f. Penelitian tindakan harus benar-benar menunjukan adanya tindakan
yang dilakukan oleh sasaran tindakan. Jadi, dalam PTK siswa benar- benar ikut berperan dalam penelitian bukan hanya guru.
B. Ruang Lingkup Metode Pembelajaran
Role Playing
1. Pengertian role playing
Pengertian role playing dapat dilihat dari asal katanya yaitu role dan playing yang berasal dari bahasa Inggris. Adapun arti dari role adalah
peran atau tugas, sedangkan untuk playing berasal dari kata play yang berarti sandiwara, bermain. Jadi dari asal katanya role playing dapat
diartikan bermain peran. Menurut Hisyam 2008:98, model pembelajaran role playing juga dikenal dengan nama model pembelajaran bermain
peran. Pengorganisasian kelas secara berkelompok,masing-masing kelompok memperagakan menampilkan skenario yang telah dibuat guru.
Siswa diberi kebebasan berimprovisasi namun masih dalam batas-batas skenario dari guru.
Metode role playing atau metode bermain peran sosiodrama adalah suatu metode mengajar di mana guru memberikan kesempatan
kepada murid untuk melakukan kegiatan memainkan peranan tertentu seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Jusuf
Djajadisastra,1982:34. Dengan metode role playing siswa menggambarkan atau mengekpresikan suatu penghayatan dalam keadaan
seandainya ia menjadi tokoh yang sedang diperankannya itu. Sementara menurut Ulinbukit Karo-Karo 1981:60, role playing adalah suatu cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan atau mempertontonkan kepada pelajar untuk mencapai tujuan pengajaran.
Bahan-bahan yang disajikan dengan metode role playing ini adalah hubungan-hubungan sosial isi hubungan sosial, konflik-konflik sosial,
cara-cara orang mengambil keputusan, peranan orang tua dan sebagainya. Sedangkan, Yahya 2009 dalam
http:apa de-finisi-nya. Blog- spot.com200805 kumpulan metode pembelajaran pen-dampin-ga. html.
, menjelaskan bahwa role playing pada prinsipnya merupakan metode
untuk ‘menghadirkan’ peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelaspertemuan, yang kemudian
dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian. Metode role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan
pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan
memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu tergantung kepada apa
yang diperankan. Berbagai pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
metode role playing adalah sebuah metode pembelajaran yang mengajak siswa untuk melakukan peran secara langsung sesuai dengan materi
pembelajaran sehingga siswa diharapkan dapat terbantu memahami materi tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menurut Dindayu sebagaimana dikutip dari Mulyasa 2004:141 dalam http: dindayu. wordpress. com20100617 model-bermain-
peran-role-playing terdapat empat asumsi yang mendasari pembelajaran role playing untuk mengembangkan perilaku dan nilai-nilai sosial, yang
kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar lainnya. Keempat asumsi tersebut sebagai berikut:
a. Secara implisit bermain peran mendukung suatu situasi belajar
berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada situasi ‘’di sini pada saat ini’’. Model ini percaya bahwa sekelompok
peserta didik dimungkinkan untuk menciptakan analogi mengenai situasi kehidupan nyata. Terhadap analogi yang diwujudkan dalam
bermain peran, para peserta didik dapat menampilkan respons emosional sambil belajar dari respons orang lain.
b. Kedua, bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk
mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain. Mengungkapkan perasaan untuk
mengurangi beban emosional merupakan tujuan utama dari psikodrama jenis bermain peran yang lebih menekankan pada
penyembuhan. Namun demikian, terdapat perbedaan penekanan antara bermain peran dalam konteks pembelajaran dengan psikodrama.
Bermain peran dalam konteks pembelajaran memandang bahwa diskusi setelah pemeranan dan pemeranan itu sendiri merupakan
kegiatan utama dan integral dari pembelajaran; sedangkan dalam psikodrama, pemeranan dan keterlibatan emosional pengamat itulah
yang paling utama. Perbedaan lainnya, dalam psikodrama bobot emosional lebih ditonjolkan daripada bobot intelektual, sedangkan
pada bermain peran peran keduanya memegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran.
c. Model bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat
diangkat ke taraf sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan tidak selalu datang dari orang tertentu, tetapi
bisa saja muncul dari reaksi pengamat terhadap masalah yang sedang diperankan. Dengan demikian, para peserta didik dapat belajar dari
pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara
optimal. Dengan demikian, para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Oleh sebab itu, model mengajar ini berusaha mengurangi
peran guru yang teralu mendominasi pembelajaran dalam pendekatan tradisional. Model bermain peran mendorong peserta didik untuk turut
aktif dalam pemecahan masalah sambil menyimak secara seksama bagaimana orang lain berbicara mengenai masalah yang sedang
dihadapi.
d. Model bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang
tersembunyi, berupa sikap, nilai, perasaan dan sistem keyakinan, dapat diangkat ke taraf sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan.
Dengan demikian, para pserta didik dapat menguji sikap dan nilainya yang sesuai dengan orang lain, apakah sikap dan nilai yang dimilikinya
perlu dipertahankan atau diubah. Tanpa bantuan orang lain, para peserta didik sulit untuk menilai sikap dan nilai yang dimilikinya.
2. Fase-Fase dalam Role Playing
Menurut Zaini 2008:104-116 role playing dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu: perencanaan, interaksi, dan refleksi atau
evaluasi. Berikut ini adalah uraian ketiga tahap tersebut: a.
Perencanaan dan persiapan Sebelum kita melakukan suatu kegiatan maka kita harus membuat
perencanaan yang baik. Karena perencanaan yang baik akan dapat memberikan hasil yang baik pula. Dalam role playing ada
beberapa perencanaan yang harus dilakukan yaitu: 1
Mengenal peserta didik Sebagai seorang guru yang baik maka pasti kita akan
mengetahui bagaimana kondisi peserta didik kita. Misalnya saja jumlah peserta didik, pemahaman peserta didik tentang
materi yang diajarkan, pengalaman sebelumnya tentang role playing, kelompok umur, latar belakang peserta didik, minat
dan kemampuan peserta didik, dan kemampuan peserta didik untuk melakukan kolaborasi.
2 Menentukan tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran harus didefinisikan secara jelas agar memiliki fokus kerja yang jelas. Selain dirumuskan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
jelas hendaknya tujuan pembelajaran tersebut diungkapkan kepada peserta didik atau siswa.
3 Mengidentifikasi skenario dan penempatan peran
Dari masalah yang ada di sekitar peserta didik yang akan diangkat dalam role playing maka harus disusun dalam bentuk
skenario. Skenario yang ada tersebut akan memberikan informasi tentang apa yang harus diketahui oleh peserta didik.
Setelah kita membuat skenario untuk suatu materi tertentu maka kita akan menempatkan beberapa peran yang sesuai
dengan skenario yang telah kita buat.
4 Menentukan posisi guru
Dalam hal ini guru harus menentukan posisinya, apakah dia akan ikut berperan atau menjadi pengamat dalam proses role
playing.
5 Mempertimbangkan hambatan yang bersifat fisik
Sebelum dilaksanakan role playing maka kita harus benar- benar memperhatikan hambatan-hambatan yang berasal dari
piranti fisik seperti ketersediaan ruangan, kondisi kelas dan sebagainya.
6 Merencanakan waktu
Pelaksanaan role playing akan sangat tergantung dari jenis role playing yang diterapkan. Namun sekiranya perbandingan
waktu yang sering digunakan antara pendahuluan, interaksi, dan evaluasi adalah 1:3:2.
7 Mengumpulkan sumber informasi yang relevan
Setelah semua hal-hal yang pokok telah diperhatikan maka kita juga memerlukan tambahan informasi untuk memperkuat
skenario yang telah kita buat.
b. Interaksi
Adapun langkah-langkah pengimplementasian rencana ke dalam aksi adalah:
1
Membangun aturan dasar. 2
Mengeksplisitkan tujuan pembelajaran. 3
Membuat langkah-langkah yang jelas. 4
Mengurangi ketakutan di depan publik. 5
Mengambarkan skenario atau situasi. 6
Memulai role playing. c.
Refleksi dan evaluasi 1
Refleksi Setelah kita melakukan serangkain kegiatan role playing
maka harus diadakan refleksi. Dari kegiatan pembelajaran yang baru saja dilakukan ada banyak hal yang ditemukan
oleh peserta didik maupun guru. Dalam refleksi ini peserta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
didik maupun guru mengemukakan manfaat dan pengetahuan yang diperoleh serta perasaan mereka selama mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan role playing.
2 Evaluasi
Evaluasi ini bertujuan untuk melihat bagaimana proses pembelajaran role playing berlangsung. Peserta didik
diberikan kesempatan untuk memberikan masukan mengenai hal-hal apa saja yang masih harus diperbaiki dalam
pembelajaran role playing dan hal mana yang harus dipertahankan.
3. Kelebihan dan kelemahan role playing
Menurut Djajadisastra 1988:41-43 ada beberapa kelebihan dan kekurang role playing
a.
Kelebihan metode role playing 1
Peserta didik belajar untuk memecahkan permasalahan sosial menurut pendapatnya sendiri.
2 Memperkaya peserta didik dalam berbagai pengalaman
situasi sosial. 3
Memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengekspresikan perasaannya.
4 Memberi kesempatan bagi peserta didik untuk belajar
mengungkapkan pendapat dengan jelas dan dimengerti oleh orang lain.
5 Belajar untuk menerima pendapat orang lain sehubungan
dengan pemecahan masalah ketika memutuskan suatu peran. b.
Kelemahan role playing 1
Suatu pemecahan yang pernah diperankan dalam role playing belum tentu cocok untuk memecahkan masalah secara nyata.
2 Kecenderungan untuk membenarkan suatu tindakan atau
keputusan. 3
Peserta didik yang belum memiliki kematangan psikis sulit untuk menghasilkan keputusan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
4 Kekurangan pengalaman dalam menghadapi situasi sosial
yang ada. 5
Keterbatasan waktu yang digunakan dalam bermain peran. 6
Rasa malu akan menghambat proses bermain peran.
C. Pengertian Pemahaman