asam-asam lemak tidak jenuh, menyebabkan terjadi penurunan pada kandungan lemak daging, hati, kulit, dan tunggir. Pemakaian jenis lemak
yang berbeda ini juga mempengaruhi intensitas off-odor. Ransum yang
menggunakan minyak kelapa menghasilkan intensitas off-odor daging
yang tinggi pada masing-masing galur dibandingkan dengan ransum yang memakai lemak sapi ataupun minyak kedelai. Oleh karena itu
melalui penelitian ini dapat dinyatakan bahwa pada ternak itik kualitas dan intensitas
off-odor dagingnya sangat dipengaruhi oleh faktor genetik ternak itik dan demikian pula faktor makanannya.
4. Pemberian
α-tokoferol asetat vitamin E sebagai sumber antioksidan dalam berbagai kombinasi dengan vitamin A dan C sebagai upaya
memperbaiki kualitas flavor daging, tidak memberi pengaruh ataupun efek negatif terhadap performa pertumbuhan, produksi dan komponen
karkas ternak itik cihateup. Demikian pula terhadap rasio antar kelompok tingkat kejenuhan asam-asam lemak, pemberian vitamin E dan
kombinasinya dengan vitamin antioksidan lain relatif tidak memberi pengaruh terhadap rasio antara asam lemak tidak jenuh dan asam lemak
jenuh.
5. Penambahan
α-tokoferol asetat vitamin E sebagai sumber antioksidan khususnya bila dikombinasikan dengan vitamin C semakin efektif
mengurangi laju oksidasi lipid daging, sehingga dapat menghasilkan daging itik yang rendah
off-odor. Efektivitas pengurangan off-odor dengan pendekatan penghambatan oksidasi lemak melalui penggunaan
antioksidan dalam penelitian ini, sekaligus menunjukkan bahwa proses pembentukan
off-odor daging itik sangat dipengaruhi oleh degradasi lemak, baik yang terdapat dalam daging maupun dalam depo-depo
lemak yang lain.
Saran
1. Pada penelitian ini hanya difokuskan pada ternak itik jantan. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu studi lain dengan menggunakan itik betina
bersama-sama dengan itik jantan untuk mempelajari pengaruh jenis kelamin itik terhadap pembentukan
off-odor daging. 2. Efektivitas vitamin E dalam menghambat laju oksidasi lipid dan
mengurangi off-odor daging itik perlu dipelajari lebih lanjut, khususnya
keterkaitannya dengan metabolisme dan degradasi asam-asam lemak dalam pembentukan volatil-volatil
off-odor. Dirasakan perlu untuk meningkatkan efisiensi ekonomis ransum melalui penetapan waktu
optimal pemberian antioksidan. 3. Perlu studi lanjut untuk mempelajari aliran volatil-volatil sejak dari pakan
hingga sampai ke dalam tubuh yang kemudian membentuk off-odor pada
daging itik. 4. Pengkajian lebih lanjut tentang pembentukan
off-odor pada daging itik perlu dilakukan pula terhadap senyawa-senyawa prekursor lain, seperti
protein dan asam-asam amino, yang sangat mungkin menentukan kualitas
off-odor daging itik. 5. Hasil penelitian ini perlu dilanjutkan pula dengan suatu penelitian sensori
yang memfokus pada tingkat penerimaan konsumen melalui uji hedonik terhadap daging itik yang diberi perlakuan antioksidan.