1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,
keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan
lingkungan bersih melalui aktifitas jasmani, olahraga, dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional
Depdiknas, 2008:194. Dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Karakter proses pembelajaran pendidikan jasmani yang melibatkan keseluruhan aspek peserta didik menuntut guru pendidikan jasmani untuk
memiliki kemampuan yang kompleks dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar pendidikan jasmani. Dimulai dengan membuat perencanaan pengajaran
sampai melakukan evaluasi. Agar kegiatan pembelajaran efektif dan dapat
mencapai empat domain kognitif, afektif, psikomotor dan fisik yang mencakup kemampuan siswa, guru penjas harus mengetahui dan menggunakan sejumlah
model pembelajaran yang berbeda. Model pembelajaran pendidikan jasmani dirancang untuk digunakan dalam
suatu keseluruhan unit pembelajaran dan meliputi aspek perencanaan, desain, implementasi, dan penelitian yang berfungsi untuk unit pembelajaran yang
meliputi berbagai metode, strategi atau gaya mengajar. Elemen-elemen yang ada dalam model pembelajaran tersebut harus mencerminkan adanya hubungan
timbal balik antara guru dan siswa. Banyak dari guru pendidikan jasmani masih menggunakan gaya mengajar
yang konvensional di sekolah. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang menggunakan metode yang sudah biasa diterapkan. Pembelajaran tersebut
membuat peserta didik akan mengalami kejenuhan dan kebosanan dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani, karena pada tiap jenjang pendidikan
model yang diajarkan relatif sama dan cenderung konvensional. Sehingga motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran akan menurun. Gaya mengajar
yang dilakukan oleh guru dalam praktik pendidikan jasmani cenderung tradisional. Guru pendidikan jasmani tradisional cenderung menekankan pada
penguasaan keterampilan cabang olahraga. Pendekatan yang dilakukan seperti halnya pendekatan pelatihan olahraga. Penerapan model pembelajaran pendidikan
jasmani tradisional sering mengabaikan tugas-tugas ajar yang sesuai dengan perkembangan anak. Bentuk-bentuk modifikasi baik dalam peraturan, ukuran
lapangan maupun jumlah pemain tidak terperhatikan. Karena tidak dilakukan
modifikasi, sering mereka tidak mampu dan gagal untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru. Sebagai akibat dari kondisi ini, anak dapat menjadi kurang
senang terhadap pembelajaran pendidikan jasmani. Sampai saat ini salah satu masalah yang dihadapi pada pelaksanaan
pendidikan jasmani adalah terbatasnya sarana dan prasarana serta bervariasinya kondisi pendidikan jasmani disekolah. Dengan keadaan seperti ini pengajaran
pendidikan jasmani tidak akan berjalan dengan optimal. Model pengajaran yang tradisional sangat bergantung pada tersedianya sarana dan prasarana serta tidak
menyesuaikan dengan kondisi pendidikan jasmani disekolah. Hal inilah yang menjadi kendala guru penjasorkes dalam melakukan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan. Sehingga dengan keadaan tersebut menuntut guru untuk berfikir kreatif dan inovatif, yaitu dengan memodifikasi pembelajaran
penjasorkes yang sesuai dengan karateristik siswa dan keadaan fasilitas sekolah. Untuk itu kebutuhan akan modifikasi olahraga sebagai suatu pendekatan alternatif
dalam mengajar pendidikan jasmani mutlak perlu dilakukan. Guru dalam ini harus memiliki kemampuan untuk melakukan modifikasi keterampilan yang hendak
diajarkan agar sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Berdasarkan hasil survei awal di lapangan, diketahui bahwa SMA N 1
Bojong memang mempunyai bola yang cukup banyak, tapi tidak dimanfaatkan secara maksimal, dan sekolah ini tidak mempunyai lapangan sepakbola untuk
menunjang pembelajaran sepakbola di SMA N 1 Bojong. Adapun terdapat lapangan sepakbola, namun jaraknya sekitar 1 km dari sekolah, sehingga akan
mengurangi waktu pembelajaran. Guru di sekolah tersebut juga mengaku
kesulitan untuk membuat pembelajaran yang optimal dengan indikator pembelajaran PAIKEM yaitu Pembelajaran, Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan. Banyak siswa yang pasif dalam mengikuti pembelajaran karena harus bergantian menggunakan sarana dan prasarana dengan siswa lain.
Berdasarkan hasil survei di lapangan, siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Bojong yang berjumlah 221 siswa, 174 adalah siswa putri dan 47 adalah siswa
putra. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa putri didapat kebanyakan dari siswa putri menyukai mata pelajaran pendidikan jasmani, tetapi
hanya sedikit siswa putri yang menyukai materi sepakbola. Dalam penelitian ini, model pembelajaran yang digunakan adalah model
pembelajaran melalui pendekatan permainan Sepakbola 6 Bidang. Permainan ini, merupakan permainan yang memadukan teknik-teknik dasar dalam sepakbola
yang telah dimodifikasi alat maupun peraturannya. Permainan ini mengandung unsur bermain dan kompetitif.
Pada hakikatnya bermain masih melekat pada usia remaja, walaupun intensitasnya berkurang daripada usia anak-anak. Pada dasarnya sifat manusia
adalah suka bermain, sehingga bila unsur bermain dimasukkan dalam pembelajaran, proses belajar mengajar akan lebih menarik. Kompetitif merupakan
kata sifat dari kompetisi yang identik dengan persaingan yang biasanya diwujudkan oleh individu yang tengah bersaing dan yang selalu berupaya untuk
menjadi yang terbaik diantara individu lainnya. Ketika berkompetisi, siswapun dengan sendirinya dituntut bekerja sama untuk mencapai tujuan, dalam hal
kompetisi untuk menjadi pemenang. Ini mengandung arti bahwa melalui
pendekatan kompetitif siswa akan termotivasi untuk menjadi pemenang, sehingga akan bersungguh-sungguh dalam aktivitasnya.
Berdasarkan uraian diatas, diharapkan adanya peran guru dalam memodifikasi permainan sepakbola agar dapat menciptakan suatu model
pembelajaran dalam bentuk permainan baru yang dapat menarik minat siswa sehingga siswa tidak merasa cepat bosan, lebih termotivasi dalam mengikuti
proses pembelajaran pendidikan jasmani dan kemampuan dalam bermain bola khususnya menggiring bola juga meningkat.
1.2 Rumusan Masalah