Tabel 8 Komposisi asam-asam lemak bahan pakan sumber lemak Komposisi Asam Lemak
Lemak sapi Minyak kelapa
Minyak kedelai Jenis asam lemak
A
3
B
4
A
3
B
4
C
5
B
4
Laurat C
12:0
0.51 - 48.98 47.40 -
- Miristat C
14:0
5.35 3.30 17.19 18.00 -
- Palmitat C
16:0
22.66 26.20 8.15 8.00 12.00 11.5 Stearat C
18:0
27.94 22.40 2.29 2.80 3.40 4.3
Arakidat C
20:0
- - - - 0.20
- Total ALJ
1
56.46 51.90 76.61 76.20 15.60 15.8 Palmitoleat C
16:1
2.03 - - - 0.50 - Oleat C
18:1
34.18 45.30 5.66 5.60 23.00 27.3 Linoleat C
18:2
0.85 1.60 1.66 1.60 52.30 49.7 Linolenat C
18:3
0.43 0.50 - - 8.60 6.9
Arakidonat C
20:4
- - - - - - Total ALTJ
2
37.49 47.40 7.32 7.20 84.40 83.9 Rasio
ALTJ ALJ 0.66 0.91 0.09 0.09 5.41 5.31
1
ALJ: asam lemak jenuh;
2
ALTJ: asam lemak tidak jenuh.
3
Hasil analisis Laboratorium Kimia Pangan, Fateta IPB.
4
Menurut Leeson dan Summers 2001. Nutrition of the Chicken.
5
Menurut Formo et al. 1979. Bailey’s Industrial Oil and Fat Products.
Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang ditetapkan untuk mengukur performa ternak coba terdiri atas: bobot badan awal, bobot badan akhir bobot potong, pertambahan
bobot badan laju pertumbuhan, konsumsi ransum, konversi ransum, bobot karkas, bobot dan persentase komponen karkas, persentase bobot hati,
persentase bobot lemak abdomen, dan persentase bobot tunggir.
Analisis Statistik
Analisis statistik yang digunakan untuk mengolah data pertumbuhan dan produksi ternak yaitu menggunakan prosedur ANOVA dengan pola
Two Ways dan
General Linear Model GLM. Sebelum melaksanakan Analisis Sidik Ragam, data yang akan dianalisis terlebih dahulu diuji sebaran normalnya
dengan uji Bartlett, dan diukur pula koefisien keragamannya. Pada beberapa data tertentu, terutama yang menggunakan perhitungan persentase, dilakukan
transformasi sebelum pelaksanaan analisis ragam. Semua pekerjaan analisis ini menggunakan
Software Minitab Release 14.1 for Windows. Beberapa hasil perhitungan analisis ragam dan analisis statistik lainnya yang dilakukan dengan
komputerisasi disajikan pada bagian lampiran.
Hasil dan Pembahasan
Performa Ternak Itik
Untuk melihat pengaruh galur ternak dan sumber lemak, telah dilakukan pengamatan terhadap, konsumsi, konversi ransum, dan pertumbuhan. Hasil-
hasil yang diperoleh dilaporkan sebagai berikut:
a. Konsumsi dan Konversi Ransum
Data konsumsi dan konversi ransum pengaruh galur ternak dan jenis lemak pakan disenaraikan dalam Tabel 9.
Tabel 9 Konsumsi kumulatif 10 minggu dan konversi ransum ternak-ternak percobaan yang dipengaruhi oleh galur ternak dan jenis lemak pakan
Galur ternak Variabel
Ransum
1
Alabio Cihateup
Rataan
Ko 9309.0 ± 21.9
444440403 9 4 8960.0 ± 11.2
9134.5 ± 184.7
a
LS 9249.0 ± 81.9
8854.5 ± 96.8 9051.8 ± 224.5
a
MKd 9091.0 ± 112.8
8793.5 ± 42.9 8942.3 ± 176.2
b
Konsumsi gramekor
MKp 9138.0 ± 29.5
8680.0 ± 141.5 8909.0 ± 259.9
b
Rataan 9196.8 ± 110.7
8822.0 ± 131.9 Ko
8.88 ± 0.53 8.92 ± 1.25
8.90 ± 0.90
a
LS 7.75 ± 0.30
7.90 ± 0.49 7.82 ± 0.39
b
MKd 8.12 ± 0.72
9.17 ± 0.21 8.65 ± 0.74
a
Konversi ransum
MKp 8.37 ± 0.26
8.87 ± 0.32 8.62 ± 0.42
a
Rataan
8.28 ± 0.62 8.71 ± 0.88
1
Ko: ransum kontrol, LS: ransum lemak sapi, MKd: ransum minyak kedelai, MKp: ransum minyak kelapa.
a-b
Superskrip huruf yang berbeda dalam satu kolom untuk setiap variabel penelitian menunjukkan perbedaan yang nyata pada P 0.05.
Berbeda sangat nyata pada P 0.01.
Analisis ragam memperlihatkan bahwa faktor galur dan jenis lemak tidak saling berinteraksi dalam memberi pengaruh terhadap konsumsi dan konversi
ransum. Perbedaan galur ternak mempunyai pengaruh yang sangat signifikan P 0.01 terhadap konsumsi. Itik alabio mempunyai total konsumsi ransum
selama periode penelitian lebih tinggi 9196.8 gram daripada itik cihateup 8822.0 gram.
Selain dipengaruhi oleh galur ternak, tingkat konsumsi juga dipengaruhi oleh jenis lemak pakan yang diberikan dalam ransum. Ransum yang
menggunakan lemak sapi LS, kecuali dengan kontrol, lebih banyak dikonsumsi P 0.05 dibandingkan dengan yang menggunakan minyak kedelai MKd
ataupun minyak kelapa MKp. Respon ini berbeda pada ayam broiler seperti yang diperlihatkan dalam penelitian Azman
et al. 2004, yang melaporkan bahwa tidak terdapat perbedaan konsumsi pada ternak ayam broiler yang diberi
lemak sapi dan minyak kedelai, namun konsumsi ransum dari kedua perlakuan tersebut lebih tinggi P 0.05 apabila dibandingkan konsumsi ransum dari
perlakuan dengan lemak ayam. Tingginya konsumsi pada ransum berlemak sapi dan kontrol diduga dipengaruhi oleh tekstur ransum dari kedua ransum tersebut
yang terlihat lebih renyah crumble dan kering dibandingkan dengan tekstur dari
ransum yang diberi minyak kelapa dan kedelai yang tampak sedikit lebih berminyak. Tekstur ransum yang lebih renyah pada ransum yang menggunakan
lemak sapi maupun ransum kontrol, menjadi penyebab meningkatnya palatabilitas ransum-ransum tersebut.
Rendahnya konsumsi pada ternak-ternak itik yang diberi minyak kedelai ataupun minyak kelapa, diduga karena pengaruh kandungan serat kasar yang
tinggi dalam ransum-ransum tersebut. Ransum yang mengandung minyak kedelai dan kelapa memiliki serat kasar yang lebih tinggi daripada ransum kontrol
maupun lemak sapi Tabel 5. Walaupun kandungan serat kasar ransum percobaan masih dalam kisaran rekomendasi NRC, namun tampaknya dalam
penelitian ini perbedaan sebesar 1 – 1.6 berpengaruh terhadap konsumsi. Pengaruh meningkatnya kandungan serat kasar terhadap penurunan konsumsi
ransum juga diperlihatkan dalam penelitian Loan 2003 dan Uchegbu et al.
2004. Pada data konversi ransum terlihat bahwa perbedaan galur ternak tidak
mempengaruhi kemampuan mengkonversi ransum. Namun demikian, pemberian jenis lemak yang berbeda menghasilkan perbedaan yang nyata P 0.05 dalam
konversi ransum. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari ketiga jenis lemak yang dipakai, pemberian lemak sapi memperbaiki nilai konversi ransum.
b. Pertumbuhan
Hasil penelitian terhadap variabel pertumbuhan ternak-ternak percobaan disajikan pada Tabel 10. Data pertumbuhan diukur berdasarkan pertambahan
bobot badan, PBB, yang merupakan selisih antara bobot badan ternak pada