The impact of import tariff and quota policy on performance of the Indonesian wheat flour industry

(1)

DAMPAK KEBIJAKAN

TARIF DAN KUOTA IMPOR TERHADAP

KINERJA INDUSTRI TEPUNG TERIGU INDONESIA

DISERTASI

PUR WOTO R USLAN HIDAYAT

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

DAMPAK KEBIJAKAN

TARIF DAN KUOTA IMPOR TERHADAP

KINERJA INDUSTRI TEPUNG TERIGU INDONESIA

DISERTASI

PUR WOTO R USLAN HIDAYAT

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Kehutanan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(3)

RINGKASAN

PURWOTO RUSLAN HIDAYAT. 2012. Dampak Kebijakan Tarif dan Kuota

Impor Terhadap Kinerja Industri Tepung Terigu Indo nesia (BONAR M.

SINAGA sebagai Ketua, RINA OKTAVIANI, dan WILSON H. LIMBONG

sebagai Anggota Komisi Pembimbing).

Tujuan pe ne litian adalah untuk (1) mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku impor, permintaan da n harga biji gandum, serta impor,

produksi, permintaan, ekspor dan harga tepung terigu Indonesia, (2) menganalisis

dampak kebijakan tarif dan kuota terhadap impor, permintaan da n harga biji

gandum terutama peruba han-perubahan kesejahteraan yang terjadi pada produsen

penggilingan biji gandum, konsumen, dan penerimaan pemerintah, (3)

menganalisis dampak kebijakan tarif dan kuota terhadap impor, produksi,

permintaan, da n harga tepung terigu terutama peruba han-perubahan

kesejahteraan yang terjadi pada produsen penggilingan biji gandum, konsumen,

dan pe nerimaan pe merintah, da n (4) menentuka n alternatif kebijakan dengan

mempertimbangkan kepentingan produsen tepung terigu, konsumen tepung terigu

dan penerimaan pemerintah dalam rangka meningkatkan kinerja industri tepung

terigu.

Alternatif kebijakan disimulasi

dengan menggunakan

mode l

ekonometrika dalam bentuk persamaan simultan yang terdiri da ri 55 persamaan

strukt ural, 1 persamaan teknis produksi dan 9 persamaan ide ntitas. Metode

Two

Stage Least Squares (2SLS)

digunakan untuk menduga parameter persamaan

struktural.

Penelitian menganalisis 6 skenario peramalan instrumen tunggal dan satu

skenario peramalan instrumen gabungan, dengan hasil simulasi menunjukkan

bahwa skenario peramalan gabungan Kuota Impor Biji Gandum sebesar 90 persen

dan Pelarangan Impor Tepung Terigu adalah simulasi terbaik berdasarkan dari

dampak terhadap produsen dan konsumen, sedangkan simulasi kebijakan yang

memberikan dampak terburuk adalah simulasi kebijakan Peningkatan Impor Biji

Gandum sebesar 10 persen.

Kebijakan gabungan Kuota Impor Biji Gandum sebesar 90 persen dan

Pelarangan Impor Tepung Terigu berdampak positif terhadap konsumen dan

produsen. Hal ini diperlihatkan dengan terjadinya tambahan surplus konsumen

dan produsen. Konsumen tepung terigu Indonesia memperoleh tambahan surplus

konsumen dengan turunnya harga disemua tingka tan seperti harga tepung terigu

ditingkat industri, pedagang besar dan pedagang eceran. Turunnya harga juga

berdampak positif bagi industri makanan dan minuman yang membeli tepung

terigu sebagai bahan baku pada tingkat industri. Sedangkan prod usen tepung

terigu Indonesia memperoleh dampak positif karena turunnya harga impor biji

gandum seba gai ba han baku da n mengalami dampak negatif karena produksi

tepung terigu da n harga jua l tepung terigu ditingkat industri yang turun namun

secara keseluruhan prod usen tepung terigu memperoleh tambahan surplus

produsen. Secara keseluruhan masyarakat memperoleh kenaikan kesejahteraan

masyarakat. Dari sisi devisa Indonesia, kebijakan ini menguntungkan Indo nesia

karena terjadi pe nurunan kehilangan devisa.


(4)

2

Kebijakan Peningkatan Impor Biji Gandum sebesar 10 persen sebagai

kebijaka n terburuk dilihat da ri peruba han kesejahteraan masyarakat yang terjadi.

Konsumen memperoleh tambahan surplus konsumen sementara produsen

mengalami penurunan surplus produsen namun ka rena tamba han surplus

konsumen lebih kecil penurunan surplus produsen sehingga secara keseluruhan

terjadi kesejahteraan masyarakat yang menurun. Konsumen tepung terigu

ditingkat pengecer, pedagang besar, dan industri memperoleh keuntungan karena

turunnya harga. Ditinjau dari sisi produsen industri penggilingan tepung terigu,

penerapan kebijakan ini berdampak pada produksi tepung terigu yang naik, namun

dengan harga jual yang naik sehingga prod usen mempe roleh penurunan surplus

produsen.

Skenario gabungan pengenaan Kuota Impor Biji Gandum sebesar 90

persen dan Pelarangan Impor Tepung Terigu yang dikombinasikan dengan

kebijakan terintegrasi pena nganan ketahanan pa ngan disarankan seba gai suatu

kebijaka n yang sesuai untuk memajuka n industri tepung terigu Indonesia karena

Kuota Impor Biji Gandum sebesar 90 persen dan Pelarangan Impor Tepung

Terigu merupakan representasi dari: (1) kepentingan pemerintah dalam menjaga

ketahanan pa ngan nasional, (2) kepentingan pengusaha melalui tamba han surplus

produsen yang diterima, dan (3) kepentingan konsumen melalui tamba han surplus

konsumen.

Kata kunci : industri tepung terigu, kebijakan tarif dan kuota, surplus produsen,

surplus konsumen


(5)

ABSTRACT

PURWOTO RUSLAN HIDAYAT. 2012. The Impact of Import Tariff and

Quota Policy on Perfor mance of the Indo nesian Wheat Flour Industry (BONAR

M. SINAGA as Chairman, RINA OKTAVIANI and WILSON H. LIMBONG as

Members of the Advisory Committee).

The objectives of this study are to analyze impor t tariff and quota po licy

on performance of the Indo nesian wheat flour industry, with particular objective is

to: (1) identify the factors that influence the behavior of impor t, demand, and

price of wheat, as well as the import, production, demand, and price of Indonesian

wheat flour, (2) analyze the impacts of tariff and quota on impor t, demand and

grain price, especially changes that occur in the welfare of milling grain

producers, consumer and government revenue

,

(3) analyze the impacts of tariff

and quota on impor t, production, demand and price of wheat flour, especially

changes that occur in well-being of milling grain producer, consumer, and

government revenue, and (4) determine the policy alternatives by considering the

interests of producers of wheat flour, wheat flour consumers and government

revenue in order to improve performance of wheat flour industry.

Alternative policies are simulated by using econometric models in form of

simultaneous equation consisting of 55 structural equations, one technical

equation of production, and 9 identity equations. Method Two Stage Least

Squares (2 SLS) is used to estimate the parameters of structural equations.

The study analyzed forecasting six single instruments scenarios, and one

combined tariff dan quotas instruments scenario. The results show that the

combined forecasting scenarios of Wheat Seed Impo rt Quota by 90 percent and

Import Prohibition o f Wheat Flour is the best simulation based on the impacts on

producers and consumers, while simulation of policies resulting the worst impact

is the policy of increasing Wheat Seed Imports by 10 percent.

Imposition of combined policy of Wheat Seed Import Quota by 90 percent

and Import Prohibition of Wheat Flour gives a positive impact upon producers

and consumers is recommended as an appropriate policy to promote wheat flour

industry in Indo nesia by considering that those policies representing: (1) interest

of Indonesian government to maintain national food security, (2) interest of wheat

flour enterprise through additional producer surplus, and (3) interest of consumers

through the additional consumer surplus.

Key words : wheat flour industry, tariff and q uota po licy, pr od user and consumer

surplus.


(6)

@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2012

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1.

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumber

a.

Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau

tinjauan suatu masalah

b.

Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar

Institut Pertanian Bogor

2.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

tulis dalam bentuk apapun tanpa izin Institut Pertanian Bogor.


(7)

Judul Disertasi : DAMPAK KEBIJAKAN TARIF D AN KUOTA

IMPOR TERHAD AP KINERJA INDUSTRI

TEPUNG TERIGU INDONESIA

Nama

: Purwoto Ruslan Hidayat

Nomor Pokok

: A5460141614

Prog ram Studi

: Ilmu Ekonomi Pertanian

Menye tujui,

1.

Komisi Pembimbing

Ketua

Prof. D r. Ir. Bonar M. Sinaga, MA

Anggota

Prof. D r. Ir. Rina Oktaviani, MS

Anggota

Prof. D r. Ir. Wilson H. Limbong, MS

Menge tahui

2.

Ketua Program Studi

Ilmu Ekonomi Pertanian

Prof. D r. Ir. Bonar M. Sinaga, MA

3. Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr


(8)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyataka n bahwa disertasi yang berjudul:

DAMPAK KEBIJAKAN TARIF DAN KUOTA IMPOR TERHAD AP

KINERJA INDUSTRI TEPUNG TERIGU INDONESIA

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah

dipublika sikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah

dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Jakarta, Januari 2012

Nrp : A5460141614/EPN

Purwoto Ruslan Hida yat


(9)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyataka n bahwa disertasi yang berjudul:

DAMPAK KEBIJAKAN TARIF DAN KUOTA IMPOR TERHAD AP

KINERJA INDUSTRI TEPUNG TERIGU INDONESIA

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah

dipublika sikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah

dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Jakarta, Januari 2012

Nrp : A5460141614/EPN

Purwoto Ruslan Hida yat


(10)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan

hidayah-Nya sehingga disertasi ini dapat penulis selesaikan. Penyusunan disertasi ini

adalah merupakan salah syarat untuk memperoleh gelar doktor pada Sekolah

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada yth:

1.

Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA selaku ketua komisi pembimbing, yang

telah secara intensif membimbing penulis mulai dari perumusan masalah,

penent uan mode l analisis, hingga penyajian hasil penelitian.

2.

Prof. Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS. dan Prof. Dr. Ir. Wilson H. Limbong, MS.

selaku anggota komisi pembimbing, yang telah memberikan masukan yang

sangat ko nstrukt if da n arahan yang memperluas wawasan penulis.

3.

Prof. Dr.Ir. Khairil A. Notodiputro, MS (Dekan Sekolah Pascasarjana IPB),

penulis mengucapka n terima kasih atas arahannya dalam penyelesaian studi

penulis di Institut Pertanian Bogor.

4.

Bapak Dr. Ir. Boen M. Purnama, M.Sc. Sekretaris Jenderal da n Dr. Ir. Slamet

Riyadhi, M.FR. yang telah memberikan ijin da n ke muda han kepada penulis

untuk meneruska n studi S3 di IPB.

5.

Bapak Dr. Susilo Bambang Yudhoyono dan Bapak Dr. Rusman Heriawan

teman satu kelas yang telah memberikan teladan, semangat dan dorongan

selama kuliah bersama-bersama.


(11)

ix

6.

Reka n-rekan mahasiswa Progran Studi EPN Khusus da n EPN Reguler dari

berbagai angkatan.

7.

Istri tercinta Ir. Ida Poespita, MSi. dan anak-anak tercinta Pradito Banu Jati,

Dwaya Putranti Sekarwening, Putranti Sekar Asri atas dorongan dan

pengorbanannya selama penulis menyelesaikan studi dan juga kepada ibu

mertua atas doanya yang tiada henti.

8.

Semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu yang telah membantu

penulis baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaiannya studi.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik kepada semua pihak

atas terselesaikannya disertasi ini. Penulis menyadari bahwa dengan segala

keterba tasan yang dimiliki sehingga disadari bahwa disertasi ini jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu segala kritik, masuka n da n saran dari segala pihak

sangat diharapkan penulis untuk perbaikan disertasi ini.

Jakarta, Januari 2012


(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 Agustus 1962 dari ayah Drs.

Roeslan Hida yat (Almarhum) dan Ibu Sri Soekarni (Almarhumah). Penulis

merupakan putra keenam dari tiga belas bersaudara.

Penulis lulus Sekolah Dasar Taman Pusaka tahun 1974, Sekolah

Menengah Pertama Negeri XCV tahun 1977, Sekolah Menengah Atas Negeri XIII

tahun 1981. Pada tahun 1982, penulis melanjutkan kuliah di Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 1986. Selanj utnya pada tahun 1993

penulis berkesempatan meneruskan studi Pascasarjana di Asian Institute of

Management, pada program Management Development dan selesai S2 pada

tahun 1994. Pada tahun 2002 penulis melanjutkan studi program Doktor pada

Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dengan biaya mandiri. Penulis

bekerja di Kementrian Kehutanan sejak tahun 1987 dan sekarang sebagai Kepala

Bidang Lingkungan, Pusat Standardisasi dan Lingkungan, Jakarta.

Penulis menikah dengan Ir. Ida Poespita, MSi. pada tahun 1989, dikarunia

satu orang putra dan dua orang putri, yaitu: Pradito Banu Jati, Dwaya Putranti

Sekarwening da n Putranti Sekar Asri. Istri bekerja sebagai Kepala Bagian

Organisasi dan Tata Laksana pada Sekretariat Lembaga Kebijakan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah, Jakarta.


(13)

iii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL………

v

DAFTAR GAMBAR………… ….……….

ix

DAFTAR LAMPIRAN………… ………

x

I. PENDAHULUAN………

1

1.1. Latar Belakang………...

1

1.2. Perumusan Masalah………

9

1.3. Tujuan Penelitian………

14

1.4. Kegunaan Penelitian.………..………

15

1.5. Ruang Lingkup……..……….

15

II. TINJAUAN PUSTAKA………..

17

2.1. Ekonomi Tepung Terigu Dunia…..………

17

2.2. Kebijakan Perdagangan Tepung Terigu Dunia…...………...

21

2.3. Liberalisasi Perdagangan Tepung Terigu………..

23

2.4. Eko nomi Tepung Terigu Indo nesia………

26

2.5. Kebijakan Tepung Terigu Indonesia……….

28

2.6. Studi Terdahulu Tentang Biji Gandum dan Tepung Terigu

32

2.6.1. Produksi………

32

2.6.2. Permintaan………

32

2.6.3. Perdagangan………...

34

2.6.4. Model………..

35


(14)

iv

Halaman

III. KERANGKA TEORI……….…

38

3.1. Tahapa n Prod uksi da n Pasar Tepung Terigu……...

38

3.2. Permintaan Input dan Penawaran Output………..

38

3.2.1. Perrmintaan Biji Gandum dan Penawaran Tepung

Terigu oleh Pengolah...

40

3.2.2. Permintaan Tepung Terigu dan Penawaran Prod uk

oleh Industri Maka nan Minum an...

41

3.3. Intervensi Kebijakan dan Liberalisasi Perdagangan……...

43

3.3.1.

Intervensi kebijakan, Pasar Biji Gandum dan

Tepung Terigu Dunia...

45

3.3.2.

Intervensi Kebijakan Fiskal Biji Gandum dan

Tepung Terigu...

50

3.4. Tingkat Intervensi dari Kebijakan………..

51

3.5. Dampak Ekonomi dari Kebijakan………..

53

IV. KONSTRUKSI MODEL DAN PROSEDUR ANALISIS……...

57

4.1. Model………..………...

57

4.1.1.

Pasar Biji Gandum Dunia...

60

4.1.2.

Pasar Tepung Terigu Dunia...

68

4.1.3.

Industri Tepung Terigu Indonesia...

75

4.2. Prosedur Analisis………

83

4.2.1.

Data...

83

4.2.2.

Identifikasi dan Pendugaan Model...

84

4.2.3.

Metode Estimasi...

85

4.2.4.

Validasi Model...

85

V. HASIL PENDUGAAN MODEL TEPUNG TERIGU

INDONESIA...

89

5.1. Pasar Biji Gandum Dunia………...

90

5.1.1.

Ekspor Biji Gandum Dunia...

90

5.1.2.

Impor Biji Gandum Dunia...

97


(15)

v

Halaman

5.1.4.

Harga Ekspor Biji Gandum... 105

5.1.5.

Harga Impor Biji Gandum... 110

5.2. Pasar Tepung Terigu Dunia……… 115

5.2.1. Ekspor Tepung Terigu Dunia... 115

5.2.2. Impor Tepung Terigu Dunia...

122

5.2.3. Harga Tepung Terigu Dunia...

128

5.2.4. Harga Ekspor Tepung Terigu... 129

5.2.5. Harga Impor Tepung Terigu...

134

5.3. Industri Tepung Terigu Indonesia……….

139

5.3.1. Permintaan Biji Gandum Indonesia... 139

5.3.2. Permintaan Biji Gandum Untuk Industri

Makanan...

139

5.3.3. Impor Biji Gandum Indonesia... 139

5.3.4. Harga Impor Biji Gandum Indonesia... 145

5.3.5. Produksi Tepung Terigu Indonesia... 146

5.3.6. Impor Tepung Terigu Indonesia... 146

5.3.7. Harga Impor Tepung Terigu Indonesia... 153

5.3.8. Harga Tepung Terigu di Tingkat Industri... 154

5.3.9. Harga Tepung Terigu di Tingkat Pedagang

Besar...

156

5.3.10. Harga Tepung Terigu di Tingkat Pedagang

Eceran...

157

5.3.11. Permintaan Tepung Terigu Indonesia... 158

VI. PERAMALAN DAMPAK KEBIJAKAN TARIF DAN KUOTA

IMPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI TEPUNG TERIGU

INDONESIA TAHUN 2011-2015...

165

6.1. Hasil Validasi Model...

165

6.2. Hasil Peramalan Dampak Kebijakan……...

166

6.2.1.

Kuota Impor Biji Gandum sebesar 90 persen……

169

6.2.2.

Pelarangan Impor Tepung Terigu………... 176

6.2.3.

Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Biji Gandum

sebesar 5 persen……….

182


(16)

vi

Halaman

6.2.4.

Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Tepung

Terigu sebesar 5 persen………...

187

6.2.5.

Penamba han Kuota Impor Biji Gandum sebesar

10 persen………

192

6.2.6.

Penambahan Kuota Impor Tepung Terigu sebesar

50 persen………...……….

196

6.2.7.

Gabungan Kuota Impor Biji Gandum sebesar 90

persen dan Pelarangan Impor Tepung Terigu……

202

6.3. Rangkuman : Dampak Kebijakan terhadap Kesejahteraan ... 208

VII KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN…….. 213

7.1. Kesimpulan... 213

7.2. Implikasi Kebijakan...

219

7.3. Saran Penelitian Lanjutan... 222

DAFTAR PUSTAKA...

223

LAMPIRAN... 228


(17)

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Impor Biji Gandum dan Tepung Terigu Indonesia Tahun

2001-2008…...

3

2. Besarnya Devisa Indonesia yang Harus dibayarkan karena

Kegiatan Impor dan Ekspor Biji Gandum dan Tepung Terigu

Tahun 2003-2008………...

4

3. Kapasitas Produksi Empat Besar Perusahaan Industri Tepung

Terigu Indonesia Tahun 2009..………...

5

4. Pangsa Pasar Produsen Tepung Terigu Indonesia………..

6

5. Produksi Biji Gandum di Beberapa Negara Produsen Utama ...

17

6. Produksi, Konsumsi, Ekspor, Impor dan Stock Biji Gandum di

Beberapa Negara Produsen Utama Tahun 2007...

18

7. Perkiraan Kebutuhan Biji Gandum unt uk Industri Tepung Terigu

Dunia Tahun 1985-2008……….…………

19

8. Ekspor dan Impor Biji Gandum dan Tepung Terigu Dunia Tahun

1980-2008 ...

20

9. Nilai Ekspor dan Impor Biji Gandum dan Tepung Terigu Dunia

Tahun 2003 ……….

22

10. Ekspor dan Impor Biji Gandum dan Tepung Terigu Indonesia

Tahun 1980-2007………

26

11. Perkembangnan Konsumsi Perkapita Tepung Terigu Indo nesia

Tahun 1980-2007.…..………...………..

27

12. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Ekspor Biji Gandum

Amerika Serikat …...

91

13. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Ekspo r Biji Gandum

Prancis ...

92

14. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Ekspor Biji Gandum Uni

Soviet...

93

15. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Ekspor Biji Gandum

Kanada...

95


(18)

viii

Nomor Halaman

16. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Ekspor Biji Gandum

Australia...

96

17. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Impor Biji Gandum Uni

Soviet...….

98

18. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Impor Biji Gandum

Italia...

99

19. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Impor Biji Gandum

Brasil...

100

20. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Impor Biji Gandum

Jepang...

101

21. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Impor Biji Gandum

Aljazair...

103

22. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Biji Gandum

Dunia...

104

23. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Ekspor Biji

Gandum Amerika Serikat...

106

24. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Ekspor Biji

Gandum Prancis...

107

25. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Ekspor Biji

Gandum Uni Soviet...

108

26. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Ekspor Biji

Gandum Kanada……….

109

27. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Ekspor Biji

Gandum Australia ...

110

28. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Impor Biji

Gandum Uni Soviet...

111

29. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Impor Biji

Gandum Italia...

112

30. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Impor Biji

Gandum Brasilia...

113

31. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Impor Biji

Gandum Jepang...

114


(19)

ix

Nomor Halaman

32. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Impor Biji

Gandum Aljazair...

115

33. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Ekspor Tepung Terigu

Prancis...

116

34. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Ekspor Tepung Terigu

Belgia...

118

35. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Ekspor Tepung Terigu

Uni Soviet...

119

36. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Ekspor Tepung Terigu

Turki...

120

37. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Ekspor Tepung Terigu

Jerman...

121

38. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Impor Tepung Terigu

Belanda...

123

39. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Impor Tepung Terigu

Libya...

124

40. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Impor Tepung Terigu Uni

Soviet...

125

41. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Impor Tepung Terigu

Amerika Serikat...

126

42. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Tepung Terigu

Dunia...

128

43. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Ekspor Tepung

Terigu Prancis………...………..

129

44. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Ekspor Tepung

Terigu Belgia………...

131

45. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Ekspor Tepung

Terigu Uni Soviet………....………

132

46. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Ekspor Tepung

Terigu Turki...

133

47. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Ekspor Tepung

Terigu Jerman...

134


(20)

x

Nomor Halaman

48. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Impor Tepung

Terigu Belanda………

136

49. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Impor Tepung

Terigu Libya...

136

50. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Impor Tepung

Terigu Uni Soviet………...………

138

51. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Impor Tepung

Terigu Amerika Serikat………...………...

138

52. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Impor Biji Gandum

Indonesia dari Australia...

141

53. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Impor Biji Gandum

Indo nesia da ri Kanada...

142

54. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Impor Biji Gandum

Indo nesia da ri Amerika Serikat...

144

55. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Impor Biji

Gandum Indonesia…...

145

56. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Impor Tepung Terigu

Indonesia dari Australia...

147

57. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Impor Tepung Terigu

Indonesia dari Jepang...

150

58. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Impor Tepung Terigu

Indonesia dari Singapura...

151

59. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Impor Tepung

Terigu Indonesia...

153

60. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Impor Tepung

Terigu d itingkat Industri Indo nesia……… ………...

154

61. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Impor Tepung

Terigu d itingkat Pedagang Besar…....………...

157

62. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Impor Tepung

Terigu d itingka t Peda gang Eceran………...

158

63. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Impor Tepung

Terigu Domestik untuk Pemakaian Sendiri………...

159


(21)

xi

Nomor Halaman

64. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Impor Tepung

Terigu Domestik untuk Industri Rumah Tangga………

161

65. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Impor Tepung

Terigu Domestik untuk Industri Kecil dan Menengah...

162

66. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Impor Tepung

Terigu Domestik untuk Industri Makanan dan Minuman………..

163

67. Hasil Ramalan Terhadap Beberapa Variabel Endogen Tahun

2011 - 2015...

168

68. Dampak Simulasi Kuota Impor Biji Gandum sebesar 90 persen.... 169

69. Dampak Simulasi Kuota Impor Biji Gandum sebesar 90 persen

terhadap Kesejahteraan Konsumen da n Produsen Tepung

Terigu...

174

70. Dampak Simulasi Pelarangan Impor Tepung Terigu... 177

71. Dampak Simulasi Pelarangan Impor Tepung Terigu terhadap

Kesejahteraan

Konsumen

da n

Produsen

Tepung

Terigu...

180

72. Dampak Simulasi Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Biji

Gandum sebesar 5 persen...

183

73. Dampak Simulasi Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Biji

Gandum sebesar 5 persen terhadap Kesejahteraan Konsumen

dan Produsen Tepung Terigu...

186

74. Dampak Simulasi Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Tepung

Terigu sebesar 5 persen...

188

75. Dampak Simulasi Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Tepung

Terigu sebesar 5 persen terhadap Kesejahteraan Konsumen dan

Produsen Tepung Terigu...

191

76. Dampak Simulasi Penambahan Kuota Impor Biji Gandum

sebesar 10 persen...

193

77. Dampak Simulasi Penambahan Kuota Impor Biji Gandum

sebesar 10 persen terhadap Kesejahteraan Konsumen dan

Produsen Tepung Terigu...

195

78. Dampak Simulasi Penambahan Kuota Impor Tepung Terigu

sebesar 50 persen...

197


(22)

xii

Nomor Halaman

79. Dampak Simulasi Penambahan Kuota Impor Tepung Terigu

sebesar 50 persen terhadap Kesejahteraan Konsumen dan

Produsen Tepung Terigu...

200

80. Damapak Simulasi Gabungan Kuota Impor Biji Gandum sebesar

90 persen dan Pelarangan Impor Tepung Terigu...

202

81. Dampak Simulasi Gabungan Kuota Impor Biji Gandum sebesar

90 persen terhadap Kesejahteraan Konsumen da n Prod usen

Tepung Terigu ...

206

82. Rekapitulasi Peramalan Dampak Kebijakan Tarif dan Kuota

terhadap Kesejahteraan Konsumen dan Produsen Tepung

Terigu...

210


(23)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Grafik Kecenderungan Impor Biji Gandum Indonesia Tahun

1995-2008...

9

2. Rantai Pengadaan Biji Gandum Sebelum Liberalisasi...

29

3. Rantai Pengadaan Biji Gandum Setelah Liberalisasi……….

31

4. Tahapan Produksi dan Pasar Produk Industri Tepung Terigu

Indo nesia...

39

5. Proses Pembentukan Harga Tepung/Biji Gandum Dunia, Jika

Negara Importir Memberlakukan Tarif…...

45

6. Proses Pembentukan Harga Tepung/Biji Gandum Dunia, Jika

Negara Eksportir Memberlakukan Tarif………...

47

7. Proses Pembentukan Harga Tepung/Biji Gandum Dunia, Jika

Negara Importir maupun Eksportir Memberlakukan Tarif...

48

8. Pengaruh Kuot a Impo r…………..……...………..

49

9. Pengaruh Pengenaan Tarif Bea Masuk Tepung Terigu ….…...

50

10. Dampak Pengenaan Tarif Bea Masuk terhadap S urplus Prod usen

dan Surplus Konsumen ………...….

53

11. Dampak Pengenaan Kuota Impor terhadap Surplus Produsen dan

Surplus Konsumen ………...……..

55


(24)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Definisi Variabel: Berdasarkan Susunan Alphabetis... 228

2. Kinerja Industri Tepung Terigu Indonesia Tahun 1980-2003....

231

3. Produksi dan Permintaan Biji Gandum Utama Dunia Tahun

1980-2003...

234

4. Ekspor dan Impor Biji Gandum Utama Dunia Tahun

1980-2003...

238

5. Produksi dan Permintaan Tepung Terigu Dunia Tahun

1980-2003...

242

6. Ekspor dan Impor Tepung Terigu Utama Dunia Tahun

1980-2003...

246

7. Tingkat Suku Bunga Beberapa Negara Tahun 1980-2003... 250

8. Indeks Harga Konsumen Tahun 1980-2003... 253

9. Pendapatan Perkapita Negara Tahun 1980-2003... 256

10. Nilai Tukar Beberapa Negara Tahun 1980-2003... 259

11. Program Estimasi Model Industri Tepung Terigu Indonesia

dengan menggunakan Metode 2SLS, Prosedur SYSLIN,

Software SAS/ETS versi 6.12...

263

12. Hasil Estimasi Mode l Industri Tepung Terigu Indonesia dengan

menggunakan Metode 2SLS, Prosedur SYSLIN, Software SAS

/ETS versi 6.12...

291

13. Nilai Elastisitas Variabel Endogen Persamaan Struktural...

319

14. Program Validasi Model Industri Tepung Terigu Indonesia

dengan menggunakan Metode NEWTON, Prosedur SIMNLIN,

Software SAS/ETS versi 6.12...

326

15. Hasil Validasi Model Industri Tepung Terigu Indonesia dengan

menggunakan Metode NEWTON, Prosedur SIMNLIN, Software

SAS/ETS versi 6.12...

354


(25)

xv

Nomor Halaman

16. Program Simulasi Peramalan Tahun 2011-2015 Kebijakan Tarif

dan Kuota Impor pada Model Industri Tepung Terigu Indonesia

dengan menggunakan Metode NEWTON, Prosedur SIMNLIN,

Software SAS/ETS versi 6.12...

356

17. Hasil Peramalan Kinerja Industri Tepung Terigu Indo nesia

Tanpa Peruba han Kebijaka n Tahun 2011-2015 dengan

menggunakan Metode NEWTON, Prosedur SIMNLIN, Software

SAS/ETS versi 6.12 ...

389

18. Hasil Simulasi Peramalan Tahun 2011-2015 Kebijakan Tarif dan

Kuota Impor pada Model Industri Tepung Terigu Indonesia

dengan menggunakan Metode NEWTON, Prosedur SIMNLIN,

Software SAS/ETS versi 6.12...

392


(26)

I.

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Perubahan gaya hidup sebagian anggota masyarakat Indonesia telah mendorong terjadinya penambahan pilihan pola makan, antara lain dengan dikenalnya pola makan berbahan dasar tepung terigu, seperti mie, roti, biskuit dan berbagai pangan yang berbahan baku tepung terigu. Perubahan ini menyebabkan tepung terigu menjadi salah satu komoditi pangan yang diperlukan oleh Indonesia untuk mencukupi kebutuhan pangannya. Selain itu, peningkatan permintaan tepung terigu juga didorong dengan adanya penambahan jumlah penduduk yang terus memanfaatkan pangan berbahan baku tepung terigu. Disisi lain, permintaan yang terus meningkat ini belum didukung dengan kemampuan produksi dalam negeri untuk memberikan kontribusi dalam pemenuhan kebutuhan tepung terigu dan biji gandum sebagai bahan dasar pembuatan tepung terigu. Untuk menutupi kebutuhan dalam negeri tersebut sejumlah pengusaha melakukan impor tepung terigu dan biji gandum dari luar negeri.

Ditinjau dari sisi ketahanan pangan, impor biji gandum atau tepung terigu masih dapat ditolerir. Dalam tahun 2001, Sampai dengan tahun 2001, rperbandingan antara jumlah total produksi komoditas pangan utama dengan jumlah populasi penduduk Indonesia yang menunjukkan tingkat ketersediaan pangan untuk pemenuhan kebutuhan penduduk belum memuaskan. Gumbira (2003) menyatakan untuk tahun 2001, perbandingan pangan Indonesia sebesar 0.38. Nilai perbandingan tersebut diperoleh dari rata-rata jumlah produksi bahan pangan utama periode 1996-2000 sebagai berikut: padi 50.35 juta ton/tahun,

For m a t t e d: Left: 4 cm , Right: 3 cm , Top: 3 cm , Bottom : 3 cm , Width: 21 cm , H eight: 29,7 cm


(27)

2

jagung 9.36 juta ton/tahun, kacang kedelai 1.31 juta ton/tahun, kacang tanah 0.70 juta ton/tahun, kacang hijau 0.32 juta ton/tahun, ubi kayu 15.73 juta ton/tahun, ubi jalar 1.84 juta ton/tahun, kentang 1.27 juta ton/tahun, dan rata-rata jumlah penduduk sejumlah 215 juta. Sedangkan Data BPS (2010) menunjukkan perbandingan pangan utama Indonesia periode 2005-2009 sebesar 0.43. Nilai perbandingan tersebut diperoleh dari rata-rata jumlah produksi bahan pangan utama periode 2005-2009 sebagai berikut: padi 58.09 juta ton/tahun, jagung 14.27 juta ton/tahun, kacang kedelai 0.78 juta ton/tahun, kacang tanah 0.80 jut a ton/tahun, kacang hijau 0.31 juta ton/tahun, ubi kayu 20.62 juta ton/tahun, ubi jalar 1.91 juta ton/tahun, kentang 1.05 juta ton/tahun, dan rata-rata jumlah penduduk sejumlah 224 juta. Perbandingan pangan penduduk Indonesia sebesar 0.38 tersebut mendekati perbandingan ideal sebesar 0.45.

Andrian (2009)1, mengabarkan bahwa berdasarkan data Badan Pusat Statistik konsumsi tepung terigu di Indonesia pada tahun 1980-an sekitar 19.8 gram/kapita/hari meningkat mencapai 22.6 gram/kapita/hari pada tahun 2006, dan pada tahun 2008 mencapai 38 gram/kapita/hari. Dilain pihak terjadi penurunan konsumsi beras, Novita (2008)2

Lebih lanjut Gumbira (2003) menyatakan sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa impor biji gandum membantu ketahanan pangan Indonesia.

menyatakan bahwa konsumsi beras pada 1980-an mencapai 160 kg/kapita/tahun, turun menjadi sekitar 104 kg/kapita/tahun dalam beberapa tahun belakangan.

1

Andrian. 2009. Ket ergant ungan Impor Gan dum Harus Dikurangi. Suara Karya April 2009.

2 Novit a, N. C. 2008. Mungkinkah Mi Instan Menggusur Nasi? Koran Indonesia 11 Sept ember

2008.

For m a t t e d: I talian (I taly )

For m a t t e d: I talian (I taly )


(28)

3

Pertama, ketersediaan biji gandum tahunan di pasar dunia adalah 130-200 juta ton, dibandingkan dengan beras yang hanya 11-25 juta ton. Kedua, harga biji gandum per ton lebih murah antara 70-100 USD dibandingkan dengan harga beras. Ketiga, kandungan protein biji gandum sebesar 12.5 persen%, lebih tinggi dari beras yang hanya 7.5 persen%. Keempat, turunan produk dari biji gandum ribuan jenis, sedangkan dari beras hanya beberapa.hanya sebatas hitungan jari tangan Tabel 1. Impor Biji Gandum dan Tepung Terigu Indonesia Tahun 2001-2008

Tahun Volume Impor Biji Gandum (Ton)

Volume Impor Tepung Terigu (Ton)

2001 2 718 272 255 749

2002 4 250 353 343 479

2003 3 503 463 343 547

2004 *) 4 545 590 307 556

2005 *) 4 428 510 478 016

2006 *) 4 584 230 537 257

2007 *) 4 649 140 581 535

2008 *) 4 497 190 532 649

Sumber : FAO, 2011.

Keterangan : * = Unofficial Data

Kustiari dan Nuryanti (2009) menyatakan harga komoditas pertanian di pasar dunia yang meningkat dari waktu ke waktu telah menimbulkan permasalahan ketahanan pangan di tingkat rumahtangga/individu. Pola makan pokok bergeser dari beras ke selain beras, antara lain beras jagung dan pangan berbahan baku gandum, yaitu tepung terigu dan mi instan. Pergeseran pola makan paling cepat terjadi di perdesaan. Masyarakat di daerah produsen pangan justru lebih tergantung pada pangan impor. Djanuwardi dkk (1990) menunjukkan

For m a t t e d: Sw edish (Sw eden)

For m a t t e d: Sw edish (Sw eden)

For m a t t e d: Sw edish (Sw eden)

For m a t t e d: I ndent: First line: 0 cm , Line spacing: single


(29)

4

For m a t t e d: I ndonesian

bahwa antara beras dan terigu merupakan komoditi saling mesubstitusi, sementara jagung tidak terdapat bukti yang kuat sebagai substitusi terigu.

.Masalah timbul ketika impor biji gandum dan tepung terigu terus meningkat setiap tahunnya. Data Food and Agriculture Organizatin (FAO) pada Tabel 1 menunjukkan bahwa impor biji gandum Indonesia tahun 2003 mencapai 3.5 juta ton, angka ini tidak berbeda dengan permintaan rata-rata tahun-tahun sebelumnya berkisar 3.5 juta ton. Sedangkan untuk tahun 2004 sampai dengan 2008, data sement ara impor biji gandum Indonesia mencapai 4.5 juta ton/tahun. Artinya permintaan pasar di dalam negeri setiap tahunnya terus meningkat sejalan dengan adanya kecenderungan penambahan pola makan sebagian masyarakat Indonesia.

Peningkatan jumlah impor biji gandum yang mencapai 4.5 juta ton/tahun seperti yang diperkirakan, tidaklah bijaksana karena akan mensia-siakan potensi sumber daya alam dan mengurangi cadangan devisa. Cadangan devisa yang hilang pada tahun 2003 mencapai US$ 655 323 000, dan meningkat terus hingga tahun 2008 sebesar US$ 2 246 922 000. Adapun besarnya cadangan devisa yang harus dikeluarkan dengan adanya kegiatan impor biji gandum dan tepung terigu selama lima tahun terakhir yang meningkat setiap tahunnya sebagaimana disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Besarnya Devisa Indonesia yang Harus di Bayarkan karena Kegiatan Impor

Biji Gandum dan Tepung Terigu Tahun 2003-2008 No Tahun Gandum (1000 $) Tepung

Terigu(1000 $) Jumlah(1000 $)

1 2003 579 925 75 398 655 323

2 2004 * 841 000 79 532 920 532

3 2005 * 799 003 128 045 927 048

4 2006 * 816 121 143 197 959 318


(30)

5

For m a t t e d: Space Before: 18 pt

For m a t t e d: Justified, I ndent: First line: 1,27 cm , Space Before: 0 pt, Line spacing: D ouble

For m a t t e d T a ble

For m a t t e d: I ndent: First line: 1,27 cm , Line spacing: D ouble

For m a t t e d: I ndent: First line: 1,27 cm , Line spacing: D ouble

For m a t t e d: I ndent: First line: 1,27 cm , Line spacing: D ouble

For m a t t e d: I ndent: First line: 1,27 cm , Line spacing: D ouble

For m a t t e d: I ndent: First line: 1,27 cm , Line spacing: D ouble

For m a t t e d: I ndent: First line: 1,27 cm , Line spacing: D ouble

6 2008 * 1 975 480 271 442 2 246 922

Sumber : FAO, 2011. Keterangan : * = Unofficial Dilain pihak

, impor biji gandum ini sulit untuk tidak dipertahankan karena pabrik pengolah biji gandum yang telah ada di Indonesia harus dianggap sebagai aset nasional. Daryanto (2003), menyatakan bahwa ditinjau dari kapasitas produksinya, Indonesia dapat dikatagorikan sebagai “raksasa terigu” yang pantas disegani di panggung dunia seperti terlihat pada Tabel 3.

Tabel 1. Impor Biji Gandum dan Tepung Terigu Indonesia Tahun 1999-2003

N o

Tah un

Volume Gandum (ton)

Volume Tepung Terigu (ton)

1 1999 2 712 873 367 014

2 2000 3 576 665 459 070

3 200

1

2 718 272 255 749

4 200

2

4 250 353 343 479

5 200

3


(31)

6

For m a t t e d: Space A fter: A uto, Line spacing: D ouble

For m a t t e d: I ndent: First line: 0 cm

For m a t t e d: I ndent: First line: 0 cm , Space Before: 0 pt, A fter: 0 pt, Line spacing: D ouble

For m a t t e d: Line spacing: D ouble

For m a t t e d T a ble

For m a t t e d: C entered, Line spacing: D ouble

For m a t t e d: Line spacing: D ouble

For m a t t e d: Line spacing: D ouble

For m a t t e d: Right, Line spacing: D ouble

For m a t t e d: Line spacing: D ouble

For m a t t e d: Right, Line spacing: D ouble

For m a t t e d: Line spacing: D ouble

For m a t t e d: Right, Line spacing: D ouble

For m a t t e d: Line spacing: D ouble

For m a t t e d: Right, Line spacing: D ouble

For m a t t e d: Line spacing: D ouble

For m a t t e d: Right, Line spacing: D ouble

For m a t t e d: Line spacing: D ouble

For m a t t e d: Right, Line spacing: D ouble

For m a t t e d: Line spacing: D ouble

For m a t t e d: Right, Line spacing: D ouble

For m a t t e d: Line spacing: D ouble

For m a t t e d: Right, Line spacing: D ouble

Sumber : Badan Pusat Statistik, 1999-2003

Masalah timbul ketika impor biji gandum dan tepung terigu terus meningkat setiap tahunnya. Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Tabel 1 menunjukkan bahwa impor biji gandum Indonesia tahun 2003 mencapai 3.5 juta ton, angka ini tidak berbeda dengan permintaan rata-rata tahun-tahun sebelumnya berkisar 3.5 juta ton. Sedangkan untuk tahun 2004, diperkirakan impor biji gandum Indonesia mencapai 4.5 juta ton. Artinya permintaan pasar di dalam negeri setiap tahunnya terus meningkat sejalan dengan adanya kecenderungan perubahan pola makan sebagian masyarakat Indonesia belakangan ini.

Peningkatan jumlah impor biji gandum yang mencapai 4.5 juta ton/tahun seperti yang diperkirakan, tidaklah bijaksana karena akan mensia-siakan potensi sumber daya alam dan mengurangi cadangan devisa. Adapun besarnya cadangan devisa yang harus dikeluarkan dengan adanya kegiatan impor biji gandum dan tepung terigu selama lima tahun terakhir yang meningkat setiap tahunnya disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Besarnya Devisa Indonesia yang Harus di Bayarkan karena kegiatan Impor dan Ekspor Biji Gandum dan Tepung Terigu Tahun 1999-2003

(1000 $) No Tahun Gandum Tepung Terigu Jumlah

1 1999 404.319 67.502 471.821

2 2000 402.399 80.757 583.156

3 2001 399.486 47.955 447.447


(32)

7

5 2003 562.259 71.757 634.016

Sumber :FAO, 2004 dan Perhitungan

Dilain pihak, impor biji gandum ini sulit untuk tidak dipertahankan karena empat pabrik pengolah biji gandum yang telah ada di Indonesia harus dianggap sebagai aset nasional. Daryanto (2003), menyatakan bahwa ditinjau dari kapasitas produksinya, Indonesia dapat dikatagorikan sebagai “raksasa terigu” yang pantas disegani pentas dunia (Tabel 32).

Tabel 32. Kapasitas Produksi Lima Empat Besar Perusahaan Industri Tepung Terigu

Indonesia Tahun 2009Indonesia Tahun 2003

No Produsen

KapasitasIndonesia (T(metrik ton/ per

tahunhari) Prosentase (%)Kapasitas Dunia (metrik ton perhari) 1 PT. ISM Bogasari Flour Mills

(Jakarta, Surabaya) *

4 905 00011 250 62.1-2 PT. Berdikari Sari Utama Flour

Mills/ PT Estern Pearl Flour Mills (Makasar) **

750 0002 150

9.5-3 PT. Sriboga Raturaya (Semarang) ***

450 0001 100 5.7-4 PT Fugui Flour dan Grain Indonesia

(Gresik)

324 000 4.1

5 PT. Panganmas Inti Persada (Cilacap)

300 000750

3.8-6 Perusahaan lain 1 165 14.8

Total 7 894 00015 250

100.00-Sumber : www://Aptindo.or.idBogasari,. 2011

Keterangan : * = Posisi ke- 1 dan 2, ** = Posisi ke-4, *** = Posisi ke- 9 dunia.03

For m a t t e d: Line spacing: D ouble

For m a t t e d: Right, Line spacing: D ouble

For m a t t e d: Line spacing: D ouble

For m a t t e d: Right, Line spacing: D ouble

For m a t t e d: I ndent: First line: 1,27 cm , Space Before: 0 pt, Line spacing: D ouble

For m a t t e d: Space Before: 0 pt, Line spacing: D ouble

For m a t t e d: I ndent: First line: 1,27 cm

For m a t t e d: Justified, Space Before: 0 pt, A fter: 0 pt

For m a t t e d: Justified, I ndent: Left: 1,27 cm , Space Before: 0 pt, A fter: 6 pt

For m a t t e d: Sw edish (Sw eden)

For m a t t e d T a ble For m a t t e d: Left

For m a t t e d: N orw egian (Bokm ål)

For m a t t e d: N orw egian (Bokm ål)

For m a t t e d: N orw egian (Bokm ål)

For m a t t e d: Finnish

For m a t t e d: Right

For m a t t e d: Right

For m a t t e d: Right

For m a t t e d T a ble For m a t t e d: Right

For m a t t e d: Right

For m a t t e d T a ble For m a t t e d: Right

For m a t t e d: Space Before: 0 pt, A fter: 0 pt, Line spacing: single


(33)

8

PT. ISM Bogasari Flour Mills sebagai industri yang memelopori berkembangnya industri tepung terigu di Indonesia merupakan perusahaan yang mempunyai kapasitas produksi terbesar dibandingkan perusahaan lainnya. Pada tahun 200903, kapasitas produksi yang dimiliki PT ISM Bogasari Flour Mills mencapai 62.173,77 persen% dari total kapasitas produksi Indonesia sebesar 7 894 00015.250 metrik ton/tahunhari.

Selanjutnya, untuk mengatur perdagangan dan industri tepung terigu, Pemerintah Indonesia telah menetapkan beberapa kebijakan. fiskal. Pada awalnya, Bulog merupakan satu-satunya institusi yang diperkenankan untuk menjaga stabilitas baik bagi produsen maupun konsumen sesuai dengan kebijakan Pemerintah. Sejak tahun 1998 dengan keluarnya keputusan Ment eri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 21/MPP/Kep/I/1998 tentang Pencabutan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 407/MPP/Kep/11/1997 tentang Pengadaan dan Penyaluran Tepung Terigu di Dalam Negeri, liberalisasi serta deregulasi industri tepung terigu telah dimulai. Hambatan masuk ke industri tepung terigu dicabut untuk memberikan kesempatan bagi importir umum untuk mengimpor biji gandum dan tepung terigu secara langsung tanpa dikenakan tarif impor. Peraturan deregulasi ini memberikan kebebasan kepada produsen tepung terigu untuk mendapatkan harga bahan baku biji gandum yang terbaik dan kompetitif terhadap harga tepung terigu itu sendiri.

Dampak diberlakukannya SK Menteri Perindustrian dan Perdagangan tersebut, pangsa pasar tepung terigu lokal menurun dari 97.7 persen% pada tahun 1998 menjadi 85.4 persen% pada tahun 2000, namun demikian pada tahun berikutnya pangsa pasar industri tepung terigu domestik meningkat kembali.

For m a t t e d: I ndent: First line: 1,27 cm , Space Before: 18 pt, Line spacing: M ultiple 1,9 li

For m a t t e d: Finnish

For m a t t e d: Finnish

For m a t t e d: Finnish


(34)

9

Pada tahun 2001, industri domestik berhasil mengembalikan pangsa pasar tepung terigu lokal dari 85.4 persen% pada tahun 2000 menjadi 91.4 persen%, namun kembali turun menjadi 84.5 persen pada tahun 2009 seperti terlihat pada (Tabel 43).

Tabel 43. Pangs a Pasar Masing-masing Produsen Tepung Terigu Indonesia

Tahun2000, 2001, 2004 dan 2009

No. Produsen Pangs a Pasar (%)

2000 2001 2004 2009* 1 PT. ISM Bogasari Flour Mills 67.9 70.5 69 57.3 2 PT. Berdikari Sari Utama Flour Mills/

PT Estern Pearl Flour Mills

8.2 8.9 12 10.3

3 PT. Sriboga Raturaya 4.8 6.0 5 5.5

4 PT. Panganmas Inti Persada 4.5 6.0 4 3.2

5 Total Domestik 85.4 91.4 90 84.5

6 Impor 14.6 8.6 10 15.5

(dalam persen) No

Produsen

Tahun Perubahan (%) 2000 (%) 2001 (%) 1 PT. ISM Bogasari Flour Mills 67.9 70.5 2 PT. Berdikari Sari Utama Flour

Mills

8.2 8.9

3 PT. Sriboga Raturaya 4.8 6.0

4 PT. Panganmas Inti Persada 4.5 6.0

Total Domestik 85.4 91.4

Impor 14.6 8.6

Sumber : Indocommercial (2002) dan Aptindo (2004), Aptindo 2011. Keterangan : * = Sementara

Liberalisasi selain berdampak kepada industri tepung terigu juga berdampak kepada industri pangan dengan akibat yang berbeda. Jika industri tepung terigu mengalami kerugian karena masuknya tepung terigu impor, maka indus tri pangan memperoleh keuntungan dengan kemudahan-kemudahan impor ataupun berkurangnya harga bahan baku. Kemudahan ataupun perbedaan harga

For m a t t e d ... For m a t t e d ... For m a t t e d ... For m a t t e d ...

For m a t t e d ... For m a t t e d ...

For m a t t e d ... For m a t t e d T a ble ... For m a t t e d ... For m a t t e d ... For m a t t e d ... For m a t t e d ... For m a t t e d ... For m a t t e d ... For m a t t e d ... For m a t t e d ...

For m a t t e d ... For m a t t e d ... For m a t t e d ... For m a t t e d ... For m a t t e d ... For m a t t e d ...

For m a t t e d ... For m a t t e d ... For m a t t e d ... For m a t t e d ... For m a t t e d ... For m a t t e d ... For m a t t e d T a ble ...

For m a t t e d ... For m a t t e d ... For m a t t e d ...

For m a t t e d ... For m a t t e d ... For m a t t e d ... For m a t t e d ... For m a t t e d ... For m a t t e d ... For m a t t e d ... For m a t t e d ... For m a t t e d ... For m a t t e d ... For m a t t e d ... For m a t t e d ... For m a t t e d ... For m a t t e d ...


(35)

10

walaupun sedikit, dirasakan sangat mempengaruhi biaya produksi yang pada akhirnya akan bermuara kepada harga jual pabrik/produsen yang ditanggung konsumen.

Berkaitan dengan harga tepung terigu, terdapat dua asosiasi yang mempunyai kepentingan berbeda terhadap harga bahan baku tepung terigu, yaitu Asosiasi Pengusaha Pangan Indonesia (ASPIPIN) sebagai salah satu konsumen tepung terigu dan Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO). Oleh karena itu, tidaklah heran apabila ASPIPIN sangat mendukung turunnya kebijakan liberalisasi ini. Dilain pihak APTINDO, meskipun ditentang ASPIPIN, secara aktif melobi Pemerintah agar tepung terigu impor dikenakan tarif bea masuk. APTINDO berkepentingan agar produsen tepung terigu nasional tidak hancur atau merelokasi pabriknya ke negara lain yang memberikan proteksi tarif bea masuk yang memadai. Sebagai perbandingan tarif bea masuk, Indonesia menetapkan tarif bea masuk sebesar 5 persen%, Cina 90 persen0%, Turki 80 persen%, dan Thailand 40 persen%. Perbedaan kepentingan antara ASPIPIN dan APTINDO, menyebabkan pemerintah menghadapi dilema, antara membela kepentingan industri pangan nasional dan industri tepung terigu hancur, ataukah sebaliknya.

Akhirnya dengan berbagai pertimbangan, tahun 2003 melalui Surat keputusan Menteri Keuangan Nomor 127/KMK/01/2003 tentang Perubahan Tarif Bea Masuk atas Impor Tepung Gandum, Pemerintah mengenakan tarif bea masuk atas impor tepung gandum sebesar 5 persen% yang berlaku sejak 1 Mei 2003 sampai dengan 31 Desember 2004, setelah itu bea masuk yang berlaku 0 persen%. Selanjutnya pengenaan tarif bea masuk setiap komoditi setiap tahunnya dikaji ulang sesuai dengan kebutuhan para pihak. Pada tahun 2009 melalui Peraturan


(36)

11

Menteri Keuangan No. 07/PMK.011/2009 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk atas Impor Tepung Gandum, Impor Tepung Gandum dikenakan tarif bea masuk sebesar 5 persen, sedangkan impor biji gandum dikenakan tariff bea masuk sebesar 5 persen berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 241/PMK.011/2010 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor. Tarif bea masuk atas impor biji gandum dan tepung terigu tersebut dicabut melalui Peraturan Menteri Keuangan No. 13/PMK.011/2011 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk atas Barang Impor, sehingga semenjak 24 Januari 2011 sampai dengan 31 Desember 2011 besaran tarif impornya menjadi nol. Keputusan ini sudah sesuai dengan sistem organisasi perdagangan dunia (World Trade Organization) yang hanya mengijinkan tarif sebagai instrumen untuk proteksi.

Dengan pPenerapan tarif bea masuk tepung terigufiskal diharapkan akan berdampak kepada terhambatnya laju masuknya tepung terigu impor yang harganya lebih murah dari tepung terigu domestik, sehingga industri tepung terigu dapat bertahan dari gempuran harga masuknya tepung terigu impor. Lebih jauh lagi dari dampak kebijakan tersebut, diharapkan tetap dapat mendukung daya saing produk pangan nasional.

Industri tepung terigu, dan industri pangan serta pelaku ekonomi terkait sebagai aset nasional sangatlah wajar apabila mendapat perhatian yang sama dari Pemerintah. Berkenaan dengan itu, Pemerintah sebagai pengambil kebijakan harus mengetahui dan dapat mengantisipasi dampak dari suatu kebijakan. Apakah berdampak menguntungkan atau merugikan, berpihak atau tidak berpihak,


(37)

12

mendorong atau mematikan. Untuk itu, adalah hal yang bijaksana apabila dilakukan analisa dampak kebijakan tarif dan kuota impor fiskal terhadap keragaan industri tepung terigu sehingga dampak dari kebijakan fiskal yang akan diterapkan atau sedang ataupun telah diterapkan Pemerintah dapat secara jelas diketahui.

1. 2. Perumusan Masalah

Keberadaan industri tepung terigu di Indonesia merupakan dilema yang terus berlangsung dan belum terpecahkan hingga kini. Pada satu sisi industri tepung terigu telah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi negara terutama dalam bentuk penerimaan pemerintah dari pajak dan penyerapan lapangan kerja. Pada sisi lain industri tepung terigu domestik merupakan industri yang menghabiskan devisa karena bahan bakunya secara keseluruhan dipenuhi dari biji gandum impor.

1000 $

0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Sumber : FAO, 2011.

For m a t t e d: Justified

For m a t t e d: Space A fter: 0 pt, Line spacing: single


(38)

13

For m a t t e d: Justified, I ndent: First line: 1,27 cm , Space Before: 0 pt, A fter: 0 pt, Line spacing: D ouble

For m a t t e d: Space Before: 0 pt, A fter: 0 pt, Line spacing: D ouble

For m a t t e d: Justified, Space Before: 0 pt, A fter: 0 pt, Line spacing: D ouble

Gambar 1. Grafik Kecenderungan Impor Biji Gandum Indonesia Tahun 1995-2008

Gambar 1 memperlihatkan bahwa impor biji gandum Indonesia menunjukkan kecenderungan yang meningkat setiap tahunnya dan mencapai puncak pada tahun 1996 ketika krisis ekonomi belum melanda Indonesia, kemudian terus menurun sampai tahun 2002. Selanjutnya cenderung meningkat terus sampai dengan tahun 2008.

Pada awal berdirinya sampai dengan tahun 1998, industri penggilingan tepung terigu sangat dilindungi oleh Pemerintah. Perlindungan dan proteksi pemerintah menjadikan industri tepung terigu Indonesia tumbuh dan berkembangbesar, namun hanya dikuasai oleh PT. Bogasari Flour Mills, PT. Berdikari Sari Utama Flour Mills, PT. Panganmas Inti Persada, dan PT. Sriboga Raturaya sehingga stuktur pasar bersifat oligopoli. Struktur pasar oligopoli tersebut menyebabkan harga tepung terigu yang terbentuk dan produk yang dipasarkan sangat ditentukan oleh produsen.

Gambar 2. Struktur Pasar Monopoli dan Persaingan Sempurna

Gambar 2 memperlihatkan bahw a ketika pasar berstruktur monopoli, maka produsen akan memproduksi komoditi (QM) lebih sedikit dibandingkan ketika pasar berstruktur persaingan sempurna (QPPS) tetapi dengan harga yang lebih mahal (PM) dibandingkan harga ketika pasar persaingan sempurna (PPPS).

D MC

S Harga

QPPS Q

m cS

MR QM

PM


(39)

14

Memasuki era liberalisasi, dukungan pemerintah terhadap industri tepung terigu secara drastis dihilangkan. Liberalisasi industri tepung terigu menyebabkan pasar tepung terigu domestik dengan mudah dimasuki oleh tepung terigu impor tanpa hambatan tarif maupun non tarif. Keadaan ini menguntungkan konsumen, sehingga konsumen rumahtangga maupun produsen pangan dapat secara bebas memilih produk yang diinginkan dengan harga bersaing. Dampak negatif secara langsung yang dirasakan oleh produsen tepung terigu dengan adanya liberalisasi adalah penguasaan pangsa pasar tepung terigu oleh pengusaha domestik berkurang dari 97.7 persen% pada tahun 1998 menjadi hanya 845.54 persen% pada tahun 20090. Berkurangnya penguasaan pangsa pasar oleh industri tepung terigu domestik menimbulkan pertanyaan pelaku bisnis di industri penggilingan tepung terigu lokal, akankah penguasaan pangsa akan terus berkurang akibat dimasuki oleh tepung impor ataukah mampu bertahan dan bahkan kembali merebut pangsa pasar yang telah diambil oleh tepung terigu impor ?. Menindaklanjuti permintaan asosiasi produsen tepung terigu agar Pemerintah membantu industri tepung terigu, Pemerintah menetapkan tarif bea masuk sebesar 5 persen% kepada tepung terigu impor yang hanya berlaku sampai dengan akhir 2004.

Pengenaan tarif bea masuk sebesar 5 persen% kepada tepung terigu impor mengundang ketidakpuasanpr otes baik dari APTINDO maupun ASPIPIN. APTINDO merasa bahwa besaran tarif bea masuk dirasakan kurang besar dan berharap agar Pemerintah lebih memperhatikan produsen tepung terigu yang sudah terlanjur besar. Produsen tepung terigu beralasan bahwa industri tepung terigu lokal telah menyediakan lapangan pekerjaan dan menghemat devisa dari


(40)

15

kegiatan penambahan nilai dari biji gandum menjadi tepung terigu. Selain itu, data Departemen Perindustrian menunjukkan bahwa kapasitas produksi dari masing-masing industri belum sepenuhnya dimanfaatkan, utilisasi industri tepung terigu tahun 2006 hanya mencapai 64.5 persen, dan tahun 2007 sebesar 66.6 persen, serta 2008 (triwulan II) sebesar 42.9 persen sSehingga adalah layak apabila industri tepung terigu dibantu dan dilindungi keberadaannya. Dilain pihak pengenaan tarif bea masuk 5 persen% pada tepung terigu berdampak kepada meningkatnya harga tepung terigu impor sehingga konsumen tepung terigu harus membayar lebih mahal, begitupula dengan industri pangan.

Industri pangan sebagai “secondary industri” dari industri tepung terigu yang mendapat tekanan dari pengenaan tarif bea masuk tepung terigu berargumen bahwa pengenaan tarif bea masuk akan berimplikasi kepada meningkatnya biaya produksi yang pada akhirnya akan bermuara kepada harga produk. Harga produk yang tinggi akan menyebabkan produk tidak kompetitif, yang pada akhirnya akan kalah bersaing dengan produk makanan impor. Pada tahun 2002, Kompas (2002), menginformasikan bahwa pada saat tepung terigu impor tidak dikenakan tarif bea masuk, produsen makanan dapat membeli tepung terigu impor dengan harga 20 persen% lebih murah dari tepung terigu lokal.

Dengan kondisi pasar terdistorsi, selanjutnya Pemerintah diminta oleh asosiasi produsen tepung terigu untuk dapat membantu pengusaha lokal dalam menghadapi masuknya tepung terigu impor. Asosiasi berharap agar Pemerintah dengan kewenangan yang dimilikinya dapat menerapkan tarif bea masuk yang lebih tingg i kepada tepung terigu impor. Dengan pengenaan tarif bea masuk yang


(1)

Mean Std Mean Std

XTBEL 12 12 1.0000 0 683057 17822 Ekspor Tepung Belgia XTSOV 12 12 11.0000 0 627674 35968 Ekspor Tep Soviet XTTUR 12 12 1.0000 0 595533 59665 Ekspor Tep Turki XTDEU 12 12 1.0000 0 621603 18581 Ekspor Tep Jerman RPXTFRA 12 12 1.0000 0 236.1013 2.3528 Hrg Ril Ex Tep FRA RPXTBEL 12 12 1.0000 0 272.6825 2.0270 Hrg Ril Ex Tep Belg ia RPXTSOV 12 12 1.0000 0 318.9756 38.8366 Hrg Ril Ekp Tep Sov RPXTTUR 12 12 1.0000 0 2723 836.7978 Hrg Ril Ex Tep Turki RPXTDEU 12 12 1.0000 0 263.0790 1.0499 Hrg Ril Ekp Tep DEU MTNLD 12 12 1.0000 0 397601 78796 Impor Tep Belanda MTLBY 12 12 1.0000 0 771874 76965 Impor Tep Libya MTSOV 12 12 11.0000 0 844609 45343 Impor Tep Soviet MTUSA 12 12 1.0000 0 252134 42702 Impor Tep USA RPMTNLD 12 12 1.0000 0 314.4426 2.9567 Hrg Ril Imp Tep NLD RPMTLBY 12 12 1.0000 0 282.9533 7.7780 Hrg Ril Imp Tep Libya RPMTSOV 12 12 1.0000 0 321.8061 38.0296 Hrg Ril Imp Tep Sov RPMTUSA 12 12 1.0000 0 332.7081 3.7741 Hrg Ril Imp Tep USA XGW 12 12 16410078 2045938 103053198 2241506 Ekspor Gandum Dunia MGW 12 12 72616271 1771354 104178272 1460572 Impor Gan Dunia RPGW 12 12 1.0000 0 118.0149 12.8536 Hrg Ril Gan Dunia RPM GIDN 12 12 1.0000 0 359.1890 4.1289 Hrg Ril Imp Gan IDN XTW 12 12 4198851 245330 7675977 221277 Ekspor Tep Dunia MTW 12 12 7106880 275074 9422725 426706 Impor Tep Dunia RPXTW 12 12 1.0000 0 286.5512 34.8888 Hrg Ril Ex Tep Dunia RPMTIDN 12 12 1.0000 0 412.4391 24.0658 Hrg Ril Imp Tep IDN RPTIDN 12 12 1.0000 0 3034 270.4516 Hrg Ril Tep IDN RPTPB 12 12 1.0000 0 3103 271.2399 Hrg Ril Tep PB RPTPE 12 12 1.0000 0 3220 233.8028 Hrg Ril Tep PE DTIM 12 12 1.0000 0 1263389 125908 Deman Tep IM DTKM 12 12 1.0000 0 2303626 232202 Deman Tep KM DTRT 12 12 1.0000 0 160122 15816 Deman Tep RT DTRS 12 12 1.0000 0 184549 17673 De man Tep RS DTIDN 12 12 4.0000 0 3911686 391568 Deman Tep Indonesia MTIJPN 12 12 1.0000 0 8742 574.6193 Imp Tep IDN dr JPN MTISGP 12 12 1.0000 0 21536 586.5960 Imp Tep IDN dr SGP MTIAUS 12 12 1.0000 0 19364 1163 Imp Tep IDN dr A US MTIDN 12 12 80886 11834 130527 13753 Impor Tep Indonesia MGIUSA 12 12 1.0000 0 394119 24070 Imp Gan IDN d r USA MGIAUS 12 12 1.0000 0 2401452 237188 Imp Gan IDN d r AUS MGICAN 12 12 1.0000 0 814826 37256 Imp Gan IDN d r CAN MGIDN 12 12 886825 94872 4497219 285250 Impor Gan Indonesia DGIDN 12 12 886825 94872 4497219 285250 Deman Gan Indonesia DGM 12 12 684533 93923 4294927 271504 Deman Gan Makanan QTIDN 12 12 0.7400 0 3178246 200913 Prod Tep Indonesia Skenario 4. Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Tepung Terigu sebesar 5 persen

XGUSA 12 12 1.0000 0 26037758 416049 Ekspor Gan USA XGFRA 12 12 1.0000 0 18087993 774701 Ekspor Gan France XGCAN 12 12 1.0000 0 16424594 726316 Ekspor Gan Canada XGSOV 12 12 11.0000 0 8879743 1803270 Ekspor Gan Soviet XGA US 12 12 1.0000 0 17214517 883769 Ekspor Gan Australia RPXGUSA 12 12 1.0000 0 144.4366 0.9877 Hrg Ril Ex Gan USA RPXGFRA 12 12 1.0000 0 154.6317 1.0991 Hrg Ril Ex Gan France


(2)

Variable Nobs N Actual Predicted Label

Mean Std Mean Std

RPXGCA N 12 12 1.0000 0 152.4005 1.2457 Hrg Ril Ex Gan CA N RPXGSOV 12 12 1.0000 0 137.4640 15.0205 Hrg Ril Eks Gan Sov RPXGA US 12 12 1.0000 0 139.0239 1.8267 Hrg Ril Ex Gan Australi MGSOV 12 12 11.0000 0 4737632 1312620 Impor Gan Soviet MGITA 12 12 1.0000 0 5645443 197407 Impor Gan Italia MGBRA 12 12 1.0000 0 6378320 492944 Impor Gan Brasil MGJPN 12 12 1.0000 0 6006974 67828 Impor Gan Jepang MGDZA 12 12 1.0000 0 5182956 369934 Impor Gan A ljasair RPM GSOV 12 12 1.0000 0 131.8499 14.4071 Hrg Ril Imp Gan Sov RPM GITA 12 12 1.0000 0 208.2183 2.3201 Hrg Ril Imp Gan ITA RPM GBRA 12 12 1.0000 0 141.0627 15.4137 Hrg Ril Imp Gan BRA RPM GJPN 12 12 1.0000 0 195.7445 0.3902 Hrg Ril Impor Gan JPN RPM GDZA 12 12 1.0000 0 166.8021 12.8325 Hrg Ril Impor Gan DZA XTFRA 12 12 1.0000 0 949274 86849 Ekspor Tep France XTBEL 12 12 1.0000 0 683057 17822 Ekspor Tepung Belgia XTSOV 12 12 11.0000 0 627670 35967 Ekspor Tep Soviet XTTUR 12 12 1.0000 0 595533 59665 Ekspor Tep Turki XTDEU 12 12 1.0000 0 621603 18580 Ekspor Tep Jerman RPXTFRA 12 12 1.0000 0 236.1006 2.3531 Hrg Ril Ex Tep FRA RPXTBEL 12 12 1.0000 0 272.6813 2.0271 Hrg Ril Ex Tep Belg ia RPXTSOV 12 12 1.0000 0 318.9442 38.8245 Hrg Ril Ekp Tep Sov RPXTTUR 12 12 1.0000 0 2722 836.6646 Hrg Ril Ex Tep Turki RPXTDEU 12 12 1.0000 0 263.0783 1.0496 Hrg Ril Ekp Tep DEU MTNLD 12 12 1.0000 0 397601 78796 Impor Tep Belanda MTLBY 12 12 1.0000 0 771875 76965 Impor Tep Libya MTSOV 12 12 11.0000 0 844609 45343 Impor Tep Soviet MTUSA 12 12 1.0000 0 252135 42703 Impor Tep USA RPMTNLD 12 12 1.0000 0 314.4402 2.9558 Hrg Ril Imp Tep NLD RPMTLBY 12 12 1.0000 0 282.9470 7.7755 Hrg Ril Imp Tep Libya RPMTSOV 12 12 1.0000 0 321.7765 38.0174 Hrg Ril Imp Tep Sov RPMTUSA 12 12 1.0000 0 332.7050 3.7729 Hrg Ril Imp Tep USA XGW 12 12 16410078 2045938 103054668 2241506 Ekspor Gandum Dunia MGW 12 12 72616271 1771354 104199924 1462403 Impor Gan Dunia RPGW 12 12 1.0000 0 118.1891 12.9144 Hrg Ril Gan Dunia RPM GIDN 12 12 1.0000 0 342.1308 3.9441 Hrg Ril Imp Gan IDN XTW 12 12 4198851 245330 7675973 221277 Ekspor Tep Dunia MTW 12 12 7106880 275074 9422085 426654 Impor Tep Dunia RPXTW 12 12 1.0000 0 286.5230 34.8779 Hrg Ril Ex Tep Dunia RPMTIDN 12 12 1.0000 0 433.0406 25.2612 Hrg Ril Imp Tep IDN RPTIDN 12 12 1.0000 0 3020 271.7264 Hrg Ril Tep IDN RPTPB 12 12 1.0000 0 3089 272.5140 Hrg Ril Tep PB RPTPE 12 12 1.0000 0 3208 234.9011 Hrg Ril Tep PE DTIM 12 12 1.0000 0 1264981 126034 Deman Tep IM DTKM 12 12 1.0000 0 2306525 232430 Deman Tep KM DTRT 12 12 1.0000 0 160324 15832 Deman Tep RT DTRS 12 12 1.0000 0 184790 17688 Deman Tep RS DTIDN 12 12 4.0000 0 3916620 391952 Deman Tep Indonesia MTIJPN 12 12 1.0000 0 8690 571.3622 Imp Tep IDN dr JPN MTISGP 12 12 1.0000 0 21016 535.9557 Imp Tep IDN dr SGP MTIAUS 12 12 1.0000 0 19295 1161 Imp Tep IDN dr A US MTIDN 12 12 80886 11834 129885 13710 Impor Tep Indonesia MGIUSA 12 12 1.0000 0 400995 24217 Imp Gan IDN d r USA


(3)

Mean Std Mean Std

MGIAUS 12 12 1.0000 0 2407120 237325 Imp Gan IDN d r AUS MGICAN 12 12 1.0000 0 824229 36382 Imp Gan IDN d r CAN MGIDN 12 12 886825 94872 4519166 285942 Impor Gan Indonesia DGIDN 12 12 886825 94872 4519166 285942 Deman Gan Indonesia DGM 12 12 684533 93923 4316874 272188 Deman Gan Makanan QTIDN 12 12 0.7400 0 3194487 201419 Prod Tep Indonesia Skenario 5. Penambahan Kuota Impor Biji Gandum sebesar 10 persen

XGUSA 12 12 1.0000 0 26057694 407955 Ekspor Gan USA XGFRA 12 12 1.0000 0 18091785 776304 Ekspor Gan France XGCAN 12 12 1.0000 0 16424978 726488 Ekspor Gan Canada XGSOV 12 12 11.0000 0 8885969 1803707 Ekspor Gan Soviet XGA US 12 12 1.0000 0 17214981 883955 Ekspor Gan Australia RPXGUSA 12 12 1.0000 0 144.7289 1.0838 Hrg Ril Ex Gan USA RPXGFRA 12 12 1.0000 0 154.9429 1.2000 Hrg Ril Ex Gan France RPXGCA N 12 12 1.0000 0 152.7658 1.3551 Hrg Ril Ex Gan CA N RPXGSOV 12 12 1.0000 0 141.7174 16.3999 Hrg Ril Eks Gan Sov RPXGA US 12 12 1.0000 0 139.5412 1.9945 Hrg Ril Ex Gan Australi MGSOV 12 12 11.0000 0 4737632 1312620 Impor Gan Soviet MGITA 12 12 1.0000 0 5641314 199416 Impor Gan Italia MGBRA 12 12 1.0000 0 6376821 492231 Impor Gan Brasil MGJPN 12 12 1.0000 0 6006954 67839 Impor Gan Jepang MGDZA 12 12 1.0000 0 5182399 369634 Impor Gan A ljasair RPM GSOV 12 12 1.0000 0 135.9296 15.7301 Hrg Ril Imp Gan Sov RPM GITA 12 12 1.0000 0 208.7867 2.4609 Hrg Ril Imp Gan ITA RPM GBRA 12 12 1.0000 0 145.4275 16.8293 Hrg Ril Imp Gan BRA RPM GJPN 12 12 1.0000 0 195.8549 0.4260 Hrg Ril Impor Gan JPN RPM GDZA 12 12 1.0000 0 170.3763 14.1414 Hrg Ril Impor Gan DZA XTFRA 12 12 1.0000 0 949273 86849 Ekspor Tep France XTBEL 12 12 1.0000 0 683056 17823 Ekspor Tepung Belgia XTSOV 12 12 11.0000 0 627630 35962 Ekspor Tep Soviet XTTUR 12 12 1.0000 0 595533 59665 Ekspor Tep Turki XTDEU 12 12 1.0000 0 621602 18580 Ekspor Tep Jerman RPXTFRA 12 12 1.0000 0 236.0922 2.3556 Hrg Ril Ex Tep FRA RPXTBEL 12 12 1.0000 0 272.6674 2.0288 Hrg Ril Ex Tep Belg ia RPXTSOV 12 12 1.0000 0 318.5912 38.7029 Hrg Ril Ekp Tep Sov RPXTTUR 12 12 1.0000 0 2719 835.2668 Hrg Ril Ex Tep Turki RPXTDEU 12 12 1.0000 0 263.0713 1.0465 Hrg Ril Ekp Tep DEU MTNLD 12 12 1.0000 0 397603 78796 Impor Tep Belanda MTLBY 12 12 1.0000 0 771891 76970 Impor Tep Libya MTSOV 12 12 11.0000 0 844609 45343 Impor Tep Soviet MTUSA 12 12 1.0000 0 252140 42705 Impor Tep USA RPMTNLD 12 12 1.0000 0 314.4133 2.9465 Hrg Ril Imp Tep NLD RPMTLBY 12 12 1.0000 0 282.8763 7.7512 Hrg Ril Imp Tep Libya RPMTSOV 12 12 1.0000 0 321.4438 37.8940 Hrg Ril Imp Tep Sov RPMTUSA 12 12 1.0000 0 332.6707 3.7611 Hrg Ril Imp Tep USA XGW 12 12 16410078 2045938 103085470 2242422 Ekspor Gandum Dunia MGW 12 12 72616271 1771354 104655105 1488258 Impor Gan Dunia RPGW 12 12 1.0000 0 121.8461 14.1004 Hrg Ril Gan Dunia RPM GIDN 12 12 1.0000 0 343.0971 4.1834 Hrg Ril Imp Gan IDN XTW 12 12 4198851 245330 7675930 221286 Ekspor Tep Dunia MTW 12 12 7106880 275074 9414911 426488 Impor Tep Dunia RPXTW 12 12 1.0000 0 286.2059 34.7687 Hrg Ril Ex Tep Dunia


(4)

Variable Nobs N Actual Predicted Label

Mean Std Mean Std

RPMTIDN 12 12 1.0000 0 412.2009 23.9830 Hrg Ril Imp Tep IDN RPTIDN 12 12 1.0000 0 3010 292.4130 Hrg Ril Tep IDN RPTPB 12 12 1.0000 0 3079 293.1245 Hrg Ril Tep PB RPTPE 12 12 1.0000 0 3199 252.6669 Hrg Ril Tep PE DTIM 12 12 1.0000 0 1266223 124878 Deman Tep IM DTKM 12 12 1.0000 0 2308788 230319 Deman Tep KM DTRT 12 12 1.0000 0 160481 15686 Deman Tep RT DTRS 12 12 1.0000 0 184978 17508 Deman Tep RS DTIDN 12 12 4.0000 0 3920471 388360 Deman Tep Indonesia MTIJPN 12 12 1.0000 0 7599 499.1446 Imp Tep IDN dr JPN MTISGP 12 12 1.0000 0 14990 550.2626 Imp Tep IDN dr SGP MTIAUS 12 12 1.0000 0 19216 1290 Imp Tep IDN dr A US MTIDN 12 12 80886 11834 122689 13436 Impor Tep Indonesia MGIUSA 12 12 1.0000 0 452259 28234 Imp Gan IDN d r USA MGIAUS 12 12 1.0000 0 2647522 261402 Imp Gan IDN d r AUS MGICAN 12 12 1.0000 0 905268 38521 Imp Gan IDN d r CAN MGIDN 12 12 886825 94872 4980553 315544 Impor Gan Indonesia DGIDN 12 12 886825 94872 4980553 315544 Deman Gan Indonesia DGM 12 12 684533 93923 4758032 300400 Deman Gan Makanan QTIDN 12 12 0.7400 0 3520944 222296 Prod Tep Indonesia Skenario 6. Penambahan Kuota Impor Tepung Terigu sebesar 50 persen

XGUSA 12 12 1.0000 0 26029797 420672 Ekspor Gan USA XGFRA 12 12 1.0000 0 18086484 773799 Ekspor Gan France XGCAN 12 12 1.0000 0 16424446 726245 Ekspor Gan Canada XGSOV 12 12 11.0000 0 8876936 1804036 Ekspor Gan Soviet XGA US 12 12 1.0000 0 17214332 883661 Ekspor Gan Australia RPXGUSA 12 12 1.0000 0 144.3198 0.9321 Hrg Ril Ex Gan USA RPXGFRA 12 12 1.0000 0 154.5063 1.0384 Hrg Ril Ex Gan France RPXGCA N 12 12 1.0000 0 152.2537 1.1807 Hrg Ril Ex Gan CA N RPXGSOV 12 12 1.0000 0 135.7503 14.1909 Hrg Ril Eks Gan Sov RPXGA US 12 12 1.0000 0 138.8155 1.7258 Hrg Ril Ex Gan Australi MGSOV 12 12 11.0000 0 4737632 1312620 Impor Gan Soviet MGITA 12 12 1.0000 0 5647037 196530 Impor Gan Italia MGBRA 12 12 1.0000 0 6378911 493321 Impor Gan Brasil MGJPN 12 12 1.0000 0 6006984 67826 Impor Gan Jepang MGDZA 12 12 1.0000 0 5183171 370085 Impor Gan A ljasair RPM GSOV 12 12 1.0000 0 130.2062 13.6113 Hrg Ril Imp Gan Sov RPM GITA 12 12 1.0000 0 207.9946 2.2332 Hrg Ril Imp Gan ITA RPM GBRA 12 12 1.0000 0 139.3042 14.5624 Hrg Ril Imp Gan BRA RPM GJPN 12 12 1.0000 0 195.6999 0.3686 Hrg Ril Impor Gan JPN RPM GDZA 12 12 1.0000 0 165.3751 12.0776 Hrg Ril Impor Gan DZA XTFRA 12 12 1.0000 0 949285 86852 Ekspor Tep France XTBEL 12 12 1.0000 0 683070 17818 Ekspor Tepung Belgia XTSOV 12 12 11.0000 0 628031 35954 Ekspor Tep Soviet XTTUR 12 12 1.0000 0 595533 59665 Ekspor Tep Turki XTDEU 12 12 1.0000 0 621608 18583 Ekspor Tep Jerman RPXTFRA 12 12 1.0000 0 236.1717 2.3303 Hrg Ril Ex Tep FRA RPXTBEL 12 12 1.0000 0 272.8001 2.0155 Hrg Ril Ex Tep Belg ia RPXTSOV 12 12 1.0000 0 321.9769 40.1121 Hrg Ril Ekp Tep Sov RPXTTUR 12 12 1.0000 0 2747 849.8981 Hrg Ril Ex Tep Turki RPXTDEU 12 12 1.0000 0 263.1383 1.0799 Hrg Ril Ekp Tep DEU MTNLD 12 12 1.0000 0 397591 78791 Impor Tep Belanda


(5)

Mean Std Mean Std

MTLBY 12 12 1.0000 0 771736 76909 Impor Tep Libya MTSOV 12 12 1.0000 0 844609 45343 Impor Tep Soviet MTUSA 12 12 1.0000 0 252092 42676 Impor Tep USA RPMTNLD 12 12 1.0000 0 314.6710 3.0538 Hrg Ril Imp Tep NLD RPMTLBY 12 12 1.0000 0 283.5544 8.0334 Hrg Ril Imp Tep Libya RPMTSOV 12 12 1.0000 0 324.6277 39.2965 Hrg Ril Imp Tep Sov RPMTUSA 12 12 1.0000 0 332.9997 3.8980 Hrg Ril Imp Tep USA XGW 12 12 16410078 2045938 103042059 2240546 Ekspor Gandum Dunia MGW 12 12 72616271 1771354 104006234 1407036 Impor Gan Dunia RPGW 12 12 1.0000 0 116.7157 12.2010 Hrg Ril Gan Dunia RPM GIDN 12 12 1.0000 0 341.7505 3.7962 Hrg Ril Imp Gan IDN XTW 12 12 4198851 245330 7676364 221266 Ekspor Tep Dunia MTW 12 12 7106880 275074 9485463 435969 Impor Tep Dunia RPXTW 12 12 1.0000 0 289.2474 36.0346 Hrg Ril Ex Tep Dunia RPMTIDN 12 12 1.0000 0 414.2989 24.8562 Hrg Ril Imp Tep IDN RPTIDN 12 12 1.0000 0 3024 268.9598 Hrg Ril Tep IDN RPTPB 12 12 1.0000 0 3093 269.7478 Hrg Ril Tep PB RPTPE 12 12 1.0000 0 3211 232.5167 Hrg Ril Tep PE DTIM 12 12 1.0000 0 1264492 126543 Deman Tep IM DTKM 12 12 1.0000 0 2305634 233356 Deman Tep KM DTRT 12 12 1.0000 0 160262 15897 Deman Tep RT DTRS 12 12 1.0000 0 184716 17769 Deman Tep RS DTIDN 12 12 4.0000 0 3915104 393533 Deman Tep Indonesia MTIJPN 12 12 1.0000 0 12943 980.3738 Imp Tep IDN dr JPN MTISGP 12 12 1.0000 0 31150 1867 Imp Tep IDN dr SGP MTIAUS 12 12 1.0000 0 28044 3040 Imp Tep IDN dr A US MTIDN 12 12 80886 11834 193455 23099 Impor Tep Indonesia MGIUSA 12 12 1.0000 0 363649 15219 Imp Gan IDN d r USA MGIAUS 12 12 1.0000 0 2358796 223952 Imp Gan IDN d r AUS MGICAN 12 12 1.0000 0 713802 49552 Imp Gan IDN d r CAN MGIDN 12 12 886825 94872 4323068 257769 Impor Gan Indonesia DGIDN 12 12 886825 94872 4323068 257769 Deman Gan Indonesia DGM 12 12 684533 93923 4120776 244500 Deman Gan Makanan QTIDN 12 12 0.7400 0 3049374 180930 Prod Tep Indonesia Skenario 7. Gabungan Kuota Impor Biji Gandu m sebesar 90 persen dan Pelarangan Impor Tepung Terigu XGUSA 12 12 1.0000 0 26015899 422963 Ekspor Gan USA XGFRA 12 12 1.0000 0 18083828 773312 Ekspor Gan France XGCAN 12 12 1.0000 0 16424163 726133 Ekspor Gan Canada XGSOV 12 12 11.0000 0 8873354 1801450 Ekspor Gan Soviet XGA US 12 12 1.0000 0 17214008 883610 Ekspor Gan Australia RPXGUSA 12 12 1.0000 0 144.1160 0.9133 Hrg Ril Ex Gan USA RPXGFRA 12 12 1.0000 0 154.2919 1.0198 Hrg Ril Ex Gan France RPXGCA N 12 12 1.0000 0 152.0014 1.1622 Hrg Ril Ex Gan CA N RPXGSOV 12 12 1.0000 0 132.8208 13.9364 Hrg Ril Eks Gan Sov RPXGA US 12 12 1.0000 0 138.4593 1.6949 Hrg Ril Ex Gan Australi MGSOV 12 12 11.0000 0 4737632 1312620 Impor Gan Soviet MGITA 12 12 1.0000 0 5650045 195337 Impor Gan Italia MGBRA 12 12 1.0000 0 6379976 493593 Impor Gan Brasil MGJPN 12 12 1.0000 0 6006994 67814 Impor Gan Jepang MGDZA 12 12 1.0000 0 5183577 370219 Impor Gan A ljasair RPM GSOV 12 12 1.0000 0 127.3963 13.3672 Hrg Ril Imp Gan Sov RPM GITA 12 12 1.0000 0 207.5906 2.2469 Hrg Ril Imp Gan ITA


(6)

Variable Nobs N Actual Predicted Label

Mean Std Mean Std

RPM GBRA 12 12 1.0000 0 136.2980 14.3012 Hrg Ril Imp Gan BRA RPM GJPN 12 12 1.0000 0 195.6239 0.3620 Hrg Ril Impor Gan JPN RPM GDZA 12 12 1.0000 0 162.8825 11.7708 Hrg Ril Impor Gan DZA XTFRA 12 12 1.0000 0 949252 86843 Ekspor Tep France XTBEL 12 12 1.0000 0 683030 17832 Ekspor Tepung Belgia XTSOV 12 12 11.0000 0 626940 35947 Ekspor Tep Soviet XTTUR 12 12 1.0000 0 595533 59665 Ekspor Tep Turki XTDEU 12 12 1.0000 0 621593 18575 Ekspor Tep Jerman RPXTFRA 12 12 1.0000 0 235.9531 2.3998 Hrg Ril Ex Tep FRA RPXTBEL 12 12 1.0000 0 272.4356 2.0564 Hrg Ril Ex Tep Belg ia RPXTSOV 12 12 1.0000 0 312.6830 36.3657 Hrg Ril Ekp Tep Sov RPXTTUR 12 12 1.0000 0 2671 810.3994 Hrg Ril Ex Tep Turki RPXTDEU 12 12 1.0000 0 262.9540 0.9904 Hrg Ril Ekp Tep DEU MTNLD 12 12 1.0000 0 397623 78805 Impor Tep Belanda MTLBY 12 12 1.0000 0 772162 77072 Impor Tep Libya MTSOV 12 12 11.0000 0 844609 45343 Impor Tep Soviet MTUSA 12 12 1.0000 0 252225 42756 Impor Tep USA RPMTNLD 12 12 1.0000 0 313.9635 2.7686 Hrg Ril Imp Tep NLD RPMTLBY 12 12 1.0000 0 281.6930 7.2831 Hrg Ril Imp Tep Libya RPMTSOV 12 12 1.0000 0 315.8845 35.5566 Hrg Ril Imp Tep Sov RPMTUSA 12 12 1.0000 0 332.0966 3.5340 Hrg Ril Imp Tep USA XGW 12 12 16410078 2045938 103021316 2241138 Ekspor Gandum Dunia MGW 12 12 72616271 1771354 103717064 1500746 Impor Gan Dunia RPGW 12 12 1.0000 0 114.1970 11.9823 Hrg Ril Gan Dunia RPM GIDN 12 12 1.0000 0 341.0638 3.8195 Hrg Ril Imp Gan IDN XTW 12 12 4198851 245330 7675185 221350 Ekspor Tep Dunia MTW 12 12 7106880 275074 9292598 413886 Impor Tep Dunia RPXTW 12 12 1.0000 0 280.8983 32.6690 Hrg Ril Ex Tep Dunia RPMTIDN 12 12 1.0000 0 408.5398 22.5346 Hrg Ril Imp Tep IDN RPTIDN 12 12 1.0000 0 3028 254.4807 Hrg Ril Tep IDN RPTPB 12 12 1.0000 0 3096 255.3202 Hrg Ril Tep PB RPTPE 12 12 1.0000 0 3214 220.0804 Hrg Ril Tep PE DTIM 12 12 1.0000 0 1264038 127853 Deman Tep IM DTKM 12 12 1.0000 0 2304807 235744 Deman Tep KM DTRT 12 12 1.0000 0 160204 16061 Deman Tep RT DTRS 12 12 1.0000 0 184647 17971 Deman Tep RS DTIDN 12 12 4.0000 0 3913697 397596 Deman Tep Indonesia MTIJPN 12 12 1.0000 0 0 0 Imp Tep IDN dr JPN MTISGP 12 12 1.0000 0 0 0 Imp Tep IDN dr SGP MTIAUS 12 12 1.0000 0 0 0 Imp Tep IDN dr A US MTIDN 12 12 80886 11834 0 0 Impor Tep Indonesia MGIUSA 12 12 1.0000 0 353958 34198 Imp Gan IDN d r USA MGIAUS 12 12 1.0000 0 2158825 226089 Imp Gan IDN d r AUS MGICAN 12 12 1.0000 0 718486 57348 Imp Gan IDN d r CAN MGIDN 12 12 1.0000 886825 4029408 293179 Impor Gan Indonesia DGIDN 12 12 886825 4029408 94872 293179 Deman Gan Indonesia DGM 12 12 684533 93923 3847346 281227 Deman Gan Makanan QTIDN 12 12 0.7400 0 2847036 208108 Prod Tep Indonesia