2.2 Model Pembelajaran
2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan praktik pembelajaran hasil penelusuran teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis
terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan
untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas.
Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends dalam
Suprijono, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan
ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar
Suprijono,2009:45.
2.2.2 Jenis-jenis model pembelajaran
2.2.2.1 Model Pembelajaran Langsung
Pembelajaran langsung atau direct instrucion dikenal dengan sebutan active teaching. Pembelajaran langsung juga dinamakan whole-class teaching.
Penyebutan itu mengacu pada gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkannya secara
langsung kepada seluruh kelas. Teori pendukung pembelajaran langsung adalah teori behaviorisme dan
teori belajar sosial. Berdasarkan kedua teori kedua tersebut, pembelajaran langsung menekankan belajar sebagai perubahan perilaku. Jika behaviorisme
menekankan belajar sebagai proses stimulus-respons bersifat mekanis, maka teori belajar sosial beraksentuasi pada perubahan perilaku bersifat organis melalui
peniruan. Modelling adalah pendekatan utama dalam pembelajaran langsung.
Modelling berartimendemonstrasikan suatu prosedur kepada peserta didik. Modelling mengikuti urut-urutan sebagai berikut:
1 Guru mendemonstrasikan perilaku yang hendak dicapai sebagai hasil belajar.
2 Perilaku itu dikaitkan dengan perilaku-perilaku lain yang sudah dimiliki
peserta didik. 3
Guru mendemonstrasikan berbagai bagian perilaku tersebut dengan cara yang jelas, terstruktur, dan berurutan disertai penjelasan mengenai apa yang
dikerjakannya setelah setiap langkah selesai dikerjakan.
4 Peserta didik perlu mengingat langkah-langkah yang dilihatnya dan kemudian
menirukannya. 2.2.2.2
Model pembelajaran kooperatif Ada beberapa istilah untuk menyebut pembelajaran berbasis sosial, yaitu
pembelajaran kooperatif dan pembelajaran kolaboratif. Panitz dalam Suprijono 2009 membedakan kedua hal tersebut.
Pembelajaran kolaboratif didefinisikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Peserta didik
bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaanyang dihadapkan kepada
mereka. Guru bertindak sebagai fasilitator, memberi dukungan tetapi tidak mengarahkan kelompok ke arah hasil yang sudah disiapkan sebelumnya. Bentuk-
bentuk assesment oleh sesama peserta didik digunakan untuk melihat hasil prosesnya.
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas, meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau
diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan
dan menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan mesalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan
bentuk ujian tertentu pada akhir tugas. Dukungan teori konstruktivisme Vygotsky telah meletakkan arti penting
model pembelajaran kooperatif. Konstruktivisme sosial Vygotsky menekankan
bahwa pengetahuan dibangun dan dikonstruksi secara mutual. Peserta didik berada dalam konteks sosiohistoris. Keterlibatan dengan orang lain membuka
kesempatan bagi mereka mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman. Dengan cara ini, pengalaman dalam konteks sosial memberikan mekanisme penting untuk
perkembangan pemikiran peserta didik. 2.2.2.3
Model Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah dikembangkan berdasarkan konsep-
konsep yang dicetuskan oleh Jeome Bruner. Konsep tersebut adalah belajar penemuan atau discovery learning.
Berdasarkan belajar penemuan peserta didik didorong belajar aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Peserta didik didorong menghubungkan
pengalaman yang telah dimiliki dengan pengalaman baru yang dihadapi sehingga peserta didik menemukan prinsip-prinsip baru. Peserta didik dimotivasi
menyelesaikan pekerjaannya sampai mereka menemukan jawaban-jawaban atas problem yang dihadapi mereka. Peserta didik berusaha belajar mandiri dalam
memecahkan masalah dengan mengembangkan kemampuan menganalisis dan mengelola informasi. Pembelajaran berbasis masalah membantu peserta didik
memahami struktur atau ide-ide kunci suatu disiplin. Belajar penemuan menekankan pada berfikir tingkat tinggi. Belajar ini
memfasilitasi peserta didik mengembangkan dialektika berpikir melalui induksi logika yaitu berpikir dari fakta ke konsep. Peserta didik diharapkan tidak hanya
mampu mendeskripsikan secara faktual apa yang dipelajari, namun peserta didik juga diharapkan mampu mendeskripsikan secara analitis atau konseptual. Belajar
konsep merupakan entitas penting dalam belajar penemuan Suprijono,2009:46- 55.
2.3 Pendidikan jasmani