83 “Mungkin ini mas, perlu ditambahi lagi jamnya pelatihan agar kita bisa
menyelesaikan disini” Faktor penghambat lain menurut Ibu “LQS” selaku peserta program
kreativitas. Beliau mengungkapkan bahwa : “Jam pemebelajarannya saya rasa kurang mas untuk pelatihan yang agak
sulit untuk diselesaikan disini” Faktor penghambat lain menurut Ibu “N” selaku peserta program
kreativitas. Beliau mengungkapkan bahwa : “Yo paling seperti ini mas, kita pembelajarannya disini dulu karena aula
baru dipakai” Faktor penghambat lain menurut Ibu “OC” selaku peserta program
kreativitas. Beliau mengungkapkan bahwa : “Ehmm paling kalau seperti ini kan tempatnya kurang luas menampung
banyak peserta seperti ini” Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa faktor
penghambat dalam pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar Modern menurut pengelola yaitu faktor tempat yaitu ruang aula
masih digunakan untuk menyimpan barang-barang sehingga harus menggunakan ruang lain dan hal tersebut diperjelas oleh salah satu staf bahwa tempat yang
digunakan sebagai tempat pembelajaran sekarang ini masih menggunakan ruang baca. Faktor penghambat lain yang dirasakakan oleh peserta adalah mengenai
kurangnya jam pelatihan apabila terdapat materi yang sulit sehingga para peserta belum sempat menyelesaikan dan harus meneruskan di rumah. Selain itu keadaan
ruang pembelajaran juga dirasa peserta kurang luas karena memang tempat pembelajaran utama yaitu ruang aula masih digunakan.
84
C. Pembahasan 1. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Kreativitas di Rumah
Belajar Modern
Rumah Belajar Modern RBM yang berdiri di Desa Bangunharjo Sewon Bantul merupakan sebuah bentuk pengembangan dari layanan perpustakaan.
Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Rumah Belajar Modern melalui program layanan yang dimilikinya. Salah satu program pemberdayaan masyarakat
tersebut adalah program kreativitas. Penyelenggaraan program kreativitas dilatarbelakangi oleh faktor bahwa Rumah Belajar Modern merupakan sebuah
perpustakaan, maka dari itu dibutuhkan partisipasi masyarakat didalamnya. Faktor lain yang melatarbelakangi adalah Desa Bangunharjo sebagai
wilayah industri rumahan. Adanya industri rumahan di sekitar wilayah RBM membuat pengelola berusaha memaksimalkan potensi yang ada dengan mengajak
masyarakat untuk meningkatkan keterampilan yang dimiliki. Diharapkan nantinya masyarakat mampu menerapkan dan melakukannya sendiri dengan membuat
sebuah home industri. Keadaan masyarakat yang masih memiliki keterampilan rendah tentu perlu diberdayakan maka diselenggarakan suatu program untuk
meningkatkan keterampilan mereka. Pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas sesuai dengan yang
diungkapkan oleh Ambar Teguh 2004: 83 bahwa proses belajar dalam pemberdayaan masyarakat berlangsung secara bertahap. Tahap-tahap
pemberdayaan melalui program kreativitas seperti yang dirincikan Azis dalam Alfitri 2011: 26, tahap tersebut meliputi : 1 Tahap pertama, membantu
85 masyarakat dalam menemukan masalahnya 2 Tahap kedua, melakukan analisis
terhadap permasalahan secara mandiri. 3 Tahap ketiga, menentukan skala prioritas masalah, dalam arti memilah dan memilih masalah yang paling
mendesak untuk diselesaikan. 4 Tahap keempat, mencari penyelesaian masalah yang sedang dihadapi, antara lain dengan pendekatan sosio kultural yang ada
dalam masyarakat. 5 Tahap kelima, melaksanakan tindakan nyata untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. 6 Tahap keenam, mengevaluasi seluruh
rangkaian dan proses pemberdayaan itu untuk dinilai sejauh mana keberhasilan dan kegagalannya.
Tahap pertama yang dilakukan oleh Rumah Belajar Modern yaitu membantu masyarakat dalam menemukan masalahnya. Dalam hal ini pihak
pengelola berusaha membantu masyarakat dengan melakukan pertemuan dengan para dukuh yang ada di Desa Bangunharjo Sewon Bantul. Pertemuan tersebut
melibatkan elemen-elemen penting dalam masyarakat yakni lurah maupun dukuh sebagai pihak yang mengerti kondisi masyarakatnya. Dengan adanya pertemuan
tersebut pihak pengelola maupun pejabat pemerintah desa menguraikan tentang permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dan berusaha mengatasi
permasalahan tersebut bersama-sama. Pihak pengelola memberikan gambaran mengenai program-program yang dimiliki oleh RBM dapat membantu mengatasi
permasalahan yang ada di masyarakat. Pihak pengelola melakukan hal tersebut guna merangsang kesadaran masyarakat akan pentingnya meningkatkan kapasitas
diri.
86 Tahap kedua dan ketiga yaitu melakukan analisis terhadap permasalahan
secara mandiri serta penentuan skala prioritas masalah yang paling mendesak untuk diselesaikan. Setelah diadakannya pertemuan dengan pejabat pemerintah
desa, pihak pengelola melakukan analisis permasalahan yang ada di Desa Bangunharjo Sewon Bantul bersama dengan tim dari pengelola Rumah Belajar
Modern. Kegiatan analisis perlu dilakukan oleh pihak pengelola sebagai acuan untuk menentukan masalah yang mana perlu diselesaikan terlebih dahulu dengan
program apa yang paling tepat untuk diberikan kepada masyarakat. Tahap keempat yaitu mencari penyelesaian masalah yang sedang dihadapi,
antara lain dengan pendekatan sosio kultural yang ada dalam masyarakat. Program yang akan diberikan kepada masyarakat tentunya mempertimbangkan aspek sosial
dan budaya yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Program tersebut disesuaikan dengan kondisi masyarakat yang akan menjadi sasaran program agar dapat
dikembangkan potensinya dengan baik. Masyarakat akan memperoleh pengetahuan melalui berbagai interaksinya dengan Rumah Belajar Modern.
Tahap kelima yaitu melaksanakan tindakan nyata untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Bentuk tindakan nyata yang dilakukan oleh Rumah
Belajar Modern melalui program kreativitas yang melihat kebutuhan masyarakat. Program kreativitas yang intinya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan taraf hidup masyarakat tentunya sesuai dengan tahap kelima ini. Rumah Belajar Modern menempatkan masyarakat sebagai subjek pemberdayaan
dengan begitu masyarakat dilibatkan dalam perencanaan program kreativitas yang akan dilakukan.