produksi industri kecil menengah +, s, jumlah
penduduk Indonesia +, s . , dan variabel bedakala harga telur +, ns.
Dimana variabel bedakala harga tepung domestik di tingkat Pedagang Besar tidak berbeda
nyata pada taraf α 0.15, sedangkan variabel bedakala jumlah penduduk
Indonesia berbeda nyata pada taraf α 0.15.
Meningkatnya jumlah penduduk
Indonesiaharga riil ouput produksi industri kecil menengah , dan jumlah penduduk Indonesia
akan meningkatkan permintaan langsung tepung terigu domestik oleh industri kecil menengah.
Nilai R² sebesar 0.6840 pada Tabel 65 menggambarkan bahwa sekitar 68.40 persen variabel variabel bedakala harga tepung domestik di tingkat
pedagang besar, dan variabel bedakala jumlah penduduk Indonesia variabel eksogen secara bersama mampu menjelaskan perilaku persamaan permintaan
tepung terigu domestik untuk industri kecil menengah.
Nilai R² sebesar 0.8044 menggambarkan bahwa sekitar 0.8044 persen variabel penjelas variabel eksogen secara bersama mampu menjelaskan perilaku
persamaan permintaan tepung terigu domestik untuk industri kecil menengah. Tabel 68. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Permintaan Tepung Terigu
Domestik untuk Industri Kecil dan Menengah Variabel
Parameter Dugaan
Standar Error
t-hitung Prob|T| Elastisitas
Int ersep -3427589
912883 -3.755
0.0015 RPTPB
-554.448144
t
255.757077 -2.168
0.0438 -0.980771917
207
ROPKM 0.081500
t
0.032240 2.528
0.0210 0.57457036
PENIDN 24355
t
5451.652873 4.467
0.0003 3.946529889
RPHIDN 110.849574
t-1
85.873729 1.291
0.2131 0.588019295
F =
18.504
R-Square =0.8044
Durbin-Watson=2.112
Tabel 65. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Permintaan Tepung Terigu Domestik untuk Industri Kecil dan Menengah
Variabel Parameter
Dugaan Standar
Error t-
hitung Prob|T|
Elastisitas
Intersep -3372195
693204 -4.865
0.0001
RPTPB
-226.266694
t-1
261.413410 -0.866
0.3970 -0.395602827
PENIDN
27176
t -1
5064.642485 5.366
0.0001 4.370294451
F =
21.641
R-Square =0.6840
Durbin-Wat son=2.004
Selanjutnya Tabel 65 juga memperlihatkan bahwa Bb erdasarkan nilai
elastisitasnya, permintaan tepung terigu untuk industri kecil dan menengah
permintaan tepung terigu untuk industri kecil dan menengah bersifat inelatis terhadap variabel harga tepung terigu di tingkat pedagang besar, sedangkan
terhadap variabel jumlah penduduk Indonesia bersifat elastisinstrumen kebijakan hanya dapat diterapkan pada variabel jumlah penduduk Indonesia, sedangkan
variabel lainnya tidak bisa digunakan sebagai instrumen kebijakan, karena bersifat inelastis. Elastisitas harga tepung terigu di tingkat pedagang besar dari
permintaan tepung terigu untuk industri kecil dan menengah sebesar -0.40 artinya terjadi penurunan permintaan tepung terigu untuk industri kecil dan menengah
sebesar 0.40 persen sebagai respon peningkatan harga tepung terigu di tingkat pedagang besar sebesar 1 persen. Sehingga pada persamaan permintaan tepung
terigu untuk industr kecil dan menengah, variabel harga tepung terigu di tingkat pedagang besar bukan merupakan variabel yang efektif untuk dikenakan suatu
kebijakan untuk menurunkan permintaan tepung terigu untuk industri kecil dan menengah..
4. Permintaan Tepung Terigu Industri Mak anan dan Minuman