Pendekatan Kontekstual Landasan Teoretis

itu dijelaskan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan demokratis tidak diskriminatif, dengan menjunjung tinggi HAM, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Tujuan utama pendidikan multikultural adalah untuk menanamkan sikap simpati, hormat, apresiasi, dan empati terhadap penganut agama dan budaya yang berbeda. Lebih jauh lagi, penganut agama dan budaya yang berbeda dapat belajar untuk melawan atau setidaknya tidak setuju perang agama, diskriminasi, dan pendominasian di tengah keragaman global. Oleh karena itu, pendidikan multikultural telah mencapai tujuan apabila pada diri siswa terbentuk sikap hidup saling toleran, tidak bermusuhan, dan tidak berkonflik yang disebabkan oleh perbedaan budaya, suku, bahasa, adat istiadat, dan lainnya Mahfud 2011:217.

2.2.6 Pendekatan Kontekstual

Trianto 2007:101 menyatakan bahwa pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning CTL merupakan suatu konsep yang membantu guru mengaitkan isi mata pelajaran dengan situasi dunia nyata untuk memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa secara alami pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan seseorang, dan itu dapat terjadi melalui pencarian hubungan yang masuk akal dan bermanfaat. Pemaduan materi pelajaran dengan konteks keseharian siswa di dalam pembelajaran kontekstual 33 akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam di mana siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk menyelesaikannya. Siswa mampu secara mandiri menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah-masalah baru yang belum pernah dihadapi, serta memiliki tanggung jawab yang lebih terhadap belajarnya seiring dengan peningkatan pengalaman dan pengetahuan siswa. Penerapan pembelajaran kontekstual di kelas pertama-tama dikemukakan oleh John Dewey pada tahun 1916. Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu 1 konstruktivisme, 2 inkuiri, 3 bertanya, 4 masyarakat belajar, 5 pemodelan, 6 refleksi, dan 7 penilaian sebenarnya. Berikut penjelasan dari masing-masing aspek tersebut. 1 Konstruktivisme Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar-mengajar. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. 2 Inkuiri Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Siklus inkuiri terdiri atas observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data, dan penyimpulan. Adapun berikut ini langkah-langkah kegiatan inkuiri. 34 1. Merumuskan masalah 2. Mengamati atau melakukan observasi 3. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya 4. Mengomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain. 3 Bertanya Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Aktivitas bertanya ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja kelompok, ketika menemui kesulitan, ketika mengamati, dan sebagainya. 4 Masyarakat Belajar Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. 5 Pemodelan Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru oleh siswa. 6 Refleksi Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa yang lalu. Refleksi 35 merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. 7 Penilaian autentik Penilaian autentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Karena penilaian autentik menekankan proses pembelajaran, maka data yang akan dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran.

2.2.7 Menulis Berita Peristiwa Multikultural dengan Pendekatan

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS PETUNJUK BAGI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA SMP

2 9 231

Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Menulis Poster dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual Berbasis Budaya Bangsa untuk Siswa Kelas VIII SMP.

0 1 4

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MENULIS SURAT DINAS BERBASIS ADOBE FLASH PRO CS5.5 UNTUK SISWA SMP KELAS VIII DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL.

0 8 209

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATERI PECAHAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK SISWA SMP KELAS VII.

2 9 299

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS SLOGAN DAN POSTER DENGAN PENDEKATAN PROSES SISWA KELAS VIII SMP SYAICHONA CHOLIL SAMARINDA

0 0 13

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS KREATIF BERBASIS PROYEK DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK PESERTA DIDIK SMP/ MTs KELAS VIII - repository perpustakaan

0 0 21

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS KREATIF BERBASIS PROYEK DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK PESERTA DIDIK SMP/ MTs KELAS VIII - repository perpustakaan

0 0 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori - PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS KREATIF BERBASIS PROYEK DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK PESERTA DIDIK SMP/ MTs KELAS VIII - repository perpustakaan

0 0 73

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS DONGENG DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK BAGI SISWA KELAS VII SMP TESIS

0 0 20

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS CERPEN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BAGI PESERTA DIDIK KELAS IX SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) - repository perpustakaan

0 2 18