2.3. Metode Estimasi 2. Validasi Model 2.5. Simulasi Model

103 Selanjutnya apabila K – M G – 1, maka persamaan tersebut tidak teridentifikasi atau under identified, dan teknik ekonometrika tidak dapat diterapkan untuk menduga semua parameternya. Sedangkan apabila K – M = G – 1 maka persamaan exactly identified, dan teknik ekonometrika yang sesuai adalah Indirect Least Squares ILS. Apabila K – M G –1, maka persamaan teridentifikasi berlebih atau over identified. Untuk kondisi dimana semua persamaan structural adalah over identified, maka penggunaan ILS tidak akan memberikan dugaan parameter structural dengan unik, sehingga teknik ekonometrika yang dapat digunakan antara lain metoda pangkat dua terkecil dua tahap atau Two Stages Least Squares 2SLS; atau metoda pangkat dua terkecil tiga tahap atau Three Stages Least Squares 3SLS. Syarat kecukupan atau rank condition menunjukkan suatu persamaan teridentifikasi jika dan hanya jika hal tersebut memungkinkan untuk membentuk atau paling tidak menghasilkan satu determinan yang bukan nol pada ordo G –1 dari parameter-parameter struktural yang tidak termasuk dalam persamaan tersebut atau variablevariabel - variablevariabel exclude K – M dari satu persamaan.

4. 2.3. Metode Estimasi

Metode 2SLS digunakan dalam penelitian ini karena tergolong metode yang ekonomis, banyak digunakan, pendugaan setiap parameternya unik dan penerapannya relatif mudah meskipun dirancang untuk menangani persamaan yang over indentified Gujarati, 1995. Adapun metode 3SLS jauh lebih rumit dan sensitive terhadap perubahan spesifikasi, artinya jika ada suatu perubahan 104 For m a t t e d: Spanish I nternational Sort For m a t t e d: Spanish I nternational Sort For m a t t e d: Finnish For m a t t e d: Finnish For m a t t e d: Finnish For m a t t e d: Finnish For m a t t e d: Finnish For m a t t e d: Sw edish Sw eden spesifikasi pada salah satu persamaan dalam sistem, maka dapat mempengaruhi semua parameter dugaan Koutsouyiannis ,1977. 4. 2.4. Validasi Model Dalam penelitian ini validasi model dilakukan dengan menggunakan kriteria -kriteria statistik, yaitu Root Mean Squares Percentage Error RMSPE, penyimpangan statistik dengan peramalan Theil Theil Forecast Error Statistic, dan Inequality Coeficient dari U-Theil. Validasi model dilakukan dalam rangka untuk melihat sejauhmana suatu model dapat mewakili dunia nyata. Pindyck dan Rubinfeld 1998 menyatakan bahwa RMSPE mengukur deviasi dari variabel yang distimulasikan dari alur waktu aktual dalam ukuran persen. RMSPE = 100 dimana: Ytb = nilai dugaan, atau nilai simulasi dasar pada tahun t Yta = nilai aktual pada tahun t n = jumlah periode pengamatan dalam simulasi tahun U = + dimana: 1 n Σ Ytb – Yta Yta n t = 1 Σ Pi – Ai 2 Σ Ai 2 n n 105 Pi = perubahan peramalan dari variabel endogen Ai = perubahan aktual dari variabel endogen sedangkan R 2 koefisien diterminasi digunakan untuk melihat keeratan arah slope antara yang aktual dengan yang distimulasi. Semakin kecil RMSPE, dan U serta makin besarnya R 2

4. 2.5. Simulasi Model

maka model semakin valid untuk disimulasi. Nilai U berkisar antara 0 dan 1, apabila U = 0, maka pendugaan model sempurna. Sebaliknya apabila U = 1, maka pendugaan model naïf. Simulasi histori e s expost sebagai simulasi yang diarahkan untuk mengevaluasi kebijakan tidak dilakukan.dan Sedangkan simulasisimulasi peramalan exante forecast terhadap penerapan kebijakan fiskalkebijakan ekonomi akan dilakukan dalam penelitian . ini. 1. Simulasi kebijakan dilakukan pada simulasi histories expost untuk tahun 1999 – 2003, dan dimaksudkan untuk mengevaluasi kebijakan dalam periode 1999 – 2003 untuk menjadi pelajaran bagi penerapan kebijakan yang akan datang. Simulasi peramalan dilakukan untuk rentang waktu 2011-2015, dimaksudkan untuk meramalkan dampak yang terjadi sebagai akibat diterapkannya kebijakan ekonomi yang akan datang. AEvaluasi maupun a nalisis dampak dari alternatif simulasi kebijakan terhadap kinerja industri tepung terigu dan kesejahteraan produsen dan konsumen periode tahun 1999 –2003 pada periode tahun 2011 - 2015 adalah: 1. Kuota Impor Biji Gandum Indonesia sebesar 90 persen For m a t t e d: Finnish For m a t t e d: Spanish I nternational Sort For m a t t e d: Spanish I nternational Sort For m a t t e d: Spanish I nternational Sort For m a t t e d: I ndent: First line: 1,27 cm , Line spacing: M ultiple 2,1 li For m a t t e d: Bullets and N um bering For m a t t e d: English U .S. For m a t t e d: English U .S. For m a t t e d: English U .S. For m a t t e d: D utch N etherlands For m a t t e d: I ndent: Left: 0 cm , First line: 0 cm , Line spacing: M ultiple 2,1 li For m a t t e d: I ndent: Left: -0 cm , Line spacing: M ultiple 2,1 li For m a t t e d: Bullets and N um bering 106 Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas penerapan kuota impor biji gandum Indonesia dengan hanya memperkenankan impor biji gandum sebesar 90 persen terhadap kinerja industri tepung terigu Indonesia. Peningkatan Teknologi Produksi Tepung Terigu Indonesia Simulasi kebijakan tentang kemungkinan penerapan teknologi yang lebih baik sehingga dapat memberikan tingkat efisiensi produksi tepung terigu sebesar 80. 2. Pelarangan ImporSwasembada Tepung Terigu Simulasi kebija kan dilakukan dalam rangka melihatkan tentang kemungkinan upaya pemanfaatanswasembada tepung terigu hasil produksi dalaman negeri dengan meniadakanmelarang impor tepung terigu . Lebih lanjut diharapankan arah dan perilaku dampak mendorong industri penggilingan tepung terigu domestik berkembang. dari tiga besar importir tepung terigu Jepang, Australia, Singapura. 3. Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Biji Gandum sebesar 5 persen Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas penerapan tarif bea masuk impor biji gandum sebesar 5 persen terhadap kinerja industri tepung terigu Indonesia. 4. Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Tepung Terigu sebesar 5 persen Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas pengenaan tarif bea masuk impor tepung terigu sebesar 5 persen terhadap kinerja industri tepung terigu Indonesia. For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm , First line: 1,27 cm , Line spacing: M ultiple 2,1 li, N o bullets or num bering For m a t t e d: Portuguese Brazil For m a t t e d: I ndent: Left: -0 cm , Line spacing: M ultiple 2,1 li For m a t t e d: Bullets and N um bering For m a t t e d: English U .S. For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm , First line: 1,27 cm , Line spacing: M ultiple 2,1 li For m a t t e d: English U .S. For m a t t e d: I ndent: Left: -0 cm , Line spacing: M ultiple 2,1 li For m a t t e d: Bullets and N um bering For m a t t e d: I ndent: Left: 0 cm , H anging: 0,95 cm , Line spacing: M ultiple 2,2 li, N um bered + Lev el: 4 + N um bering Sty le: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + A lignm ent: Left + A ligned at: 4,44 cm + Tab after: 5,08 cm + I ndent at: 5,08 cm , Tab stops: N ot at 5,08 cm For m a t t e d: Spanish I nternational Sort 107 5. Penambahan Kuota Impor Biji Gandum sebesar 10 persen Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas peningkatan impor biji gandum sebesar 10 persen terhadap kinerja industri tepung terigu Indonesia.. 6. Penambahan Kuota Impor Tepung Terigu sebesar 50 persen Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas peningkatan impor t epung terigu sebesar 50 persen terhadap kinerja industri tepung terigu Indonesia. 7. Gabungan Kuota Impor Biji Gandum Indonesia sebesar 90 persen dan Pelarangan Impor Tepung Terigu. Simulasi gabungan dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas pengenaan kuota impor biji gandum Indonesia gandum sebesar 90 persen dan pelarangan impor tepung terigu terhadap kinerja industri tepung terigu Indonesia, sehingga diperoleh alternatif kebijakan yang memberikan dampak terbaik kepada produsen dan konsumen, serta pemerintah. Peningkatan Permintaan Tepung Terigu oleh Industri Makanan dan Minuman Kebijakan ini dilakukan dengan meningkatkan produk PDB sektor industri makanan dan minuman PDBIM menjadi sebesar 1,25PDBIM sehingga diharapkan terjadi peningkatan deman. 4.Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Biji Gandum sebesar 5 Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas penerapan tarif bea masuk impor biji gandum sebesar 5, sehingga harga riil impor biji gandum Indonesia menjadi 1,05 1,05RPMGIDN. For m a t t e d: Bullets and N um bering For m a t t e d: Spanish I nternational Sort For m a t t e d: Sw edish Sw eden For m a t t e d: Bullets and N um bering For m a t t e d: Sw edish Sw eden For m a t t e d: Sw edish Sw eden For m a t t e d: Sw edish Sw eden For m a t t e d: I ndent: Left: 0 cm , H anging: 0,96 cm , Line spacing: single For m a t t e d: Bullets and N um bering For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm , Space Before: 18 pt For m a t t e d: Portuguese Brazil For m a t t e d: Font: D efault A rial, Portuguese Brazil For m a t t e d: Font: D efault A rial, Sw edish Sw eden For m a t t e d: Bullets and N um bering 108 5.Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Biji Tepung Terigu sebesar 5 Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas pengenaan tarif bea masuk impor tepung terigu sebesar 5, sehingga harga riil impor biji tepung terigu Indonesia menjadi 1,05 1,05RPMTIDN. 3.Pengenaan Kuota Impor Biji Gandum Indonesia dari Australia sebesar 50 4. Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas pengenaan kuota impor biji gandum Indonesia dari Australia dengan hanya mendapatkan kuota sebesar 50 0,5MGIAUS. 5.Pengenaan Kuota Impor Biji Gandum Indonesia dari Amerika Serikat sebesar 50 Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas pengenaan kuota impor biji gandum Indonesia dari Amerika Serikat dengan hanya mendapatkan kuota sebesar 50 0,5MGIUSA. 6.Pengenaan Kuota Impor Biji Gandum Indonesia dari Canada sebesar 50 Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas pengenaan kuota impor biji gandum Indonesia dari Canada dengan hanya mendapatkan kuota sebesar 50 0,5MGICAN. 7.Pengenaan Kuota Impor Tepung Terigu Indonesia dari Singapura sebesar 75. For m a t t e d: Bullets and N um bering For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm , First line: 1,27 cm , N o bullets or num bering For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm , First line: 1,27 cm , N o bullets or num bering For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm , First line: 1,27 cm , N o bullets or num bering 109 Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas pengenaan kuota impor tepung terigu Indonesia dari Singapura dengan hanya mendapatkan kuota besar 75 0,75MTISGP. 8.Pengenaan Kuota Impor Tepung Terigu Indonesia dari Jepang sebesar 75. Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas pengenaan kuota impor tepung terigu Indonesia dari Jepang dengan hanya mendapatkan kuota besar 75 0,75MTIJPN. 9.Pengenaan Kuota Impor Tepung Terigu Indonesia dari Australia sebesar 75. Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas pengenaan kuota impor tepung terigu Indonesia dari Australia dengan hanya mendapatkan kuota besar 75 0,75MTIAUS. 10.Peningkatan Pendapatan Perkapita Indonesia sebesar 50 Simulasi dimaksudkan untuk mengevaluasi efektivitas peningkatan pendapatan perkapita Indonesia ICIDN yang meningkat menjadi 1,5ICIDN. 11.Naiknya Harga Biji Gandum Dunia sebesar 10 Simulasi dilakukan untuk mengetahui dampak dari naiknya harga biji gandum dunia sebesar 10 1,1RPGW. For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm , First line: 1,27 cm , N o bullets or num bering For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm , First line: 1,27 cm , N o bullets or num bering For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm , First line: 1,27 cm , N o bullets or num bering For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm , First line: 1,27 cm , N o bullets or num bering 110 12.Turunnya Harga Biji Tepung Terigu Dunia sebesar 10 Simulasi dilakukan untuk mengetahui dampak dari turunnya harga tepung terigu dunia sebesar 10 0,9RPTW. 13.Naiknya Harga Tepung Terigu Dunia sebesar 10 Simulasi dilakukan untuk mengetahui dampak dari naiknya harga tepung terigu dunia sebesar 10 1,1RPTW. 14.Penerapan Tiga Kebijakan Gabungan berupa Kebijakan Pengenaan Kuota Impor Biji Gandum Indonesia dari Australia sebesar 50, dan Peningkatan Pendapatan Perkapita Indonesia sebesar 50, serta Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Tepung Terigu sebesar 5. Simulasi dilakukan untuk mengetahui dampak dari kebijakan gabungan dari tiga kebijakan sekaligus, dilihat dampaknya pada produsen, konsumen dan cadangan devisa. 17.Penerapan Dua Kebijakan Gabungan berupa Kebijakan Peningkatan Pendapatan Perkapita Indonesia sebesar 50, serta Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Tepung Terigu 5. Simulasi dilakukan untuk mengetahui dampak dari kebijakan gabungan dari dua kebijakan sekaligus, dilihat dari dampaknya pada produsen, konsumen dan cadangan devisa. 15.Penerapan Dua Kebijakan Gabungan berupa Kebijakan Pengenaan Kuota Impor Biji Gandum Indonesia dari Australia sebesar 50, dan Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Tepung Terigu sebesar 5. For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm , First line: 1,27 cm , N o bullets or num bering For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm , First line: 1,27 cm , N o bullets or num bering For m a t t e d: I ndent: First line: 1,27 cm For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm , First line: 1,27 cm , Space A fter: 0 pt, Line spacing: D ouble, N o bullets or num bering For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm , First line: 1,27 cm For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm , First line: 1,27 cm , Space A fter: 0 pt, Line spacing: D ouble For m a t t e d: Bullets and N um bering For m a t t e d: I ndent: First line: 1,27 cm For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm , First line: 1,27 cm , Space A fter: 0 pt, Line spacing: D ouble, N o bullets or num bering 111 Simulasi dilakukan untuk mengetahui dampak dari kebijakan gabungan dari dua kebijakan sekaligus, dilihat dari dampaknya pada produsen, konsumen dan cadangan devisa. 16.Penerapan Dua Kebijakan Gabungan berupa kebijakan Pengenaan Kuota Impor Biji Gandum Indonesia dari Australia sebesar 50, dan Peningkatan Pendapatan Perkapita Indonesia sebesar 50. Simulasi dilakukan untuk mengetahui dampak dari kebijakan gabungan dari dua kebijakan sekaligus, dilihat dari dampaknya pada produsen, konsumen dan cadangan devisa. Simulasi peramalan dilakukan untuk rentang waktu 2009- 2013, dimaksudkan untuk meramalkan dampak yang terjadi sebagai akibat diterapkannya kebijakan fiskal yang akan datang. Beberapa kebijakan yang dicoba diterapkan, antara lain: 1.Peningkatan Teknologi Produksi Tepung Terigu Indonesia Simulasi kebijakan tentang kemungkinan penerapan teknologi yang lebih baik sehingga dapat memberikan tingkat efisiensi produksi tepung terigu sebesar 80. 2.Swasembada Tepung Terigu Simulasi kebijakan tentang kemungkinan upaya swasembada tepung terigu dengan meniadakanmelarang impor tepung terigu dari tiga besar importir tepung terigu Jepang, Australia, Singapura. 3.Peningkatan Permintaan Tepung Terigu oleh Industri Makanan dan Minuman For m a t t e d: I ndent: First line: 1,27 cm For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm , First line: 1,27 cm , Space A fter: 0 pt, Line spacing: D ouble, N o bullets or num bering For m a t t e d: I ndent: First line: 1,27 cm For m a t t e d: Font: D efault A rial, Sw edish Sw eden For m a t t e d: Bullets and N um bering For m a t t e d: Bullets and N um bering For m a t t e d: Bullets and N um bering 112 Kebijakan ini dilakukan dengan meningkatkan PDBIM menjadi sebesar 1,25 PDBIM. 4.Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Biji Gandum sebesar 5 Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas pengenaan tarif bea masuk impor biji gandum sebesar 5, sehingga harga riil impor biji gandum Indonesia menjadi 1,05 1,05RPMGIDN. 5.Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Tepung Terigu sebesar 5 Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas penerapan tarif bea masuk impor tepung terigu sebesar 5, sehingga harga riil impor tepung terigu Indonesia menjadi 1,05 1,05RPMTIDN. 6.Pengenaan Kuota Impor Biji Gandum Indonesia dari Australia sebesar 50 Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas pengenaan kuota impor biji gandum Indonesia dari Australia dengan hanya mendapatkan kuota sebesar 50 0,5MGIAUS. 7.Pengenaan Kuota Impor Biji Gandum Indonesia dari Amerika Serikat sebesar 50 Simulasi dilakukan dengan mengevaluasi efektifitas pengenaan kuota impor biji gandum Indonesia dari Amerika Serikat dengan hanya mendapatkan kuota sebesar 50 0,5MGIUSA. 8.Pengenaan Kuota Impor Biji Gandum Indonesia dari Canada sebesar 50 For m a t t e d: Font: D efault A rial, English U .S. For m a t t e d: Bullets and N um bering For m a t t e d: Bullets and N um bering For m a t t e d: Bullets and N um bering For m a t t e d: Bullets and N um bering For m a t t e d: Bullets and N um bering 113 Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas pengenaan kuota impor biji gandum Indonesia dari Canada dengan hanya mendapatkan kuota sebesar 50 0,5MGICAN. 9.Pengenaan Kuota Impor Tepung Terigu Indonesia dari Singapura sebesar 75. Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas pengenaan kuota impor tepung terigu Indonesia dari Singapura dengan hanya mendapatkan kuota besar 75 0,75MTISGP. 10.Pengenaan Kuota Impor Tepung Terigu Indonesia dari Jepang sebesar 75. Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas pengenaan kuota impor tepung terigu Indonesia dari Jepang dengan hanya mendapatkan kuota besar 75 0,75MTIJPN. 11.Pengenaan Kuota Impor Tepung Terigu Indonesia dari Australia sebesar 75. Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas pengenaan kuota impor tepung terigu Indonesia dari Australia dengan hanya mendapatkan kuota besar 75 0,75MTIAUS. 12.Peningkatan Pendapatan Perkapita Indonesia 50 Simulasi dimaksudkan untuk mengevaluasi efektivitas peningkatan pendapatan perkapita Indonesia ICIDN yang meningkat menjadi 1,5 ICIDN. 13.Naiknya Harga Biji Gandum Dunia sebesar 10 For m a t t e d: Bullets and N um bering For m a t t e d: Bullets and N um bering For m a t t e d: Bullets and N um bering For m a t t e d: Bullets and N um bering For m a t t e d: Bullets and N um bering 114 Simulasi dilakukan untuk mengetahui dampak dari naiknya harga biji gandum Dunia sebesar 10 1,1RPGW. 14.Turunnya Harga Biji Tepung Terigu Dunia sebesar 10 Simulasi dilakukan untuk mengetahui dampak dari turunnya harga tepung terigu Dunia sebesar 10 0,9RPTW. 15.Naiknya Harga Tepung Terigu Dunia sebesar 10 Simulasi dilakukan untuk mengetahui dampak dari naiknya harga tepung terigu Dunia sebesar 10 1,1RPTW. 16.Penerapan Tiga Kebijakan Gabungan berupa Kebijakan Pengenaan Kuota Impor Biji Gandum Indonesia dari Australia sebesar 50, dan Peningkatan Pendapatan Perkapita Indonesia sebesar 50, serta Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Tepung Terigu sebesar 5. Simulasi dilakukan untuk mengetahui dampak dari kebijakan gabungan dari tiga kebijakan sekaligus, dilihat dampaknya pada produsen, konsumen dan cadangan devisa. 17.Penerapan Dua Kebijakan Gabungan berupa Kebijakan Peningkatan Pendapatan Perkapita Indonesia sebesar 50, serta Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Tepung Terigu sebesar 5. Simulasi dilakukan untuk mengetahui dampak dari kebijakan gabungan dari dua kebijakan sekaligus, dilihat dampaknya pada produsen, konsumen dan cadangan devisa. 18.Penerapan Dua Kebijakan Gabungan berupa Kebijakan Pengenaan Kuota Impor Biji Gandum Indonesia dari Australia For m a t t e d: Bullets and N um bering For m a t t e d: Bullets and N um bering For m a t t e d: Bullets and N um bering For m a t t e d: Bullets and N um bering For m a t t e d: Bullets and N um bering 115 For m a t t e d: Bullets and N um bering For m a t t e d: I ndent: Left: 0,95 cm , First line: 1,27 cm sebesar 50, dan Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Tepung Terigu sebesar 5. Simulasi dilakukan untuk mengetahui dampak dari kebijakan gabungan dari dua kebijakan sekaligus, dilihat dari dampaknya pada produsen, konsumen dan cadangan devisa. 19.Penerapan Dua Kebijakan Gabungan berupa Kebijakan Pengenaan Kuota Impor Biji Gandum Indonesia dari Australia sebesar 50, dan Peningkatan Pendapatan Perkapita Indonesia sebesar 50. Simulasi dilakukan untuk mengetahui dampak dari kebijakan gabungan dari dua kebijakan sekaligus, dilihat dampaknya pada produsen, konsumen dan cadangan devisa.

V. HASIL PENDUGAAN MODEL INDUSTRI TEPUNG