± 2.9 PERBEDAAN GALUR TERNAK DAN LEMAK PAKAN TERHADAP PERFORMA TERNAK ITIK

Tabel 12 Persentase komponen karkas berdasarkan perbedaan galur ternak dan lemak pakan setelah masa penelitian 10 minggu Galur ternak Variabel 1 Ransum 2 Alabio Cihateup Rataan Ko 25.67 ± 1.51 31.42 ± 1.68 28.55 ± 3.39 a LS 24.85 ± 5.16 24.19 ± 2.76 24.52 ± 3.91 b MKd 28.29 ± 1.49 27.86 ± 2.09 28.07 ± 1.73 a Persentase bobot dada MKp 27.03 ± 1.78 26.18 ± 2.88 26.61 ± 2.30 ab Rataan 26.46 ± 3.00

27.41 ± 3.50

Ko 21.33 ± 1.55 28.15 ± 3.71 24.74 ± 4.51 a LS 19.08 ±1.91 23.62 ± 1.65 21.35 ± 2.93 b MKd 19.74 ± 0.37 24.68 ± 1.54 22.21 ± 2.81 b Persentase bobot paha MKp 20.55 ± 1.39 26.54 ± 3.12 23.55 ± 3.89 ab Rataan 20.18 ± 1.57

25.75 ± 3.05

Ko 14.42 ± 1.04 17.53 ± 0.78 15.97 ± 1.85 LS 14.33 ± 1.07 16.26 ± 2.60 15.29 ± 2.14 MKd 14.15 ± 1.02 17.92 ± 0.82 16.04 ± 2.17 Persentase bobot sayap MKp 13.76 ± 1.35 17.43 ± 1.05 15.60 ± 2.25 Rataan 14.17 ± 1.07

17.29 ± 1.53

1 Relatif terhadap bobot karkas. Analisis ragamnya dilakukan dengan menggunakan data transformasi akar kuadrat 2 Ko: ransum kontrol, LS: ransum lemak sapi, MKd: ransum minyak kedelai, MKp: ransum minyak kelapa. a-b Superskrip huruf yang berbeda dalam satu kolom untuk masing-masing variabel penelitian menunjukkan perbedaan yang nyata pada P 0.05. Berbeda sangat nyata pada taraf 1. Persentase paha dipengaruhi faktor galur ternak dan lemak pakan. Proporsi paha pada itik cihateup terhadap tubuhnya lebih besar P 0.01 dibandingkan dengan pada itik alabio. Sebagaimana pengaruhnya terhadap persentase dada, pemberian lemak sapi juga mempengaruhi persentase bobot paha. Peningkatan bobot karkas yang signifikan dengan pemberian lemak sapi, menunjukkan bahwa terdapat komponen lain pada karkas diluar paha yang mengalami perkembangan yang lebih cepat dengan pemberian lemak sapi. Selain itu, persentase bobot paha dan sayap yang lebih tinggi pada itik cihateup daripada itik alabio, dapat dinyatakan pula bahwa terdapat kecenderungan bahwa pertumbuhan itik cihateup lebih proporsional ke arah perkembangan otot paha dan sayap. Pengaruh galur dan jenis lemak pakan terhadap persentase bobot hati, lemak abdomen, dan tunggir disajikan pada Tabel 13. Hasil analisis ragam untuk bobot hati, lemak abdomen, dan tunggir menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi antara perlakuan galur ternak dan jenis lemak pakan terhadap masing-masing variabel yang diukur. Meskipun demikian, untuk pengaruh utama, setiap variabel memperlihatkan respon yang berbeda. Pada persentase bobot hati, perbedaan galur memperlihatkan pengaruh yang sangat nyata P 0.01. Itik cihateup memiliki persentase bobot hati yang lebih besar daripada itik alabio. Perbedaan persentase bobot hati antar galur ini lebih disebabkan oleh perbedaan pada bobot hidup ternak dari masing-masing galur. Perbedaan bobot hati yang disebabkan oleh perlakuan pemberian jenis lemak diduga dipengaruhi oleh laju deposisi lemak yang berbeda. Laju deposisi lemak dalam hati berbeda antara lemak tidak jenuh dan lemak jenuh. Crespo dan Esteve-Garcia 2002 melaporkan bahwa perbedaan jenis lemak pakan menghasilkan perbedaan deposisi lemak. Lemak tidak jenuh menghambat proses lipogenesis di dalam hati karena menurunnya aktivitas enzim hepatic fatty acid synthetase Pinchasov dan Nir 1992. Sebaliknya pengaruh lemak jenuh menghasilkan deposisi lemak dalam hati yang lebih tinggi. Analisis terhadap persentase bobot lemak abdomen memperlihatkan bahwa tidak terdapat pengaruh perbedaan galur ternak terhadap variabel tersebut. Pengaruh pada persentase bobot lemak abdomen berasal dari pengaruh perlakuan ransum, akan tetapi pengaruh ini bukan karena jenis lemak yang dipergunakan. Semua persentase bobot lemak abdomen yang mendapatkan perlakuan minyaklemak lebih besar daripada kontrol, tetapi tidak berbeda diantara perlakuan-perlakuan antar lemak. Salah satu organ penting pada unggas yang berperan dalam sintesis dan depot lipid adalah organ kelenjar minyak uropygial gland. Organ ini terletak pada bagian tunggir uropygium ternak unggas, termasuk itik. Dibandingkan dengan ayam, itik memiliki kelenjar minyak yang lebih besar, hal ini terkait dengan fungsi kelenjar tersebut dalam mendukung sifat itik sebagai ternak air Stevens 1996.