103
Selanjutnya apabila K – M G – 1, maka persamaan tersebut tidak teridentifikasi atau under identified, dan teknik ekonometrika tidak dapat
diterapkan untuk menduga semua parameternya. Sedangkan apabila K – M = G – 1 maka persamaan exactly identified, dan teknik ekonometrika yang sesuai
adalah Indirect Least Squares ILS. Apabila K – M G –1, maka persamaan teridentifikasi berlebih atau over identified. Untuk kondisi dimana semua
persamaan structural adalah over identified, maka penggunaan ILS tidak akan memberikan dugaan parameter structural dengan unik, sehingga teknik
ekonometrika yang dapat digunakan antara lain metoda pangkat dua terkecil dua tahap atau Two Stages Least Squares 2SLS; atau metoda pangkat dua terkecil
tiga tahap atau Three Stages Least Squares 3SLS. Syarat kecukupan atau rank condition
menunjukkan suatu persamaan teridentifikasi jika dan hanya jika hal tersebut memungkinkan untuk membentuk atau paling tidak menghasilkan satu
determinan yang bukan nol pada ordo G –1 dari parameter-parameter struktural yang tidak termasuk dalam persamaan tersebut atau
variablevariabel -
variablevariabel exclude K – M dari satu persamaan.
4. 2.3. Metode Estimasi
Metode 2SLS digunakan dalam penelitian ini karena tergolong metode yang ekonomis, banyak digunakan, pendugaan setiap parameternya unik dan
penerapannya relatif mudah meskipun dirancang untuk menangani persamaan yang over indentified Gujarati, 1995. Adapun metode 3SLS jauh lebih rumit
dan sensitive terhadap perubahan spesifikasi, artinya jika ada suatu perubahan
104
For m a t t e d: Spanish I nternational Sort
For m a t t e d: Spanish I nternational Sort
For m a t t e d: Finnish For m a t t e d: Finnish
For m a t t e d: Finnish For m a t t e d: Finnish
For m a t t e d: Finnish For m a t t e d: Sw edish Sw eden
spesifikasi pada salah satu persamaan dalam sistem, maka dapat mempengaruhi semua parameter dugaan Koutsouyiannis ,1977.
4. 2.4. Validasi Model
Dalam penelitian ini validasi model dilakukan dengan menggunakan kriteria
-kriteria statistik, yaitu Root Mean Squares Percentage Error RMSPE,
penyimpangan statistik dengan peramalan Theil Theil Forecast Error Statistic, dan Inequality Coeficient dari U-Theil. Validasi model dilakukan dalam rangka
untuk melihat sejauhmana suatu model dapat mewakili dunia nyata. Pindyck dan Rubinfeld 1998 menyatakan bahwa RMSPE mengukur
deviasi dari variabel yang distimulasikan dari alur waktu aktual dalam ukuran persen.
RMSPE = 100 dimana:
Ytb =
nilai dugaan, atau nilai simulasi dasar pada tahun t Yta
= nilai aktual pada tahun t
n =
jumlah periode pengamatan dalam simulasi tahun
U = +
dimana:
1 n
Σ
Ytb – Yta Yta
n t = 1
Σ
Pi – Ai
2
Σ
Ai
2
n n
105
Pi =
perubahan peramalan dari variabel endogen Ai
= perubahan aktual dari variabel endogen
sedangkan R
2
koefisien diterminasi digunakan untuk melihat keeratan arah slope antara yang aktual dengan yang distimulasi. Semakin kecil RMSPE, dan
U serta makin besarnya R
2
4. 2.5. Simulasi Model
maka model semakin valid untuk disimulasi. Nilai U berkisar antara 0 dan 1, apabila U = 0, maka pendugaan model sempurna.
Sebaliknya apabila U = 1, maka pendugaan model naïf.
Simulasi histori e
s expost sebagai simulasi yang diarahkan untuk
mengevaluasi kebijakan tidak dilakukan.dan Sedangkan simulasisimulasi
peramalan exante forecast terhadap penerapan kebijakan fiskalkebijakan
ekonomi akan dilakukan dalam penelitian
. ini. 1.
Simulasi kebijakan dilakukan pada simulasi histories expost untuk tahun 1999 – 2003, dan dimaksudkan untuk mengevaluasi kebijakan
dalam periode 1999 – 2003 untuk menjadi pelajaran bagi penerapan kebijakan yang akan datang. Simulasi peramalan dilakukan untuk rentang
waktu 2011-2015, dimaksudkan untuk meramalkan dampak yang terjadi sebagai akibat diterapkannya kebijakan ekonomi yang akan datang.
AEvaluasi maupun a nalisis dampak dari alternatif
simulasi kebijakan
terhadap kinerja
industri tepung terigu dan kesejahteraan produsen dan
konsumen periode tahun 1999 –2003 pada periode tahun 2011 - 2015 adalah:
1. Kuota Impor Biji Gandum Indonesia sebesar 90 persen
For m a t t e d: Finnish For m a t t e d: Spanish I nternational
Sort
For m a t t e d: Spanish I nternational Sort
For m a t t e d: Spanish I nternational Sort
For m a t t e d: I ndent: First line: 1,27 cm , Line spacing: M ultiple 2,1 li
For m a t t e d: Bullets and N um bering
For m a t t e d: English U .S. For m a t t e d: English U .S.
For m a t t e d: English U .S. For m a t t e d: D utch N etherlands
For m a t t e d: I ndent: Left: 0 cm , First line: 0 cm , Line spacing: M ultiple 2,1
li
For m a t t e d: I ndent: Left: -0 cm , Line spacing: M ultiple 2,1 li
For m a t t e d: Bullets and N um bering
106
Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas penerapan kuota impor biji gandum Indonesia dengan hanya memperkenankan impor biji
gandum sebesar 90 persen terhadap kinerja industri tepung terigu Indonesia. Peningkatan Teknologi Produksi Tepung Terigu Indonesia
Simulasi kebijakan tentang kemungkinan penerapan teknologi yang lebih baik sehingga dapat memberikan tingkat efisiensi produksi tepung
terigu sebesar 80. 2.
Pelarangan ImporSwasembada Tepung Terigu
Simulasi kebija kan dilakukan dalam rangka melihatkan tentang
kemungkinan upaya pemanfaatanswasembada
tepung terigu hasil produksi
dalaman negeri dengan meniadakanmelarang impor tepung terigu
. Lebih lanjut diharapankan arah dan perilaku dampak mendorong industri
penggilingan tepung terigu domestik berkembang. dari tiga besar importir tepung terigu Jepang, Australia, Singapura.
3. Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Biji Gandum sebesar 5 persen
Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas penerapan tarif bea masuk impor biji gandum sebesar 5 persen terhadap kinerja industri
tepung terigu Indonesia. 4.
Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Tepung Terigu sebesar 5 persen Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas pengenaan tarif
bea masuk impor tepung terigu sebesar 5 persen terhadap kinerja industri tepung terigu Indonesia.
For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm , First line: 1,27 cm , Line spacing:
M ultiple 2,1 li, N o bullets or num bering
For m a t t e d: Portuguese Brazil For m a t t e d: I ndent: Left: -0 cm , Line
spacing: M ultiple 2,1 li
For m a t t e d: Bullets and N um bering
For m a t t e d: English U .S. For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm ,
First line: 1,27 cm , Line spacing: M ultiple 2,1 li
For m a t t e d: English U .S. For m a t t e d: I ndent: Left: -0 cm , Line
spacing: M ultiple 2,1 li
For m a t t e d: Bullets and N um bering
For m a t t e d: I ndent: Left: 0 cm , H anging: 0,95 cm , Line spacing:
M ultiple 2,2 li, N um bered + Lev el: 4 + N um bering Sty le: 1, 2, 3, … + Start at:
1 + A lignm ent: Left + A ligned at: 4,44 cm + Tab after: 5,08 cm + I ndent at:
5,08 cm , Tab stops: N ot at 5,08 cm
For m a t t e d: Spanish I nternational Sort
107
5. Penambahan Kuota Impor Biji Gandum sebesar 10 persen
Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas peningkatan impor biji gandum sebesar 10 persen terhadap kinerja industri tepung terigu
Indonesia.. 6.
Penambahan Kuota Impor Tepung Terigu sebesar 50 persen Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas peningkatan
impor t epung terigu sebesar 50 persen terhadap kinerja industri tepung terigu Indonesia.
7. Gabungan Kuota Impor Biji Gandum Indonesia sebesar 90 persen dan
Pelarangan Impor Tepung Terigu. Simulasi gabungan dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas
pengenaan kuota impor biji gandum Indonesia gandum sebesar 90 persen dan pelarangan impor tepung terigu terhadap kinerja industri tepung terigu
Indonesia, sehingga diperoleh alternatif kebijakan yang memberikan dampak terbaik kepada produsen dan konsumen, serta pemerintah.
Peningkatan Permintaan Tepung Terigu oleh Industri Makanan dan Minuman
Kebijakan ini dilakukan dengan meningkatkan produk PDB sektor industri makanan dan minuman PDBIM menjadi sebesar
1,25PDBIM sehingga diharapkan terjadi peningkatan deman. 4.Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Biji Gandum sebesar 5
Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas penerapan tarif bea masuk impor biji gandum sebesar 5, sehingga harga riil
impor biji gandum Indonesia menjadi 1,05 1,05RPMGIDN.
For m a t t e d: Bullets and N um bering
For m a t t e d: Spanish I nternational Sort
For m a t t e d: Sw edish Sw eden For m a t t e d: Bullets and N um bering
For m a t t e d: Sw edish Sw eden For m a t t e d: Sw edish Sw eden
For m a t t e d: Sw edish Sw eden For m a t t e d: I ndent: Left: 0 cm ,
H anging: 0,96 cm , Line spacing: single
For m a t t e d: Bullets and N um bering For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm ,
Space Before: 18 pt
For m a t t e d: Portuguese Brazil
For m a t t e d: Font: D efault A rial, Portuguese Brazil
For m a t t e d: Font: D efault A rial, Sw edish Sw eden
For m a t t e d: Bullets and N um bering
108
5.Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Biji Tepung Terigu sebesar 5
Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas pengenaan tarif bea masuk impor tepung terigu sebesar 5, sehingga harga riil
impor biji tepung terigu Indonesia menjadi 1,05 1,05RPMTIDN.
3.Pengenaan Kuota Impor Biji Gandum Indonesia dari Australia sebesar 50
4. Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas
pengenaan kuota impor biji gandum Indonesia dari Australia dengan hanya mendapatkan kuota sebesar 50 0,5MGIAUS.
5.Pengenaan Kuota Impor Biji Gandum Indonesia dari Amerika Serikat sebesar 50
Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas pengenaan kuota impor biji gandum Indonesia dari Amerika Serikat dengan
hanya mendapatkan kuota sebesar 50 0,5MGIUSA. 6.Pengenaan Kuota Impor Biji Gandum Indonesia dari Canada
sebesar 50 Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas pengenaan
kuota impor biji gandum Indonesia dari Canada dengan hanya mendapatkan kuota sebesar 50 0,5MGICAN.
7.Pengenaan Kuota Impor Tepung Terigu Indonesia dari Singapura sebesar 75.
For m a t t e d: Bullets and N um bering
For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm , First line: 1,27 cm , N o bullets or
num bering
For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm , First line: 1,27 cm , N o bullets or
num bering
For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm , First line: 1,27 cm , N o bullets or
num bering
109
Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas pengenaan kuota impor tepung terigu Indonesia dari Singapura dengan hanya
mendapatkan kuota besar 75 0,75MTISGP. 8.Pengenaan Kuota Impor Tepung Terigu Indonesia dari
Jepang sebesar 75. Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas pengenaan
kuota impor tepung terigu Indonesia dari Jepang dengan hanya mendapatkan kuota besar 75 0,75MTIJPN.
9.Pengenaan Kuota Impor Tepung Terigu Indonesia dari Australia sebesar 75.
Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas pengenaan kuota impor tepung terigu Indonesia dari Australia dengan hanya
mendapatkan kuota besar 75 0,75MTIAUS. 10.Peningkatan Pendapatan Perkapita Indonesia sebesar
50 Simulasi
dimaksudkan untuk mengevaluasi efektivitas peningkatan pendapatan perkapita Indonesia ICIDN yang
meningkat menjadi 1,5ICIDN. 11.Naiknya Harga Biji Gandum Dunia sebesar 10
Simulasi dilakukan untuk mengetahui dampak dari naiknya harga biji gandum dunia sebesar 10 1,1RPGW.
For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm , First line: 1,27 cm , N o bullets or
num bering
For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm , First line: 1,27 cm , N o bullets or
num bering
For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm , First line: 1,27 cm , N o bullets or
num bering
For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm , First line: 1,27 cm , N o bullets or
num bering
110
12.Turunnya Harga Biji Tepung Terigu Dunia sebesar 10 Simulasi dilakukan untuk mengetahui dampak dari turunnya
harga tepung terigu dunia sebesar 10 0,9RPTW. 13.Naiknya Harga Tepung Terigu Dunia sebesar 10
Simulasi dilakukan untuk mengetahui dampak dari naiknya harga tepung terigu dunia sebesar 10 1,1RPTW.
14.Penerapan Tiga Kebijakan Gabungan berupa Kebijakan Pengenaan Kuota Impor Biji Gandum Indonesia dari Australia
sebesar 50, dan Peningkatan Pendapatan Perkapita Indonesia sebesar 50, serta Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Tepung
Terigu sebesar 5. Simulasi dilakukan untuk mengetahui dampak dari kebijakan
gabungan dari tiga kebijakan sekaligus, dilihat dampaknya pada produsen, konsumen dan cadangan devisa.
17.Penerapan Dua Kebijakan Gabungan berupa Kebijakan Peningkatan Pendapatan Perkapita Indonesia sebesar 50, serta
Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Tepung Terigu 5. Simulasi dilakukan untuk mengetahui dampak dari kebijakan
gabungan dari dua kebijakan sekaligus, dilihat dari dampaknya pada produsen, konsumen dan cadangan devisa.
15.Penerapan Dua Kebijakan Gabungan berupa Kebijakan Pengenaan Kuota Impor Biji Gandum Indonesia dari Australia
sebesar 50, dan Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Tepung Terigu sebesar 5.
For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm , First line: 1,27 cm , N o bullets or
num bering
For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm , First line: 1,27 cm , N o bullets or
num bering
For m a t t e d: I ndent: First line: 1,27 cm
For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm , First line: 1,27 cm , Space A fter: 0 pt,
Line spacing: D ouble, N o bullets or num bering
For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm , First line: 1,27 cm
For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm , First line: 1,27 cm , Space A fter: 0 pt,
Line spacing: D ouble
For m a t t e d: Bullets and N um bering
For m a t t e d: I ndent: First line: 1,27 cm
For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm , First line: 1,27 cm , Space A fter: 0 pt,
Line spacing: D ouble, N o bullets or num bering
111
Simulasi dilakukan untuk mengetahui dampak dari kebijakan gabungan dari dua kebijakan sekaligus, dilihat dari dampaknya pada
produsen, konsumen dan cadangan devisa. 16.Penerapan Dua Kebijakan Gabungan berupa kebijakan
Pengenaan Kuota Impor Biji Gandum Indonesia dari Australia sebesar 50, dan Peningkatan Pendapatan Perkapita Indonesia
sebesar 50. Simulasi dilakukan untuk mengetahui dampak dari kebijakan
gabungan dari dua kebijakan sekaligus, dilihat dari dampaknya pada produsen, konsumen dan cadangan devisa.
Simulasi peramalan dilakukan untuk rentang waktu 2009- 2013, dimaksudkan untuk meramalkan dampak yang terjadi sebagai
akibat diterapkannya kebijakan fiskal yang akan datang. Beberapa kebijakan yang dicoba diterapkan, antara lain:
1.Peningkatan Teknologi Produksi Tepung Terigu Indonesia Simulasi kebijakan tentang kemungkinan penerapan teknologi
yang lebih baik sehingga dapat memberikan tingkat efisiensi produksi tepung terigu sebesar 80.
2.Swasembada Tepung Terigu Simulasi kebijakan tentang kemungkinan upaya swasembada
tepung terigu dengan meniadakanmelarang impor tepung terigu dari tiga besar importir tepung terigu Jepang, Australia, Singapura.
3.Peningkatan Permintaan Tepung Terigu oleh Industri Makanan dan Minuman
For m a t t e d: I ndent: First line: 1,27 cm
For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm , First line: 1,27 cm , Space A fter: 0 pt,
Line spacing: D ouble, N o bullets or num bering
For m a t t e d: I ndent: First line: 1,27 cm
For m a t t e d: Font: D efault A rial, Sw edish Sw eden
For m a t t e d: Bullets and N um bering
For m a t t e d: Bullets and N um bering
For m a t t e d: Bullets and N um bering
112
Kebijakan ini dilakukan dengan meningkatkan PDBIM menjadi sebesar 1,25 PDBIM.
4.Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Biji Gandum sebesar 5 Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas pengenaan
tarif bea masuk impor biji gandum sebesar 5, sehingga harga riil impor biji gandum Indonesia menjadi 1,05 1,05RPMGIDN.
5.Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Tepung Terigu sebesar 5
Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas penerapan tarif bea masuk impor tepung terigu sebesar 5, sehingga harga riil
impor tepung terigu Indonesia menjadi 1,05 1,05RPMTIDN. 6.Pengenaan Kuota Impor Biji Gandum Indonesia dari
Australia sebesar 50 Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas pengenaan
kuota impor biji gandum Indonesia dari Australia dengan hanya mendapatkan kuota sebesar 50 0,5MGIAUS.
7.Pengenaan Kuota Impor Biji Gandum Indonesia dari Amerika Serikat sebesar 50
Simulasi dilakukan dengan mengevaluasi efektifitas pengenaan kuota impor biji gandum Indonesia dari Amerika Serikat
dengan hanya mendapatkan kuota sebesar 50 0,5MGIUSA. 8.Pengenaan Kuota Impor Biji Gandum Indonesia dari Canada
sebesar 50
For m a t t e d: Font: D efault A rial, English U .S.
For m a t t e d: Bullets and N um bering
For m a t t e d: Bullets and N um bering
For m a t t e d: Bullets and N um bering
For m a t t e d: Bullets and N um bering
For m a t t e d: Bullets and N um bering
113
Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas pengenaan kuota impor biji gandum Indonesia dari Canada dengan hanya
mendapatkan kuota sebesar 50 0,5MGICAN.
9.Pengenaan Kuota Impor Tepung Terigu Indonesia dari Singapura sebesar 75.
Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas pengenaan kuota impor tepung terigu Indonesia dari Singapura dengan hanya
mendapatkan kuota besar 75 0,75MTISGP. 10.Pengenaan Kuota Impor Tepung Terigu Indonesia dari
Jepang sebesar 75. Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas pengenaan
kuota impor tepung terigu Indonesia dari Jepang dengan hanya mendapatkan kuota besar 75 0,75MTIJPN.
11.Pengenaan Kuota Impor Tepung Terigu Indonesia dari Australia sebesar 75.
Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas pengenaan kuota impor tepung terigu Indonesia dari Australia dengan hanya
mendapatkan kuota besar 75 0,75MTIAUS. 12.Peningkatan Pendapatan Perkapita Indonesia 50
Simulasi dimaksudkan untuk mengevaluasi efektivitas
peningkatan pendapatan perkapita Indonesia ICIDN yang meningkat menjadi 1,5 ICIDN.
13.Naiknya Harga Biji Gandum Dunia sebesar 10
For m a t t e d: Bullets and N um bering
For m a t t e d: Bullets and N um bering
For m a t t e d: Bullets and N um bering
For m a t t e d: Bullets and N um bering
For m a t t e d: Bullets and N um bering
114
Simulasi dilakukan untuk mengetahui dampak dari naiknya harga biji gandum Dunia sebesar 10 1,1RPGW.
14.Turunnya Harga Biji Tepung Terigu Dunia sebesar 10 Simulasi dilakukan untuk mengetahui dampak dari turunnya
harga tepung terigu Dunia sebesar 10 0,9RPTW. 15.Naiknya Harga Tepung Terigu Dunia sebesar 10
Simulasi dilakukan untuk mengetahui dampak dari naiknya harga tepung terigu Dunia sebesar 10 1,1RPTW.
16.Penerapan Tiga Kebijakan Gabungan berupa Kebijakan Pengenaan Kuota Impor Biji Gandum Indonesia dari Australia
sebesar 50, dan Peningkatan Pendapatan Perkapita Indonesia sebesar 50, serta Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Tepung
Terigu sebesar 5. Simulasi dilakukan untuk mengetahui dampak dari kebijakan
gabungan dari tiga kebijakan sekaligus, dilihat dampaknya pada produsen, konsumen dan cadangan devisa.
17.Penerapan Dua Kebijakan Gabungan berupa Kebijakan Peningkatan Pendapatan Perkapita Indonesia sebesar 50, serta
Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Tepung Terigu sebesar 5. Simulasi dilakukan untuk mengetahui dampak dari kebijakan
gabungan dari dua kebijakan sekaligus, dilihat dampaknya pada produsen, konsumen dan cadangan devisa.
18.Penerapan Dua Kebijakan Gabungan berupa Kebijakan Pengenaan Kuota Impor Biji Gandum Indonesia dari Australia
For m a t t e d: Bullets and N um bering
For m a t t e d: Bullets and N um bering
For m a t t e d: Bullets and N um bering
For m a t t e d: Bullets and N um bering
For m a t t e d: Bullets and N um bering
115
For m a t t e d: Bullets and N um bering
For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm , First line: 1,27 cm
sebesar 50, dan Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Tepung Terigu sebesar 5.
Simulasi dilakukan untuk mengetahui dampak dari kebijakan gabungan dari dua kebijakan sekaligus, dilihat dari dampaknya pada
produsen, konsumen dan cadangan devisa. 19.Penerapan Dua Kebijakan Gabungan berupa Kebijakan
Pengenaan Kuota Impor Biji Gandum Indonesia dari Australia sebesar 50, dan Peningkatan Pendapatan Perkapita Indonesia
sebesar 50. Simulasi dilakukan untuk mengetahui dampak dari kebijakan
gabungan dari dua kebijakan sekaligus, dilihat dampaknya pada produsen, konsumen dan cadangan devisa.
V. HASIL PENDUGAAN MODEL INDUSTRI TEPUNG