Model Pembelajaran TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran

Cooperative Learning 1. Pengertian pembelajaran kooperatif a. Menurut Kagan dalam Catur Rismiati dan Susento, 2007:227 Pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang berisi serangkaian aktifitas pembelajaran yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga pembelajaran tersebut difokuskan pada pertukaran informasi terstuktur antar pembelajar dalam grup yang bersifat sosial dan masing-masing pembelajar bertanggung jawab penuh atas pembelajaran yang mereka jalani. b. Menurut Johson dan Johnson dalam Ratri, 2005:46 Cooperative Learning adalah metode belajar dengan cara bekerja sama dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan metode ini, setiap anggota kelompok dituntut untuk berperan aktif dalam belajar. Jadi, kelompok bertanggung jawab atas kelompoknya c. King, dkk dalam Ratri, 2005:46 Mengemukakan bahwa penerapan cooperative learning dapat mempengaruhi perkembangan kognitif, meningkatkan prestasi belajar, memperbaiki hubungan sosial dan meningkatkan harga diri. Dengan demikian cooperative learning dapat diartikan sebagai suatu metode pembelajaran dengan cara berkelompok, dimana setiap anggota mempunyai tanggung jawab terhadap anggota kelompoknya yang lain dengan cara bekerja sama. 2. Unsur-unsur pembelajaran kooperatif Unsur pembelajaran kooperatif menurut Muslimin Ibrahim dalam Widanarto, 2006:17, yaitu: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI a. Adanya anggapan bahwa kelompok “sehidup sepenanggungan bersama”. b. Adanya tanggung jawab setiap anggota kelompok. c. Adanya kesamaan tujuan yang hendak dicapai. d. Adanya pembagian tugas dan tanggung jawab yang sama. e. Adanya kesamaan hadiah penghargaan terhadap semua anggota kelompok. f. Adanya pertanggungjawaban terhadap materi secara individual. g. Adanya kebutuhan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajar. 3. Karakteristik pembelajaran kooperatif Wina Sanjaya 2006:242-244 mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki empat karakteristik. Empat karakteristik tersebut adalah: a. Pembelajaran secara team Pembelajaran secara team kelompok diharapkan agar semua anggota kelompok mampu bekerja sama dan saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kelompok harus terdiri atas anggota yang memiliki kemampuan akademis, jenis kelamin, dan latar belakang sosial yang berbeda. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota dapat bertukar pengalaman, dapat saling membantu dan menerima, sehingga setiap anggota dapat memberikan kontribusi untuk keberhasilan kelompok. b. Didasarkan pada manajemen kooperatif Empat fungsi pokok manajemen kooperatif: 1 Fungsi perencanaan Pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang baik, agar proses belajar dapat berjalan secara efektif. 2 Fungsi pelaksanaan Dalam fungsi ini, pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. 3 Fungsi organisasi Pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama, oleh sebab itu perlu adanya pembagian tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok. 4 Fungsi kontrol Dalam fungsi ini, pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilannya. c. Kemauan untuk bekerja sama Pembelajaran kooperatif memerlukan adanya kemauan untuk bekerja sama, bukan saja dalam pembagian tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok, tetapi juga diperlukan adanya sikap saling membantu. Misalnya: anggota kelompok yang pintar membantu yang kurang pintar. d. Keterampilan bekerja sama Setelah memiliki kemampuan untuk bekerja sama, siswa perlu didorong untuk mau dan mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota kelompoknya. Sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide mengemukakan pendapat dan memberikan kontribusi kepada keberhasilan kelompok. 4. Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif Menurut Wina sanjaya 2006:244-245, pembelajaran kooperatif memiliki empat prinsip, yaitu: a. Prinsip ketergantungan positif Dengan pembelajaran kooperatif, keberhasilan kelompok sangat tergantung usaha setiap anggota kelompok dalam mengerjakan tugasnya. Pembagian tugas didasarkan pada kemampuan masing- masing anggota kelompok. Ketergantungan positif artinya bahwa semua tugas dapat terselesaikan karena adanya kerja sama yang baik dari masing-masing anggota kelompok. Anggota kelompok yang memiliki kemampuan lebih, diharapkan mau membantu anggota yang lain untuk melaksanakan tugasnya. b. Tanggung jawab perseorangan Keberhasilan kelompok tergantung pada anggotanya. Maka, setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab untuk malaksanakan tugasnya dan mampu memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. c. Interaksi tatap muka Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan yang luas kepada kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan dengan cara bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing- masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing. d. Partisipasi dan komunikasi Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Untuk mampu melakukan partisipasi dan komunikasi, siswa perlu dibekali kemampuan berkomunikasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Misalnya: cara menyatakan ketidaksetujuan pendapat orang lain secara santun dan tidak memojokkan, cara menyampaikan gagasan dan ide-ide yang dianggapnya baik dan berguna. 5. Prosedur pembelajaran kooperatif Wina sanjaya 2006:246-247 mengemukakan bahwa prosedur pembelajaran kooperatif memiliki empat tahap, yaitu: a. Penjelasan materi Pada tahap ini, guru menyampaikan materi yang harus dikuasai oleh siswa. Untuk menguasai materi tersebut siswa akan dibagi dalam kelompok. Pada kegiatan ini guru dapat mengunakan metode ceramah dan diskusi serta dapat menggunakan berbagai media pembelajaran agar lebih menarik perhatian siswa. b. Belajar dalam kelompok Pengelompokkan dalam pembelajaran kooperatif bersifat heterogen, artinya kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan- perbedaan anggotanya, baik itu gender, agama, sosial-ekonomi, maupun perbedaan kemampuan akademisnya. Dalam kemampuan akademis, kelompok pembelajaran biasanya terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan akademis tinggi, sedang dan rendah. Ini dimaksudkan agar anggota yang memiliki kemampuan akademis tinggi dapat berbagi ilmu dan pengetahuan kepada anggota yang memiliki kemampuan akademis yang kurang. Melalui pembelajaran dalam kelompok siswa didorong untuk melakukan tukar-menukar sharing informasi dan pendapat, mendiskusikan permasalahan, membandingkan jawaban dan mengoreksi hal-hal yang kurang tepat. c. Penilaian Penilaian dalam pembelajaran kooperatif dapat dilakukan dengan tes atau kuis, baik secara individual maupun kelompok. Tes individual akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa sedangkan tes kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir setiap individu adalah penggabungan dari penilaian tes individual dan tes kelompok dibagi dua. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI d. Pengakuan tim Pengakuan tim adalah penetapan tim yang paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaaan atau hadiah. Hal ini diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan memotivasi kelompok lain untuk mampu meningkatkan prestasi mereka. 6. Keunggulan pembelajaran kooperatif Wina sanjaya memaparkan beberapa keunggulan dalam pembelajaran kooperatif, antara lain: a. Dengan pembelajaran kooperatif, siswa tidak terlalu bergantung kepada guru , akan tetapi siswa dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa lain. b. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkan dengan ide-ide orang lain. c. Dengan pembelajaran kooperatif, siswa dapat menyadari atas segala keterbatasannya dan menerima segala perbedaan. d. Pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggungjawab dalam belajar. e. Pembelajaran kooperatif membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan akademiknya maupun sosialnya. f. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, serta dalam menerima umpan balik belajar abstrak menjadi nyata. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI g. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa dengan informasi dan kemampuan yang ada. h. Interaksi siswa dalam pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi dan memberi rangsangan untuk berpikir. 7. Kelemahan pembelajaran kooperatif Di samping keunggulan, Wina Sanjaya memaparkan beberapa kelemahan pembelajaran kooperatif, antara lain: a. Siswa yang memiliki kelebihan akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap memiliki kemampuan kurang. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok. b. Ciri utama dari pembelajaran kooperatif adalah siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah tercapai oleh siswa. c. Penilaian yang diberikan kepada kelompok dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Dengan demikian, guru perlu menyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah hasil individu siswa. d. Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang panjang. Hal ini tidak mungkin tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-kali penerapan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI e. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktifitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu, idealnya melalui pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. 8. Lima Tipe Pembelajaran kooperatif Slavin Catur Rismiati dan Susento, 2007:228 memperkenalkan lima tipe pembelajaran kooperatif, antara lain: a. Student Teams Achievement Divisions STAD Dalam tipe ini, siswa berkelompok mengerjakan soal latihan dalam lembar kerja. Tiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang, yang terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Setelah semua kelompok sudah selesai mengerjakan, dosen memberikan kunci jawaban dan meminta siswa untuk memeriksa hasil pekerjaan. Kemudian guru mengadakan kuis. b. Teams Games Tournament TGT Tipe ini hampir sama dengan STAD. Yang membedakan adalah dalam tipe TGT tidak ada kuis, tetapi hasil belajar akan dievaluasi dengan menggunakan permainan akademik seperti cerdas cermat. Skor nilai team secara keseluruhan akan ditentukan oleh prestasi kelompok. c. Jigsaw Tiap kelompok dalam tipe ini akan terdiri 5 atau 6 orang. Setiap anggota kelompok diminta untuk mempelajari satu bagian materi pelajaran kemudian menjelaskannya kepada anggota kelompok yang lain kemudian guru mengadakan kuis. d. Learning Together Dalam tipe ini guru menjelaskan materi pembelajaran. Setelah itu, siswa dibagi dalam kelompok heterogen yang terdiri dalam 4 sampai 6 orang untuk mengerjakan lembar kerja. Guru menilai hasil kerja kelompok, kemudian siswa mengerjakan kuis secara individual, yang dinilai oleh guru sebagai hasil kerja individual. e. Group Investigation Dalam metode ini siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran, kemudian menjelaskannya kepada seluruh siswa di kelas.

B. Model Pembelajaran

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar siswa atara model pembelajaran NHT (numbered head together) dengan stad (student team achievment division pada konsep laju reaksi)

3 10 173

Pengaruh penerapan model cooperative learning tipe stad terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep sistem koloid (quasi eksperimen di MAN 2 Kota Bogor)

4 38 126

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI.

0 1 29

Implementasi model pembelajaran cooperative learning teknik Quick On The Draw untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI SMA Stella Duce 2 : penelitian dilaksanakan pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

2 16 238

Penerapan metode pembelajaran role playing pada pembelajaran akuntansi untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi siklus akuntansi : penelitian dilakukan pada siswa kelas XI IS 3 SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

0 1 221

Peningkatan pemahaman siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada mata pelajaran akuntansi SMA : studi kasus pada siswa kelas XII IPS 2 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.

0 4 186

Peningkatan partisipasi, motivasi, dan prestasi belajar siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran ekonomi : studi kasus siswa kelas XC SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

0 2 243

Peningkatan pemahaman siswa melalui penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe Teams Tournament pada mata pelajaran akuntansi SMA studi kasus siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri I Ngaglik

0 3 201

PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI SMA Studi kasus: Siswa kelas XI IPS 3 SMA Stella Duce 2 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjan

0 0 186

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TEKNIK QUICK ON THE DRAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA (Penelitian dilaksanakan pada siswa Kelas XI IPS 1 SMA STELLA DUCE 2 Yogy

0 2 235