Peningkatan partisipasi, motivasi, dan prestasi belajar siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran ekonomi : studi kasus siswa kelas XC SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

(1)

ix ABSTRAK

PENINGKATAN PARTISIPASI, MOTIVASI, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPEJIGSAW

PADA MATA PELAJARAN EKONOMI Studi Kasus Siswa Kelas XC SMA Stella Duce 2 Jl. Dr. Sutomo No.16 Baciro, Gondokusuman Yogyakarta

Matilda Mety Ga’a Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) peningkatan partisipasi belajar siswa melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipejigsaw, (2) peningkatan motivasi belajar siswa melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, (3) peningkatan prestasi belajar siswa melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Penelitian dilakukan di SMA Stella Duce 2, Jalan Dr. Sutomo No.16 Baciro, Gondokusuman Yogyakarta pada bulan September-Oktober 2007. Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif.

Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa: (1) penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam mata pelajaran ekonomi pada tingkat tingkat partisipasi belajar siswa berfluktuasi (siklus I = 3,4; siklus II = 2,6; siklus III = 2,8), (2) penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran ekonomi dalam penelitian ini belum dapat meningkatkan motivasi belajar siswa (siklus I = 94,12%; siklus II = 93,33%; siklus III = 87,5%), (3) penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw belum dapat meningkatkan prestasi belajar siswa (siklus I = 94,12%; siklus II = 86,67%; siklus III = 62,5%).


(2)

x ABSTRACT

THE IMPROVEMENT OF PARTICIPATION, MOTIVATION, AND STUDENT LEARNING ACHIEVEMENT THROUGH THE APPLICATION OF JIGSAW TYPE

COOPERATIVE LEARNING METHOD IN ECONOMIC LESSON A Case Study on The Tenth Class Students of Stella Duce 2 Senior High School

Jl. Dr. Sutomo No.16 Baciro, Gondokusuman Yogyakarta

Matilda Mety Ga’a Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The purpose of this study is to know: (1) the improvement of student learning participation through the application of jigsaw cooperative learning method, (2) the improvement of student learning motivation through the application of jigsaw cooperative learning method, (3) the improvement of student learning achievement through the application of jigsaw cooperative learning method. This study was camed out in Stella Duce 2 Senior High School, Jalan Dr. Sutomo 16 Baciro Gondokusuman Yogyakarta in September and October 2007. The kind of this study is a case study. The techniques of gathering the date were observation and interview. The technique of analysing the data was a descriptive analysis technique.

Based on data analysis it can be conclude a that: (1) the application of jigsaw cooperative learning the method in economic lesson fluctuates student’s participation (cycle I = 3,4; cycle II = 2,6; cycle III = 2,8), (2) the application of jigsaw cooperative learning method in economic lesson improves student learning motivation (cycle I = 94,12%; cycle II = 93,33%; cycle III = 87,5 %), (3) the application of jigsaw cooperative learning method in economic lesson hasn’t increased student learning achievement (cycle I = 94,12%; cycle II = 86,67%; cycle III = 62,5%).


(3)

PENINGKATAN PARTISIPASI, MOTIVASI, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW PADA MATA PELAJARAN EKONOMI Studi Kasus Siswa Kelas XC SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Akuntansi

Oleh: Matilda Mety Ga’a NIM: 031134037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008


(4)

(5)

(6)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

Sang Pencipta dan Penyelenggara Hidup

Bapak Aegenius Ngge’dhi dan Mama Katarina Seja

Fredy, Romy, Mbak Diana

Frisca dan Andro


(7)

MOTTO

Bermimpilah tentang apa yang ingin kamu

impikan,

pergilah ke tempat-tempat kemana kamu ingin

pergi,

jadilah seperti yang kamu inginkan,

karena kamu hanya memiliki satu kehidupan

dan satu kesempatan untuk melakukan

hal-hal

yang ingin kamu lakukan.

Jangan biarkan rasa takut gagal

membuatmu berhenti berusaha .

[Cinderella Story)

Ketika kamu berhenti belajar,

Kamu berhenti untuk maju.

[Andrew Ho]


(8)

(9)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Matilda Mety Ga’a Nomor Mahasiswa : 031334037

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENINGKATAN PARTISIPASI, MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupaun memberikan royalty kepada saya selamA tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyatan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 16 April 2008


(10)

vii

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Sang Pencipta atas penyelengaraan hidup, segala berkat dan kasih, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan partisipasi, motivasi, dan prestasi belajar siswa melalui penerapan pembelajaraan kooperatif tipejigsawpada mata pelajaran ekonomi”.

Skripsi ini disusun oleh penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang secara langsung maupun tidak langsung ikut terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. Untuk itu penulis ingin menucapkan terima kasih kepada berbagai pihak atas bantuan bimbingan, petunjuk, nasehat, dan semangat yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis haturkan kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

4. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku dosen pembimbing, yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, pengorbanan tenaga, dan pikiran sejak awal hingga selesainya skripsi ini.

5. Ibu Dra. Chr. Rini Suharsih, selaku kepala sekolah SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan bagi peneliti untuk melakukan penelitian

6. Ibu Dra. R. Tuti Ratnaningsih, selaku guru mitra penelitian, yang telah berkolaborasi dan membantu dan membimbing peneliti dalam melakukan penelitian. 7. Keluarga besar Devil Che Stero: Ratih, Tyas, Mili, Rosi, Maria, Yuli, Marlen, dkk.

Terima kasih atas partisipasi dan keceriaan kalian.

8. Bapak Matius dan Ibu Katarina, yang telah membesarkan dan selalu memberi dukungan moril maupun materiil, Kakakku: Fredy dan Romy “Thx atas dorongan dan motivasinya” serta keponakanku yang lucu: Frisca dan Andro.


(11)

(12)

ix ABSTRAK

PENINGKATAN PARTISIPASI, MOTIVASI, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPEJIGSAW

PADA MATA PELAJARAN EKONOMI Studi Kasus Siswa Kelas XC SMA Stella Duce 2 Jl. Dr. Sutomo No.16 Baciro, Gondokusuman Yogyakarta

Matilda Mety Ga’a Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) peningkatan partisipasi belajar siswa melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipejigsaw, (2) peningkatan motivasi belajar siswa melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, (3) peningkatan prestasi belajar siswa melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Penelitian dilakukan di SMA Stella Duce 2, Jalan Dr. Sutomo No.16 Baciro, Gondokusuman Yogyakarta pada bulan September-Oktober 2007. Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif.

Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa: (1) penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam mata pelajaran ekonomi pada tingkat tingkat partisipasi belajar siswa berfluktuasi (siklus I = 3,4; siklus II = 2,6; siklus III = 2,8), (2) penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran ekonomi dalam penelitian ini belum dapat meningkatkan motivasi belajar siswa (siklus I = 94,12%; siklus II = 93,33%; siklus III = 87,5%), (3) penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw belum dapat meningkatkan prestasi belajar siswa (siklus I = 94,12%; siklus II = 86,67%; siklus III = 62,5%).


(13)

x ABSTRACT

THE IMPROVEMENT OF PARTICIPATION, MOTIVATION, AND STUDENT LEARNING ACHIEVEMENT THROUGH THE APPLICATION OF JIGSAW TYPE

COOPERATIVE LEARNING METHOD IN ECONOMIC LESSON A Case Study on The Tenth Class Students of Stella Duce 2 Senior High School

Jl. Dr. Sutomo No.16 Baciro, Gondokusuman Yogyakarta

Matilda Mety Ga’a Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The purpose of this study is to know: (1) the improvement of student learning participation through the application of jigsaw cooperative learning method, (2) the improvement of student learning motivation through the application of jigsaw cooperative learning method, (3) the improvement of student learning achievement through the application of jigsaw cooperative learning method. This study was camed out in Stella Duce 2 Senior High School, Jalan Dr. Sutomo 16 Baciro Gondokusuman Yogyakarta in September and October 2007. The kind of this study is a case study. The techniques of gathering the date were observation and interview. The technique of analysing the data was a descriptive analysis technique.

Based on data analysis it can be conclude a that: (1) the application of jigsaw cooperative learning the method in economic lesson fluctuates student’s participation (cycle I = 3,4; cycle II = 2,6; cycle III = 2,8), (2) the application of jigsaw cooperative learning method in economic lesson improves student learning motivation (cycle I = 94,12%; cycle II = 93,33%; cycle III = 87,5 %), (3) the application of jigsaw cooperative learning method in economic lesson hasn’t increased student learning achievement (cycle I = 94,12%; cycle II = 86,67%; cycle III = 62,5%).


(14)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT... x

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5


(15)

xii BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 7

B. Pembelajaran Kooperatif... 11

C. Pembelajaran Kooperatif TipeJigsaw ... 15

D. Partisipasi Belajar Siswa ... 17

E. Motivasi Belajar Siswa ... 18

F. Prestasi Belajar Siswa ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 22

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 23

D. Operasionalisasi Variabel ... 23

E. Prosedur Penelitian ... 24

F. Instrumen Penelitian ... 29

G. Pengumpulan dan Analisis Data ... 32

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Lingkungan Sekolah ... 35

B. Identitas Sekolah ... 35

C. Visi dan Misi... 36

D. Tujuan ... 37

E. Keadaan Sekolah... 38


(16)

xiii

G. Peserta Didik ... 41

H. Kerjasama ... 42

I. Prestasi Sekolah ... 42

J. Struktur Kurikulum ... 43

1. Mata Pelajaran ... 43

2. Muatan Lokal ... 46

3. Kegiatan Ekstrakurikuler ... 47

4. Vita Communika ... 47

5. Beban Belajar... 48

BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN A. Hasil Observasi ... 49

1. Siklus Pertama ... 49

2. Siklus Kedua ... 69

3. Siklus Ketiga ... 90

B. Analisis Tingkat Partisipasi, Motivasi, dan Prestasi Belajar Siswa 1. Siklus Pertama ... 109

2. Siklus Kedua ... 120

3. Siklus Ketiga ... 132

BAB VI KESIMPULAN. KETERBATASAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 150

B. Saran ... 151


(17)

xiv

DAFTAR PUSTAKA ... 143


(18)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Proses Pengumpulan Data, Analisis Data, dan Pembagian Tugas 34

Tabel 5.1 Aktivitas Guru Siklus I ... 56

Tabel 5.2. Pengamatan Terhadap Kelas Siklus I ... 59

Tabel 5.3. Aktivitas Siswa Siklus I ... 61

Tabel 5.4 Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif TipeJigsawSiklus I... 63

Tabel 5.5. Kesan Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif TipeJigsawSiklus I... 65

Tabel 5.6. Aktivitas Guru Siklus II ... 75

Tabel 5.7. Pengamatan Terhadap kelas Siklus II ... 78

Tabel 5.8. Aktivitas Siswa Siklus II... 80

Tabel 5.9. Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif TipeJigsawSiklus II ... 82

Tabel 5.10. Kesan Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif TipeJigsawSiklus II ... 84

Tabel 5.11. Aktivitas Guru Siklus III... 94

Tabel 5.12. Pengamatan Terhadap Kelas Siklus III... 96

Tabel 5.13. Aktivitas Siswa Siklus III ... 99

Tabel 5.14. Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif TipeJigsawSiklus III ... 101

Tabel 5.15. Kesan Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif TipeJigsawSiklus III ... 103

Tabel 5.16. Penilaian Partisipasi (Diskusi Kelompok) Siklus I... 106

Tabel 5.17. Hasil Analisis Angket Motivasi Siswa terhadap Model Pembelajaran Kooperatif TipeJigsawSiklus I... 107


(19)

xvi

Tabel 5.18 Hasil Analisis Angket Minat Siswa terhadap Model Pembelajaran

Kooperatif TipeJigsawSiklus I... 109

Tabel 5.19. Hasil Analisis Ketuntasan Belajar Siklus I ... 112

Tabel 5.20. Analisis Indeks kesukaran Soal Siklus I ... 113

Tabel 5.21. Penilaian Partisipasi (Diskusi Kelompok) Siklus I... 115

Tabel 5.22. Hasil Analisis Angket Motivasi Siswa terhadap Model Pembelajaran Kooperatif TipeJigsawSiklus II ... 117

Tabel 5.23. Hasil Analisis Angket Minat Siswa terhadap Model Pembelajaran Kooperatif TipeJigsawSiklus I... 119

Tabel 5.24. Hasil Analisis Ketuntasan Belajar Siklus II... 121

Tabel 5.25. Analisis Indeks kesukaran Soal Siklus II... 122

Tabel 5.26. Penilaian Partisipasi (Diskusi Kelompok) Siklus III ... 125

Tabel 5.27. Hasil Analisis Angket Motivasi Siswa terhadap Model Pembelajaran Kooperatif TipeJigsawSiklus III ... 127

Tabel 5.28 Hasil Analisis Angket Minat Siswa terhadap Model Pembelajaran Kooperatif TipeJigsawSiklus III... 128

Tabel 5.29 Hasil Analisis Ketuntasan Belajar Siklus III ... 131

Tabel 5.30. Analisis Indeks kesukaran Soal Siklus III ... 132

Tabel 5.31. Hasil Analisis Tingkat Partisipasi, Motivasi, dan Prestasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Kooperatif TipeJigsaw... 134


(20)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Model PTK... 11


(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Permohonan Ijin Penelitian... 145

Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 146

Perangkat Pembelajaran ... 147


(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru sebagai pendidik tidak saja berperan mentransfer isi buku

pelajaran kepada muridnya atau operator kurikulum. Guru harus pandai

membuat inovasi dalam penyampaian materi pelajaran agar menarik bagi

siswa (Educare, Maret 2007). Seorang guru harus kreatif dalam mengemas

sebuah proses pembelajaran menjadi proses yang menyenangkan. Seringkali

ditemukan fakta di kelas bahwa peserta didik merasa bosan untuk mengikuti

kegiatan belajar mengajar. Konsekuensi logis dari kebosanan para siswa

tersebut adalah tidak tercapainya tujuan-tujuan pembelajaran yang ditetapkan

oleh guru. Salah satu penyebab terjadinya kondisi pembelajaran tersebut

adalah metode yang digunakan guru kurang inovatif. Pada umumnya guru

menggunakan metode ceramah di setiap pertemuan. Pada dasarnya tidak ada

yang salah dengan menggunakan metode tersebut, tetapi kurangnya variasi

pembelajaran umumnya berpotensi kurangnya partisipasi siswa dalam

kegiatan belajar mengajar, lemahnya motivasi untuk mengikuti kegiatan

belajar mengajar yang pada akhirnya akan berdampak negatif pada prestasi

belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti

di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta kelas XC. Berdasarkan hasil observasi dan

wawancara ditemukan bahwa rata-rata siswa merasa bosan dengan metode

ceramah yang digunakan guru. Materi yang disampaikan oleh guru tidak


(23)

disukai oleh siswa. Pada saat guru menyampaikan materi pelajaran,

kebanyakan siswa acuh tak acuh dan mengobrol dengan teman disebelahnya

tanpa memperhatikan penjelasan guru.

Ada berbagai macam metode pembelajaran yang dapat digunakan

seorang guru untuk mengatasi kondisi pembelajaran seperti yang telah

dikemukakan. Salah satunya adalah guru menerapkan metode pembelajaran

kooperatif di kelas. Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran

yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa

yang lainnya dalam tugas-tugas terstruktur dimana guru bertindak sebagai

fasilitator. Metode pembelajaran kooperatif pun juga terdiri dari beberapa tipe.

Salah satunya adalah tipejigsaw. Metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat membantu guru dalam

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pada dasarnya, metode

ini menekankan pada proses interaksi antar siswa. Dengan interaksi, siswa

belajar untuk menghilangkan rasa individualisme melalui komunikasi antar

siswa dengan latar belakang yang sangat berbeda. Karenanya apabila metode

ini diterapkan dengan baik, maka akan tercipta suasana belajar yang

menyenangkan. Pada metode pembelajaran ini, siswa tidak hanya berinteraksi

dengan sesama anggota kelompok tetapi juga berkomunikasi dengan anggota

kelompok yang lain. Hal ini dapat dilihat dari proses pembagian kelompok

yang menghendaki adanya kelompok asal dan kelompok ahli. Selain

berinteraksi dengan kelompok asal, siswa juga berinteraksi dengan kelompok


(24)

yang kondusif dan mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi

kelompok dan siswa termotivasi dalam mengikuti kegiatan belajar serta dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa.

Penelitian Anita Lie (2002:15), menunjukkan bahwa melalui metode

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa dapat berinteraksi secara positif

dengan siswa-siswa lain dengan latar belakang yang sangat berbeda dalam

akademis. Hal senada juga dikemukakan oleh Oktovianus Natboho, seorang

guru pendidikan kewarganegaraan nasional pada SLTPN II Kota Kupang,

Nusa Tenggara Timur (Kompas, 26 Januari 2007 – Kolom Sosok). Dengan

menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, maka persoalan

rendahnya prestasi siswa di sekolah dapat diatasi. Metode pembelajaran yang

menekankan pada kreativitas, inovasi dan variasi belajar ini ternyata dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah.

Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tindakan kelas, yaitu menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipejigsaw

dan menyelidiki dampak penerapan metode tersebut pada partisipasi, motivasi

dan prestasi belajar siswa. Penelitian ini selanjutnya dituangkan dalam judul “

Peningkatan partisipasi, motivasi dan prestasi belajar siswa melalui penerapan

metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran ekonomi”.

Penelitian ini akan dilaksanakan pada siswa kelas XC SMA Stella Duce 2,


(25)

B. Batasan Masalah

Penelitian ini dimaksudkan untuk menyelidiki seberapa jauh penerapan

metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada peningkatan partisipasi,

motivasi dan prestasi belajar siswa. Yang dimaksud dengan partisipasi adalah

keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dalam bentuk keaktifan

siswa dalam kegiatan kelompok. Yang dimaksud dengan motivasi adalah

keinginan siswa dan perasaan siswa untuk mengikuti kegiatan belajar

mengajar yang terwujud dalam perilaku belajar siswa. Sementara yang

dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil pemahaman siswa setelah

mengikuti kegiatan belajar mengajar yang tampak dari kemampuan siswa

dalam mengerjakan tes.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peningkatan partisipasi siswa melalui penerapan metode

pembelajaran kooperatif tipejigsaw?

2. Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa melalui penerapan metode

pembelajaran kooperatif tipejigsaw?

3. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa melalui penerapan metode


(26)

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana partisipasi siswa melalui penerapan metode

pembelajaran kooperatif tipejigsaw?

2. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan motivasi siswa melalui

penerapan metode pembelajaran kooperatif tipejigsaw?

3. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa melalui

penerapan metode pembelajaran kooperatif tipejigsaw?

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi peserta didik

Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi peserta pendidik untuk

meningkatkan partisipasi, motivasi serta hasil belajar peserta didik dalam

mata pelajaran ekonomi

2. Bagi peneliti

Penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti dalam mengaplikasikan ilmu

yang telah diperoleh selama duduk di bangku kuliah. Sebagai calon guru,

peneliti mendapatkan referensi pengalaman dan modal untuk terjun ke

dunia pendidikan di kemudian hari.

3. SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

Penelitian ini diharapkan dapat menambah kazanah dalam bidang


(27)

masukan bagi guru bidang studi dalam rangka mengefektifkan pendidikan

dan pengelolaan sumber-sumber belajar.

4. Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini diharapkan dapat menambah kazanah ilmu pengetahuan

dalam bidang pembelajaran ekonomi dan penerapan metode pembelajaran


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dariclassroom action

research (CAR), yakni suatu action research yang dilakukan di kelas. Ada

tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang

dapat diterangkan (Suharsimi Arikunto, 2006:3):

1. Penelitian.

Penelitian berhubungan dengan suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan

Tindakan berhubungan dengan suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

3. Kelas

Pengertian ruang kelas tidak terikat hanya pada ruang kelas, tetapi mengandung pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu (1)

penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas, dapat disimpulkan bahwa penelitian

tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa

sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas

secara bersama.

Sejalan dengan itu Wibawa (dalam Susento, 2007), PTK adalah kajian

yang dilakukan secara sistematis dan reflektif terhadap berbagai tindakan yang


(29)

dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar, yang bertujuan untuk

memperbaiki kualitas pembelajaran. Hal senada juga dinyatakan oleh website

PPPG Tertulis Bandung (dalam Susento, 2007), PTK adalah bentuk penelitian

yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar

dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di

kelas secara lebih profesional. Jadi dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan

suatu bentuk penelitian yang mengarah kepada tindakan-tindakan secara

terstruktur terhadap sekelompok siswa pada waktu yang sama serta menerima

pelajaran dari guru yang sama dalam rangka peningkatan kualitas proses

pembelajaran.

Menurut Wibawa (Susento, 2007), pelaksanaan PTK oleh guru akan

meningkatkan mutu pengajaran, mengembangkan keterampilan guru,

meningkatkan relevansi dan efisiensi pengelolaan pembelajaran, dan

menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru. Dalam Website PPG

Tertulis Bandung (Susento, 2007) dijelaskan bahwa manfaat PTK sebagai

berikut :

a. Inovasi pembelajaran

Dalam inovasi pembelajaran guru perlu selalu mencoba untuk mengubah,

mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar mampu

melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelasnya.

Dalam konteks ini, guru selalu berhadapan dengan siswa yang berbeda

dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, jika guru melakukan PTK dari


(30)

menghasilkan solusi terhadap persoalan tersebut, maka secara tidak

langsung telah terlibat dalam proses inovasi pembelajaran.

b. Pengembangan kurikulum di sekolah dan di kelas

Untuk kepentingan pengembangan kurikulum pada level kelas, PTK akan

sangat bermanfaat sebagai salah satu sumber masukan. Hal ini terjadi

karena, proses reformasi kurikulum secara teoritik tidak netral. Sebaliknya

proses tersebut akan dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang saling

berhubungan mengenai hakikat pendidikan, pengetahuan dan pengajaran.

PTK dapat membantu guru lebih dapat memahami hakikat tersebut secara

empirik, dan bukan sekedar pemahaman yang bersifat teoritik.

c. Peningkatan profesionalisme guru

Guru yang profesional, tidak akan merasa enggan melakukan berbagai

perubahan dalam praktek pembelajaran sesuai dengan kondisi kelasnya.

PTK merupakan salah satu media yang dapat digunakan oleh guru untuk

memahami apa yang terjadi di kelas, dan kemudian meningkatkannya

menuju kearah perbaikan-perbaikan secara profesional. Guru yang

profesional perlu melihat dan menilai sendiri secara kritis terhadap praktek

pembelajarannya di kelas. Dengan melihat unjuk kerjanya sendiri,

kemudian merefleksikan, dan lalu diperbaiki, guru pada akhirnya akan

mendapat otonomi secara profesional.

Dalam tahap PTK dilakukan kegiatan-kegiatan yang membentuk

siklus. Tiap-tiap siklus terdiri dari empat langkah sebagai berikut (Susento,


(31)

a. Perencanaan tindakan

Menyusun rencana tindakan untuk menguji secara empiris hipotesis

tindakan. Rencana tindakan mencakup semua langkah tindakan secara

rinci, segala keperluan untuk melaksanakan tindakan, dan berbagai

kendala yang mungkin timbul beserta cara mengatasinya.

b. Pelaksanaan tindakan

Melaksanakan semua rencana tindakan dalam proses pembelajaran di

kelas

c. Observasi tindakan

Mengamati pelaksanaan tindakan. Observasi bertujuan untuk

mengumpulkan data yang berisi tentang pelaksanaan tindakan dan

dampaknya terhadap proses dan hasil pembelajaran. Dalam

melaksanakan observasi, guru bisa dibantu oleh pengamat luar (teman

sejawat atau orang yang berkompeten)

d. Refleksi terhadap tindakan

Memproses data yang diperoleh dari observasi tindakan. Data yang

diperoleh ditafsirkan, dianalisis dan disimpulkan. Refleksi dapat

dilakukan guru dengan bantuan pengamat atau orang lain yang

berkompeten. Berdasarkan hasil refleksi kemudian dilakukan evaluasi

terhadap tindakan, yaitu untuk menilai sejauh mana tindakan telah

dapat mengatasi masalah, maka tahap PTK selesai. Jika tindakan

belum dapat mengatasi masalah, maka tahap PTK masih dilanjutkan ke


(32)

Gambar 2.1 Model PTK

B. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Anita Lie (2002:12), sistem pengajaran yang memberi

kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa

dalam tugas-tugas yang terstuktur disebut sebagai sistem “pembelajaran

gotong royong” atau pembelajaran kooperatif dan dalam sistem ini guru

bertindak sebagai fasilitator.

Pelaksanaan Tindakan

Observasi Perencanaan

Tindakan

Refleksi

Pelaksanaan Tindakan

Observasi Perencanaan

Tindakan

Refleksi

SIKLUS I


(33)

Sedangkan menurut Slavin (1995:2), pembelajaran kooperatif

merupakan model pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok

kecil untuk saling membantu dalam mempelajari materi pelajaran. Hal senada

juga dikemukakan oleh Etin Sulihatin & Raharjo (2007:4), pembelajaran

kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama

dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama

yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana

keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota.

Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2002:31) mengatakan

bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif.

Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong

royong harus diterapkan (Anita Lie, 2002:31-35):

1. Saling ketergantungan positif

Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Dalam metode jigsaw, Aronson menyarankan jumlah anggota kelompok dibatasi sampai dengan empat orang saja dan keempat anggota ini ditugaskan membaca bagian yang berlainan. Keempat anggota ini lalu berkumpul dan bertukar informasi. Selanjutnya, pengajar akan mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain berhasil .

2. Tanggung jawab perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penelitian dibuat menurut prosedur model pembelajaran pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya. Dalam teknik jigsaw

yang dikembangkan Aronson misalnya, bahan bacaan dibagi menjadi empat bagian dan masing-masing siswa mendapat dan membaca satu bagian. Dengan cara demikian, siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah.


(34)

3. Tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.

4. Komunikasi antar anggota

Pembelajar perlu diberitahu secara eksplisit mengenai cara-cara berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana caranya menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang tersebut. Tidak ada salahnya mengajar siswa beberapa ungkapan positif atau sanggahan dalam ungkapan yang lebih halus.

5. Evaluasi proses kelompok

Waktu evaluasi tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran pembelajaran kooperatif. Format evaluasi bisa bermacam-macam, bergantung pada tingkat pendidikan siswa.

Dari beberapa pengertian oleh para ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran kooperatif merupakan kerja sama dalam kelompok secara

terstruktur yang beranggotakan dua orang atau lebih, serta terlibat aktif dalam

kelompok saling membantu dalam materi untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang diinginkan.

Ada lima tipe pembelajaran kooperatif (Slavin, 1995:71-144):

1).Student Teams Achievment Division (STAD)

STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif dimana pelajar

berkelompok mengerjakan soal latihan dalam lembar kerja. Tiap kelompok

terdiri dari 4 atau 5 orang, yang terdiri dari seseorang yang berkemampuan

rendah, seorang berkemampuan tinggi, dan sisanya berkemampuan


(35)

jawaban soal dan meminta mereka memeriksa hasil kerja. Kemudian

pengajar mengadakan kuis.

2).Teams Games Tournament (TGT):

Tipe TGT hampir sama dengan tipe STAD, tidak ada kuis tetapi hasil

belajar dievaluasi dengan permainan akademik seperti cerdas cermat. Skor

tim secara keseluruhan ditentukan oleh prestasi kelompok.

3). Jigsaw

Jigsawmerupakan tipe pembelajran kooperatif dimana kelompok dibentuk

secara heterogen yang terdiri dari 5-6 orang, tiap-tiap pelajar mempelajari

satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan bagian itu kepada

semua anggota kelompok. Kemudian pengajar mengadakan ulangan/kuis.

4).Learning Together

Tipe Learning Together merupakan tipe pembelajaran kooperatif dimana

pelajar melakukan presentasi bahan kuliah. Setelah itu pelajar dalam

kelompok heterogen terdiri dari 4 sampai 5 orang mengerjakan satu

lembar kerja. Pengajar menilai hasil kerja kelompok. Pelajar kemudian

secara individual mengerjakan kuis yang dinilai oleh pengajar sebagai

hasil kerja individual.

5).Group Investigation

TipeGroup Investigation merupakan tipe pembelajaran kooperatif dimana

tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan

kemudian menjelaskan materi itu kepada semua pelajar di kelas. Pelajar


(36)

yang akan dipelajari, mengorganisasi kelompok mereka sendiri bagaimana

cara menguasai materi dan memutuskan bagaimana mengkomunikasikan

hasil belajar mereka kepada seluruh kelas.

C. Pembelajaran Kooperatif tipeJigsaw

Teknik mengajarjigsaw dikembangkan oleh Aronson et al (Anita Lie,

2002:69) sebagai metode pembelajaran kooperatif. Teknik ini bisa digunakan

dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara.

Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan

berbicara. Pendekatan ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata

pembelajaran, seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial,

matematika, agama, dan bahasa. Teknik ini cocok untuk semua

kelas/tingkatan. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar

belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini

agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja dengan

sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak

kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan

berkomunikasi.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw (Anita Lie,

2002:69-70):

1. Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi empat


(37)

2. Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan

mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu.

Pengajar bisa menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang

siswa ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan brainstorming ini

dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata siswa agar lebih siap

menghadapi bahan pelajaran yang baru.

3. Siswa dibagi dalam kelompok berempat

4. Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama, sedangkan

siswa yang kedua menerima bagian yang kedua. Demikian seterusnya.

5. Kemudian, siswa disuruh membaca/mengerjakan bagian mereka

masing-masing

6. Setelah selesai, siswa saling berbagi mengenai bagian yang

dibaca/dikerjakan masing-masing. Dalam kegiatan ini, siswa bisa saling

melengkapi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.

7. Khusus untuk kegiatan membaca, kemudian pengajar membagikan bagian

cerita yang belum terbaca kepada masing-masing siswa. Siswa membaca

bagian tersebut.

8. Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan

pelajaran hari itu. Diskusi bisa dilakukan antara pasangan atau dengan

seluruh kelas.

Variasi :

Jika tugas yang dikerjakan cukup sulit, siswa bisa membentuk kelompok para


(38)

kelompok lain. Mereka bekerja sama mempelajari/mengerjakan bagian

tersebut. Kemudian, masing-masing siswa kembali ke kelompoknya sendiri

dan membagikan apa yang telah dipelajarinya kepada rekan-rekan

kelompoknya.

D. Partisipasi Belajar Siswa

Menurut Mikkelsen (2003:64), partisipasi merupakan suatu proses

belajar yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok orang

yang terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk

melakukan hal tersebut, selain itu partisipasi belajar juga merupakan

keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran yang dapat terjadi di sekolah

maupun di lingkungan masyarakat.

Kesediaan siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar

akan berdampak positif bagi diri siswa dan setiap proses pembelajaran pasti

akan menampakkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Keaktifan

dalam pendekatan CBSA menunjukkan kepada keaktifan mental siswa baik

intelektual maupun emosional meskipun untuk merealisasikannya dalam

banyak hal dipersyaratkan atau dibutuhkan keterlibatan langsung dalam

berbagai bentuk keaktifan fisik. Dengan penerapan CBSA siswa diharapkan

akan lebih mampu mengenal dan mengembangkan kapasitas belajar dan

potensi yang dimilikinya secara penuh, menyadari dan dapat menggunakan

potensi sumber belajar yang terdapat disekitarnya. Sementara itu, Dimyati dan


(39)

mengakibatkan terjadinya kadar CBSA, antara lain : (1) partisipasi siswa

dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran; (2) tekanan pada aspek

afektif dalam belajar; (3) partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran

terutama yang berbentuk interaksi antar siswa; (4) kekohesifan

(kekompakkan) kelas sebagai kelompok; (5) kebebasan atau lebih tepat

kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil

keputusan-keputusan penting dalam kehidupan sekolah; dan (6) jumlah waktu yang

digunakan untuk menanggulangi masalah pribadi siswa baik berhubungan

dengan pembelajaran.

E. Motivasi Belajar Siswa

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:80), motivasi adalah

dorongan terhadap kekuatan mental yang terjadi pada diri siswa. Sedangkan

motivasi belajar adalah kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar.

Dalam hal ini motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang

menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia termasuk perilaku belajar.

Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan,

menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu

belajar.

Guru mencoba memberikan dan mengembangkan berbagai upaya

yang perlu dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Maka dari

itu peran guru sangat membantu untuk meningkatkan belajar siswa. Menurut


(40)

optimalisasi penerapan prinsip belajar; (2) optimalisasi unsur dinamis belajar

dan pembelajaran; dan (3) optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan

kemampuan siswa.

Upaya pengoptimalisasian yang terkait dalam penerapan prinsip

belajar antara lain (a) belajar menjadi bermakna, bila siswa memahami tujuan

belajar maka dari guru itu perlu menjelaskan tujuan belajar secara hierarkis,

(b) belajar menjadi lebih bermakna, bila siswa dihadapkan pada pemecahan

masalah yang menentangnya, (c) belajar menjadi lebih bermakna, bila guru

mampu memusatkan segala kemampuan mental siswa dalam program

kegiatan tertentu, dan (d) sesuai dengan perkembangan jiwa siswa maka

kebutuhan bahan-bahan belajar siswa semakin bertambah (Dimyati dan

Mudjiono, 1999:102).

Upaya pengoptimalisasian yang terkait dalam unsur dinamis belajar

dan pembelajaran pada diri siswa dan lingkungannya antara lain (a)

memberikan kesempatan pada siswa, untuk mengungkap hambatan belajar

yang di alaminya, (b) memelihara minat, kemauan dan semangat belajar

sehingga terwujud tindakan belajar, (c) meminta kesempatan pada orang tua

siswa/wali, agar memberi kesempatan pada siswa untuk beraktualisasi diri

dalam belajar, (d) memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong

belajar, dan (f) guru merangsang siswa dengan penguatan, dan memberikan

rasa percaya diri bahwa ia dapat mengatasi segala hambatan dan pasti berhasil


(41)

Upaya pengoptimalisasian pemanfaatan pengalaman dan

kemampuan siswa, antara lain: (a) siswa ditugasi membaca bahan belajar

sebelumnya, (b) guru mempelajari hal-hal yang sukar bagi siswa, (c) guru

memecahkan hal-hal yang sukar dengan mencari cara memecahkan masalah,

(d) guru mengajarkan cara mememcahkan masalah, mendidik keberanian

mengatasi kesukaran/masalah, (e) guru mengajak serta siswa mengalami dan

mengatasi kesukaran, (g) guru memberi penguatan kepada siswa yang berhasil

mengatasi kesukaran belajarnya sendiri, dan (h) guru menghargai pengalaman

dan kemampuan siswa agar belajar secara mandiri (Dimyati dan Mudjiono,

1999:105-106)

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:97-98), unsur-unsur yang

mempengaruhi motivasi belajar antara lain: (a) cita-cita atau aspirasi siswa

akan memperkuat motivasi belajar intinsik maupun ekstrinsik, (b) kemampuan

siswa akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas

perkembangan, (c) kondisi siswa, meliputi kondisi jasmani dan kondisi rohani,

dan (d) kondisi lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan

tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan kemasyarakatan.

F. Prestasi belajar

Prestasi adalah kecakapan nyata dan dapat diukur secara langsung

dengan menggunakan tes. Karena dapat diukur maka bersifat sementara dan

dapat dipengaruhi beberapa faktor yang ada. Winkel (1984:64)

mengemukakan bahwa prestasi itu bukti usaha yang dapat dicapai. Jadi


(42)

secara langsung dan menggunakan tes. Sementara itu menurut Surakhmad

(1990:700) prestasi belajar adalah pemahaman pengetahuan/keterampilan

yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan

nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru.

Slameto (1998:56) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar antara lain faktor intern dan faktor ekstern.

Adapun penjelasan faktor intern, yaitu faktor jasmaniah terdiri atas kesehatan

dan cacat tubuh dan faktor psikologis terdiri atas intelegensi perhatian, minat,

bakat, motif, kematangan dan kelelahan, sedangkan penjelasan faktor ekstern

antara lain: (a) faktor keluarga terdiri atas cara orang tua mendidik, relasi antar

anggota, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga, (b) faktor

sekolah terdiri atas metode belajar, kurikulum, relasi antar guru dan siswa,

relasi antar siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu

sekolah, keadaan gedung, metode belajar dan tugas belajar, dan (c) faktor

masyarakat terdiri atas kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman


(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas, yaitu penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian

dengan tindakan substantif yaitu suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin

inkuiri, atau usaha seseorang untuk memahami apa yang terjadi, sambil

terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan (Hopkins, 1993:44

dalam Wiriaatmaja, 2005:11). Penelitian ini merupakan salah satu strategi

pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses

pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.

Dalam prosesnya, pihak-pihak yang terlibat saling mendukung, dilengkapi

fakta-fakta, dan mengembangkan kemampuan analisis.

B. Lokasi dan Waktu penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian akan dilaksanakan di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2007


(44)

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas

XC SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah peningkatan partisipasi, motivasi dan prestasi

belajar siswa melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe

jigsawpada mata pelajaran ekonomi.

D. Operasionalisasi Varibel

1. Varibel Bebas

Varibel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran ekonomi. Penelitian

dimaksudkan untuk menerapkan metode kooperatif tipe jigsaw dalam

proses pembelajaran ekonomi. Penerapan metode kooperatif tipe jigsaw

tersebut dilaksanakan dalam tiga siklus dimana masing-masing siklus

terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan

refleksi. Pada masing-masing tahap digunakan instrumen pengamatan

terhadap guru, siswa, dan kelas.

2. Varibel Terikat

Varibel terikat dalam penelitian ini adalah peningkatan partisipasi,

motivasi, dan prestasi belajar siswa. Tingkat partisipasi diukur dengan


(45)

kelompok dan lembar observasi keterlibatan siswa, tingkat motivasi diukur

dengan menggunakan instrumen yang berupa angket motivasi belajar

siswa, dan tingkat prestasi diukur dengan menggunakan instrumen yang

berupa tes/kuis. Tingkat partisipasi bertujuan untuk mengukur keterlibatan

dan keaktifan siswa dalam kelompok kooperatif maupun dalam forum di

kelas. Tingkat motivasi bertujuan untuk mengukur motivasi siswa

terhadap keinginan/kemauan belajar, hasrat berprestasi, hasrat

mengerjakan tugas, ganjaran sebagai akibat akhir belajar, hasrat mengikuti

pelajaran, hasrat mendapat simpati dan hasrat untuk menang. Tingkat

prestasi bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap

materi.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini direncanakan berlangsung dalam tiga siklus.

Masing-masing siklus terdiri dari empat langkah:

1. Perencanaan, merumuskan masalah, menentukan tujuan dan metode

penelitian serta membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk

meningkatkan partisipasi, motivasi dan prestasi belajar siswa.

2. Tindakan, yaitu pelaksanaan rencana tindakan sebagai upaya

meningkatkan partisipasi, motivasi dan prestasi belajar siswa.


(46)

4. Refleksi, yaitu analisis, pemaknaan dan penyimpulan hasil observasi

terhadap kegiatan belajar mengajar dalam upaya meningkatkan partisipasi,

motivasi dan prestasi belajar siswa.

Secara operasional penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam

penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

a) Siklus pertama

Kegiatan yang dilakukan dalam siklus pertama meliputi:

1) Perencanaan:

Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa

penyiapan pembelajaran kooperatif tipejigsaw, yaitu:

a) Peneliti dan guru menggali data awal karakteristik siswa untuk

memetakan para siswa berdasarkan kemampuannya dan membagi

siswa secara heterogen. Kelompok ini biasanya terdiri dari 4-5

siswa yang heterogen dilihat dari prestasi akademik, ras, atau etnik.

Beberapa perangkat yang disiapkan dalam tahap ini adalah:

rencana pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw, materi, lembar soal kuis, lembar jawab siswa, lembar

observasi dan insrumen refleksi.

b) Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi:

(1) kriteria keberhasilan penerapan proses pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw terhadap peningkatan partisipasi, motivasi dan

prestasi belajar siswa berdasarkan pelaksanaan tindakan.


(47)

menggunakan prinsip belajar tuntas, misalnya 75 %. Apabila

peningkatan yang diharapkan dalam hal ini partisipasi, motivasi

dan prestasi belajar siswa tercapai minimal 75 %, maka

pencapaian itu dapat dikatakan memenuhi kriteria.

(2) instrumen untuk mengobservasi kegiatan guru di kelas

(3) instrumen untuk mengobservasi kegiatan siswa di kelas

(4) instrumen observasi keterlibatan siswa dalam pembahasan soal

(5) lembar untuk mengobservasi partisipasi siswa dalam diskusi

kelompok kooperatif

(6) lembar penilaian kemampuan siswa masing-masing dalam

mengerjakan kuis

2) Tindakan

Pada tahap ini, dilaksanakan implementasi pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw sesuai dengan rencana tindakan, dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

a) Membagi siswa dalam kelompok

Siswa dibagi dalam 5 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri

dari 4-5 orang yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi

akademik, jenis kelamin, ras atau etnik. Dalam 1 kelompok,

masing-masing siswa diberi nama orang pertama, orang kedua

sampai orang kelima. Kemudian orang pertama dari

masing-masing kelompok berkumpul dan membentuk kelompok yang


(48)

oleh orang kedua sampai orang kelima. Selanjutnya, guru

membagikan materi kepada masing-masing kelompok para ahli.

Fungsi kelompok adalah untuk mendalami materi bersama teman

kelompoknya.

b) Pembahasan

Guru bersama siswa melakukan pembahasan materi dengan metode

tanya jawab

c) Kuis

Untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi,

maka guru mengadakan kuis/ulangan seputar materi yang

diberikan.

3) Observasi

Tahap ini dilaksanakan bersamaan waktunya dengan tahap tindakan.

Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan atas hasil atau dampak

pelaksanaan tindakan, yaitu meliputi: partisipasi serta interaksi siswa

dalam diskusi kelompok kooperatif. Partisipasi siswa dalam diskusi

dapat dilihat dari keaktifan siswa selama proses pembelajaran

berlangsung. Motivasi siswa dapat dilihat dengan melihat kemauan

siswa untuk mengikuti proses pembelajaran (kuesioner). Pengamatan


(49)

4) Refleksi

Pada tahap ini, dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan penyimpulan

hasil observasi terhadap partisipasi, motivasi dan prestasi belajar

siswa. Ada dua macam refleksi yang dilakukan, yaitu:

a) Refleksi segera setelah suatu pertemuan berakhir, digunakan untuk

mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran dan

pemecahannya untuk perbaikan dalam pertemuan berikutnya

(penyesuaian rencana pembelajaran atau instrumen yang perlu

disempurnakan).

b) Refleksi pada akhir siklus pertama, digunakan untuk mengetahui

apakah target yang ditetapkan sesuai indikator keberhasilan

tindakan telah tercapai. Secara teknis peneliti melakukan

self-reflection dahulu terkait dengan keterampilan kooperatif siswa

dalam kegiatan masing-masing fase, kemudian dilakukan refleksi

dan diskusi bersama guru untuk penyempurnaan tindakan dalam

siklus kedua.

b) Siklus kedua

Tahap-tahap dan kegiatan-kegiatan pada siklus kedua pada dasarnya

sama dengan siklus pertama, hanya tindakannya yang berbeda.

Tindakan pada siklus kedua ini ditentukan berdasarkan hasil refleksi

siklus pertama. Demikian juga halnya dengan siklus ketiga, hasil

refleksi siklus pertama dan kedua akan disempurnakan dalam siklus


(50)

E. Instrumen Penelitian

Beberapa instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

1. Perencanaan

Dalam tahap perencanaan dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa

persiapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan menggunakan

instrumen:

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Dalam RPP ini guru menetapkan langkah-langkah apa saja yang akan

dilakukan guru dalam pembelajaran, serta kegiatan-kegiatan apa saja yang

harus dilakukan siswa dalam rangka implementasi tindakan perbaikan

yang direncanakan.

b.Grouping

Dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini, siswa

dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 orang.

2. Tindakan

Tindakan ini merupakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

yang telah direncanakan. Instrumen yang diperlukan meliputi:

 Partisipasi siswa

Partisipasi siswa diukur dengan menggunakan instrumen penilaian

partisipasi siswa dalam diskusi kelompok. Instrumen ini memuat lima

komponen yaitu: konsentrasi siswa pada materi diskusi, keaktifan siswa

mengikuti kegiatan diskusi, pembagian tugas dan giliran dalam


(51)

tujuan pertanyaan, dan menghargai saran serta pendapat teman satu

kelompok. Pengukuran dilakukan dengan melihat dan mengamati siswa

apakah sudah terlibat di dalam kelima komponen di atas (lampiran 6,

hal: 189). Partisipasi siswa juga diukur dengan menggunakan instrumen

observasi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Instrumen ini

sekaligus merupakan instrumen pengamatan perilaku siswa di kelas.

Instrumen ini memuat komponen tentang keterampilan bertanya,

menyatakan definisi, memberikan tanggapan jawaban, menarik

kesimpulan serta menemukan konsep (lampiran 7, hal: 193).

 Motivasi Belajar

Pengukuran motivasi belajar siswa dilakukan dengan menggunakan

angket. Instrumen ini memuat tentang keinginan/kemauan belajar, hasrat

berprestasi, hasrat mengerjakan tugas, ganjaran sebagai akibat akhir

belajar, hasrat mengikuti pelajaran, hasrat mendapat simpati dan hasrat

untuk menang. Angket diisi oleh siswa setelah keseluruhan proses

pembelajaran selesai yakni setelah kuis (lampiran 10, hal: 205).

 Prestasi belajar siswa

Pengukuran prestasi belajar siswa dilakukan dengan penyelenggaraan

kuis. Soal-soal yang terangkum dalam kuis mencakup tentang

keseluruhan materi yang diajarkan pada hari itu.

3. Observasi.

Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini mengacu pada Bergerman,


(52)

instrumen untuk mengobservasi guru (observing teacher), instrumen untuk

mengobservasi kelas (observing classroom), dan instrumen untuk

mengobservasi perilaku siswa (observing student).

a. Instrumen untuk mengobservasi guru (observing teacher)

Observasi merupakan alat yang efektif untuk mempelajari tentang metode

dan strategi yang diimplementasikan di dalam kelas. Bentuk observasi

kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi anekdotal

(anecdotal record) dalam bentuk naratif (lampiran 13, hal: 214) dan dalam

bentuk tabel (lampiran 4, hal: 174). Observasi anekdotal memfokuskan

pada hal-hal spesifik yang terjadi di dalam kelas atau catatan tentang

aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran.. Suatu observasi anekdotal

yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a) Pengamatan harus mengamati keseluruhan sekuensi peristiwa yang

terjadi di dalam kelas.

b) Tujuan, batas waktu dan rambu-rambu pengamatan jelas.

c) Hasil pengamatan dicatat dengan lengkap dan hati-hati.

d) Pengamatan harus dilakukan secara obyektif.

b. Pengamatan terhadap kelas (observing classroom).

Pengamatan anekdotal dapat dilengkapi sambil melakukan pengamatan

terhadap segala kejadian yang terjadi di kelas. Observasi kelas meliputi

deskripsi tentang lingkungan fisik kelas, tata letaknya dan manajemen


(53)

c. Pengamatan perilaku siswa (observing student).

Observasi anekdotal terhadap perilaku siswa dapat mengungkapkan

berbagai hal menarik. Masing-masing individu siswa dapat diamati secara

individual atau berkelompok sebelum, saat berlangsung, dan sesuai

pembelajaran. Perubahan pada setiap individu juga dapat diamati, dalam

kurun waktu tertentu, mulai dari sebelum dilakukan tindakan, saat

diimplementasikan, dan sesuai tindakan (lampiran 14, hal: 218).

Pengamatan perilaku siswa juga dilakukan dengan observasi dalam

bentuk tabel (lampiran 7, hal: 193)

4. Refleksi

Dalam tahap ini, dilaksanakan analisis, pemaknaan dan pembuatan

kesimpulan hasil observasi. Instrumen yang digunakan adalah lembar

refleksi guru (lampiran 8, hal: 197), lembar refleksi siswa (lampiran 9, hal:

201)

F. Pengumpulan dan Analisis Data

Pengumpulan data untuk penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan

berbagai cara dan terus berkembang, Menurut Creswell (1998:142), pada

dasarnya ada empat cara yang mendasar untuk mengumpulkan informasi,

yaitu observasi, wawancara, dokumen dan materi audio-visual. Teknik

observasi digunakan untuk merekam kualitas proses dan hasil belajar siswa

berdasarkan instrumen observasi dan penggunaan alat perekam video


(54)

dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain (Hopkins, 1993:125). Teknik

dokumentasi digunakan untuk menilai kemampuan siswa merangkum dari

hasil diskusi kelompok. Sedangkan audio visual digunakan untuk mendukung

tiga teknik terdahulu dan penguat hasil penelitian. Selain itu, peneliti juga

menggunakan teknik tes untuk mengukur daya serap siswa, yaitu melalui kuis

tertulis.

1. Analisis deskriptif

Data hasil observasi dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif

yaitu dengan pemaparan (deskripsi) data/informasi tentang suatu gejala

yang diamati dalam proses pembelajaran, dan tingkat keberhasilan dari

metode kooperatif tipe jigsaw sebagaimana adanya dalam bentuk paparan

naratif maupun tabel.

2. Analisis tingkat partisipasi, motivasi, dan prestasi belajar siswa

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk mengetahui partisipasi,

motivasi dan hasil belajar siswa, yang meliputi: a) partisipasi siswa dalam

dalam diskusi kelompok; b) keterlibatan siswa dalam diskusi kelas (sesi

pembahasan); c) motivasi siswa; d) daya serap siswa. Peningkatan

partisipasi, motivasi dan hasil belajar siswa dengan membandingkan

tingkat partisipasi, tingkat interaksi, motivasi dan tingkat daya serap siswa

pada siklus pertama, siklus kedua dan siklus ketiga.

Proses pengumpulan data, analisis data dan pembagian tugas


(55)

Tabel 3.2

Proses Pengumpulan Data, Analisis Data, dan Pembagian Tugas

No Kegiatan Output Petugas

1 Penyusunan perangkat pembelajaran

Rencana pembelajaran (RP) dengan model pembelajaran kooperatif tipejigsaw

Peneliti & Guru

2 Pemetaan kemampuan siswa

Kelompok-kelompok heterogen beranggotakan 4-5 siswa

Guru

3 Penyusunan instrumen pengumpulan data

Instrumen observasi Peneliti

4 Pelajaran ekonomi dengan model pembelajaran

kooperatif tipejigsaw

Kegiatan membaca, diskusi kelompok, pembahasan dan kuis

Guru

5 Observasi kegiatan belajar mengajar

Data partisipasi dan interaksi siswa dalam kelompok

Peneliti

7 Analisis data Partisipasi, motivasi dan prestasi belajar

Peneliti

8 Refleksi data Dampak tindakan pada partisipasi, motivasi dan prestasi belajar siswa

Peneliti

9 Implementasi siklus kedua

Tindakan perbaikan dan dampaknya pada peningkatan partisipasi, motivasi dan prestasi belajar siswa


(56)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Lingkungan Sekolah

SMA Stella Duce 2 Yogyakarta beralamat di Jl. Dr. Sutomo No. 16

Kelurahan Baciro, Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta tepatnya di

Kampung Mangkukusuman. Lokasinya berbatasan dengan Kompleks Asrama

Putri Trenggono (Utara), SMP Kanisius Gayam (Barat), Kampung

Mangkukusuman (Timur dan Selatan). SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

berjarak kurang lebih 200 meter dari jalan raya sehingga tidak terganggu oleh

kebisingan lalu lintas. Keberadaan SMA Stella Duce 2 Yogyakarta juga

didukung oleh asrama putri yang menampung kurang lebih 120 siswa

sehingga semakin memudahkan upaya pembinaan dan pendidikan siswa

asrama. Saat ini asrama dalam tahap penyelesaian renovasi. Namun begitu,

ada satu kendala dalam akses angkutan umum menuju ke SMA Stella Duce 2

Yogyakarta karena hanya satu jalur bus yaitu yang melewati Jalan Gayam di

selatan lokasi sekolah.

B. Identitas Sekolah

SMA Stella Duce 2 Yogyakarta merupakan sekolah menengah umum

swasta khusus putri yang diselenggarakan oleh suster-suster Cinta Kasih Santo

Carolus Baromeus dan dikelola oleh Yayasan Tarakanita dengan berasaskan

Pancasila dan dijiwai oleh nilai-nilai kristiani.


(57)

Kata Stella Duce berasal dari bahasa Latin, yang berarti “Bintang

Pembimbing”. Istilah ini digunakan oleh para pendiri SMA Stella Duce 2

Yogyakarta dengan maksud agar seluruh anggota komunitas terutama para

siswa menjadi pribadi yang mampu menmpilkan kualitas hidup

bermasyarakat. Dengan demikian diharapkan semua anggota komunitas

mampu menjadi bintang pembimbing.

C. Visi dan Misi VISI

SMA Stella Duce 2 Yogyakarta sebagai bagian dari Yayasan Tarakanita

bercita-cita menjadi lembaga pendidikan yang didasari oleh relasi yang

berbela rasa untuk membantu peserta didik membentuk diri menjadi pribadi

yang utuh, bermoral baik, berkemampuan intelektual memadai, cerdas,

mandiri, kreatif, terampil, memiliki wawasan kebangsaan dan semangat

berbela rasa terhadap sesama manusia terutama yang miskin, tersisih, dan

menderita.

MISI

1. Ambil bagian dalam misi pendidikan Yayasan Tarakanita

2. Membantu peserta didik agar dalam dirinya tumbuh semangat berbela

rasa tinggi terhadap sesama terutama yang miskin, tersisih, dan menderita

3. Menciptakan suasana belajar yang kondusif agar peserta didik mampu


(58)

4. Mengupayakan terjadinya komunikasi dan kerjasama yang harmonis

antara sekolah, orang tua, dan masyarakat dalam rangka mengoptimalkan

pendampingan terhadap peserta didik

5. Memberikan perhatian khusus terhadap pendidikan nilai khusunya

nilai-nilai kristiani agar terbentuk watak baik, sikap jujur, adil, dan berbudi

pekerti luhur

6. Membantu peserta didik agar memiliki kemampuan akademik yang

memadai untuk bersaing dalam seleksi masuk perguruan tinggi

7. Mendampingi peserta didik agar mampu mengembangkan semangat

persaudaraan sejati dengan melatih diri untuk mengelola perbedaan

diantara mereka

8. Membantu peserta didik agar memiliki keterampilan khusus di luar

akademik sehingga mampu ambil bagian dalam kehidupan bermasyarakat

9. Membantu peserta didik agar mampu ambil bagian dalam gerakan

penegakan keadilan, perdamaian, dan penyelamatan lingkungan hidup

D. Tujuan UMUM :

Tujuan pendidikan menengah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

KHUSUS :

1. Memberi pelayanan pendidikan sesuai dengan visi dan misi pendidikan


(59)

2. Membantu peserta didik agar dalam dirinya tumbuh semangat berbela rasa

tinggi terhadap sesama terutama yang miskin, tersisih, dan menderita

3. Membantu remaja putri agar mampu mengenali dan mengembangkan

potensi dirinya sendiri secara optimal

4. Mendampingi remaja putri secara optimal dengan mengembangkan

komunikasi dan kerjasama yang harmonis antara sekolah, orang tua, dan

masyarakat

5. Mendampingi remaja putri agar terbentuk watak yang baik, bersikap jujur,

adil, dan berbudi pekerti luhur dengan memberikan perhatian khusus

terhadap pendidikan nilai khususnya nilai-nilai kristiani, memiliki

semangat persaudaraan sejati, memiliki keterampilan khusus di luar

akademik sehingga mampu ambil bagian dalam kehidupan bermasyarakat,

mengambil bagian dalam gerakan penegakan keadilan, perdamaian, dan

penyelamatan lingkungan hidup

6. Menyiapkan remaja putri untuk memiliki kemampuan akademik yang

memadai untuk bersaing dalam seleksi masuk perguruan tinggi

E. Keadaan Sekolah

Dalam proses belajar mengajar SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

memiliki sarana dan prasarana pendukung antara lain :

14 Ruang kelas

1 Ruang pertemuan


(60)

1 Ruang Kantor Kepala Sekolah

2 Ruang Kantor TU

1 Ruang Perpustakaan (Sistem Terbuka)

1 Ruang Doa dan BK

1 Ruang Laboratorium Kimia

1 Ruang Laboratotium Fisika

1 Ruang Laboratorium Bahasa

1 Ruang Laboratorium Komputer (On Line Internet)

1 Ruang Koperasi Siswa

1 Ruang Guru (memiliki 6 komputerOn Line Internet)

Astama Putri

1 Ruang Aula

1 Ruang Pendopo

1 Ruang perlengkapan olah raga

1 Ruang UKS

1 Ruang gudang

1 Ruang OSIS

1 Ruang Musik dan Karawitan

1 Ruang Penerbitan Media

Lapangan Olah Raga (Basket,Volleydan Bulutangkis)

1 Kantin


(61)

Deskripsi singkat :

Kompleks SMA Stella Duce 2 Yogyakarta memiliki keadaan yang

nyaman untuk proses belajar mengajar karena suasana tenang jauh dari

kebisingan lalu lintas. Di setiap koridor sekolah terdapat taman yang dikelola

dengan baik sehingga semakin mendukung kenyamanan sekolah.

Perpustakaan menerapkan sistem terbuka yaitu setiap siswa dapat memilih

buku yang diperlukan secara langsung. Didukung pula adanya Lab. komputer

dan komputer ruang guru yangon line internet sehingga semakin mendukung

dalam mengakses informasi pembelajaran. Tersedianya fasilitas ruang

multimedia juga memberi peluang bagi guru untuk mengembangkan

kreativitas pembelajaran multimedia

F. Personil Sekolah

Personil sekolah yang mengampu proses pendidikan di SMA Stella

Duce 2 Yogyakarta sebagai berikut :

Personil Sekolah Status Karyawan Tetap Yaya-san Purna waktu Honorer Guru Bantu Kualifikasi Ijazah Jml

Pendidik 20 3 5 1 S1 (29) 29

Kepala

Sekolah 1 - - - S1 1

Karyawan TU 4 - - SMA (4) 4

Karyawan PP 6 - - - SMA (1)

SMP (5) 6

Karyawan

Perpustakaan 3 - -

-S1 (1) SPG (1) SMP (1)

3


(62)

G. Peserta Didik Jumlah siswa

Kelas Jumlah

X 124 siswi XI BAHASA 18 siswi

XI IPA 24 siswi XI IPS 74 siswi XII BAHASA 19 siswi XII IPA 41 siswi XII IPS 124 siswi

Jumlah 424 siswi

Kemampuan Akademik :

Berdasarkan Tes Potensi Akademik (TPA) yang bekerja sama dengan

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta memberikan

gambaran kemampuan akademik siswa SMA Stella Duce 2 Yogyakarta :

Kualifikasi Tinggi Cukup Tinggi Ragu–ragu Amat Rendah

Persentase 0 % 44,34 % 18,79 % 36,87%

Dari data tersebut 5,66 % siswa memiliki kemampuan akademik di

bawah rata-rata bahkan rendah sehingga dalam pendampingannya

memerlukan upaya yang lebih insiatif. Namun di luar kemampuan akademik,

para siswa memiliki minat yang tinggi dalam bidang seni musik dan


(63)

H. Kerjasama

Dalam pengelolaan dan pengembangan sekolah, pihak sekolah

melakukan kerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dan Dinas

Pendidikan Propinsi DIY, serta dengan Yayasan Tarakanita sebagai induk

sekolah. Kerjasama lain misalnya :

Universitas Sanata Dharma : Tes Potensi Akademik

RS. Panti Rapih : Sosialisasi Reproduksi Sehat

Masyarakat Dukun Magelang :Live insiswa

I. Prestasi Sekolah

Untuk mengembangkan dan mengukur kemampuan seluruh unsur di

SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, maka pihak sekolah mengikuti berbagai

lomba, baik bidang akademik maupun non akademis. Kegiatan ini diikuti oleh

para siswa, guru maupun sekolah pada umumnya. Prestasi yang berhasil diraih

sebagai berikut :

Jenis Lomba

Tingkat

Kejuaraan Peserta Kejuaraan Tahun

A. Siswa Lomba Atletik Pelajar Kota Yogyakarta Sabina Gendhis S

a.Juara 2 lari 100 m b.Juara 3 lari 400 m

Maret 2006

Bernadeta Dyani K

a.Juara 3 lari 100m b.Nominasi lompat jauh

Maret 2006 Lomba Dance Telkomsel Propinsi DIY Team Modern Dance

Juara II Maret 2006 Lomba Akuntansi di UKDW Propinsi DIY Yofrey Kabelen

Peringkat V April 2006 Olimpiade Biologi Propinsi DIY Giovana Asa A.

Peringkat 7 dari 169 Januari 2007


(64)

UAJY

Ika Yohana Pratiwi

Peringkat 41 dari 169 Januari 2007 Lomba nyanyi tunggal Mirabilia Music Kota Yogyakarta Brigita Logmaniar Noven

Juara II Januari 2007 Cheer Leader Hexos Kota Yogyakarta Tim Cheer Leader

Juara IV Maret 2007 B. Guru Lomba Alat Peraga Kota Yogyakarta Alb. Sutrisna, S.Pd

Juara III Septem-ber 2006

J. Struktur Kurikulum 1. Mata Pelajaran

Muatan mata pelajaran yang diberikan di SMA Stella Duce 2

Yogyakarta sesuai dengan struktur kurikulum yang terdapat dalam standar

isi

Kelas X

Komponen Alokasi Waktu

Semester 1 Semester 2

A. Mata Pelajaran 2 2 1. Pendidikan Agama 2 2 2.Pendidikan Kewarganegaraan 4 4 3. Bahasa Indonesia 5 5 4. Bahasa Inggris 5 5

5. Matematika 2 2

6. Fisika 2 2

7. Biologi 2 2

8. Kimia 2 2

9. Sejatah 2 2

10. Geografi 2 2

11. Ekonomi 2 2


(65)

13. Seni Budaya 2 2 14.Pendidikan Jasmani, Olahraga

dan Kesehatan

2

15.Teknologi Informasi dan Komunikasi

2 2

16. Bahasa Jerman 1 1

B. Muatan Lokal 1 1

C. Pengembangan Diri 2*) 2*)

Kelas XI dan XII Program IPA

Komponen

Alokasi Waktu Kelas XI Kelas XII Smt 1 Smt 2 Smt 1 Smt 2

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2 2 2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2 3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4 4. Bahasa Inggris 5 5 5 5

5. Matematika 6 6 6 6

6. Fisika 4 4 4 4

7. Kimia 4 4 4 4

8. Biologi 4 4 4 4

9. Sejarah 1 1 1 1

10. Seni Budaya 2 2 2 2

11.Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

2 2 2 2

12.Teknologi Informasi dan Komunikasi

2 2 2 2

13.Keterampilan/Bahasa Asing lain - Bahasa Jerman

1 1 1 1

B. Muatan Lokal: Bhs. Jawa 1 1 1 1

C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*) 2*)

D. Bimbingan & Konseling (0) 1 1 1 1

E. Vita Communika (0) 1 1 1 1

Jumlah

Ket: * Equivalen 2 jam pelajaran


(66)

Kelas XI dan XII Program IPS

Komponen

Alokasi Waktu Kelas XI Kelas XII Smt 1 Smt 2 Smt 1 Smt 2

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2 2 2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2 3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4 4. Bahasa Inggris 5 5 5 5

5. Matematika 4 4 4 4

6. Sejarah 3 3 3 3

7. Geografi 3 3 3 3

8. Ekonomi 6 6 6 6

9. Sosiologi 3 3 3 3

10. Seni Budaya 2 2 2 2

11.Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

2 2 2 2

12.Teknologi Informasi dan Komunikasi

2 2 2 2

13.Bahasa Jerman 1 1 2 2

B. Muatan Lokal: Bhs. Jawa 1 1 1 1

C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*) 2*)

D. Bimbingan & Konseling (0) 1 1 1 1

E. Vita Communika (0) 1 1 1 1

Jumlah

Ket: * Equivalen 2 jam pelajaran

4 40 40 40

Kelas XI dan XII Program Bahasa

Komponen

Alokasi Waktu Kelas XI Kelas XII Smt 1 Smt 2 Smt 1 Smt 2

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2 2 2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2 3. Bahasa Indonesia 5 5 5 5 4. Bahasa Inggris 5 5 5 5

5. Matematika 3 3 3 3

6. Sejarah 2 2 2 2

7. Anthropologi 2 2 2 2

8. Sastra Indonesia 4 4 4 4

9. Seni Budaya 2 2 2 2


(67)

dan Kesehatan

11. Teknologi Informasi dan Komunikasi

2 2 2 2

12. Bahasa Jerman 2 2 2 2

13. Keterampilan 2 2 2 2

B. Muatan Lokal: Bhs. Jawa 1 1 1 1

C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*) 2*)

D. Bimbingan & Konseling (0) 1 1 1 1

E. Vita Communika (0) 1 1 1 1

Jumlah

Ket: * Equivalen 2 jam pelajaran

4 40 40 40

Dari struktur kurikulum yang ada SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

menambah jam pelajaran dengan perincian sebagai berikut:

No Kelas Mata Pelajaran Jam tambahan

1 X Matematika

Bahasa Inggris Geografi Sejarah 2 1 1 1 2 XI – IPA Matematika

Bahasa Inggris

2 1 3 XI – IPS Bahasa Inggris

Ekonomi

1 2 4 XI – BHS Bahasa Inggris

Bahasa Jerman

1 2 5 XII – IPA Matematika

Bahasa Inggris

2 1 6 XII – IPS Bahasa Inggris

Ekonomi

1 2 7 XII – BHS Bahasa Inggris

Bahasa Jerman

1 2

2. Muatan Lokal

Dengan mengacu pada substansi yang ada, SMA Stella Duce 2

Yogyakarta memberikan muatan lokal berdasarkan kebutuhan dan budaya


(68)

3. Kegiatan Pengembangan Diri/Layanan BK/Ekstrakurikuler

Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan

mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat setiap peserta

didik sesuai dengan kondisi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

 Jenis Pengembangan diri :

 Kelompok Ilmiah Remaja

 Jurnalistik

English Club

 Musik/Orkestra

 Tekhnisi Komputer

 Keterampilan Putri

 Komputer Akuntansi

 Teater

 Tari/Modern Dance

 Basket

 Pecinta Alam

 Volley

Setiap peserta didik diberi kesempatan kesempatan untuk memilih 1

jenis pengembangan diri/ekstrakurikuler yang ada di SMA Stella Duce 2

Yogyakarta. Segala aktivitas peserta didik berkenaan dengan kegiatan

pengembangan diri di bawah pembinaan dan pengawasan guru pembina yang

telah ditugasi oleh kepala sekolah

4. Vita Communika (Vit – Com)

Vita Communika merupakan waktu khusus untuk siswa secara

individual maupun klasikal untuk melakukan perbincangan dengan wali


(69)

5. Beban Belajar

Beban belajar yang diatur di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta dengan

menggunakan sistem paket yaitu sistem penyelenggaraan program pendidikan

yang peserta didiknya diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran

dan beban belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan

struktur kurikulum yang berlaku pada SMA Stella Duce 2 Yogyakarta. Beban

belajar setiap mata pelajaran pada sistem paket dinyatakan dalam satuan jam

pembelajaran.

Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan

oleh peserta didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap

muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Semua itu

dimaksudkan untuk mencapai standar kompetensi lulusan dengan

memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik.

Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses

interaksi antara peserta didik dengan pendidik. Beban belajar kegiatan tatap

muka per jam pembelajaran di SMA Stella Duce Yogyakarta berlangsung

selama 45 menit.

Jumlah jam tatap muka yang tercantum dalam struktur kurikulum

sekolah adalah sebagai berikut:

No Kelas Jumlah Jam Pelajaran Per Minggu

1 X 40

2 XI 40


(70)

BAB V

HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Observasi

Penelitian tindakan kelas dengan metode pembelajaran kooperatif tipe

jigsawpada kelas XC SMA Stella Duce 2 Yogyakarta ini dilakukan dalam tiga

siklus atau tiga kali pertemuan. Berikut ini akan diuraikan kegiatan pada

masing-masing siklus yang dilakukan selama penelitian berlangsung.

1. Siklus Pertama

Siklus pertama ini dilaksanakan pada hari Rabu, 3 Oktober 2007

pada jam pertama sampai dengan jam kedua. Pelaksanaan pembelajaran

kooperatif ini bertepatan dengan hari puasa, sehingga setiap jam

pembelajaran dikurangi 5 menit. Jumlah waktu bersih yang digunakan

untuk pembelajaran dengan demikian hanya 2 x 40 menit (pukul 07.00 –

08.20). Materi pembelajaran ini adalah perilaku produsen. Materi

pembelajaran dibawakan oleh guru mitra yaitu Ibu Dra. R. Tuti

Ratnaningsih. Peserta pembelajaran adalah siswa kelas XC semester I pada

tahun ajaran 2007-2008. Jumlah siswa pada kelas XC adalah 34 siswa.

Keseluruhan siswa hadir pada pembelajaran kooperatif siklus pertama.

Adapun metode pembelajaran kooperatif yang diterapkan adalah tipe

jigsaw. Berikut ini dideskripsikan penerapan metode pada siklus pertama:


(71)

a. Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan penyusunan rencana tindakan

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Langkah-langkah perencanaan yang

diterapkan pada siklus pertama adalah sebagai berikut:

1) Peneliti dan guru membentuk kelompok kooperatif. Kelompok

kooperatif ini terdiri atas kelompok asal dan kelompok para ahli.

Kelompok asal dibentuk dengan cara siswa berhitung secara berurutan

dari angka 1 sampai dengan 6 dimulai dari siswa yang duduk pada

kursi paling belakang sampai dengan siswa yang duduk pada kursi

paling depan. Setelah acara berhitung selesai, masing-masing siswa

berkumpul sesuai dengan angka yang sama dalam satu kelompok.

Siswa yang mendapat angka 1 berkumpul dengan siswa lain yang

mendapat angka 1. Demikian seterusnya sampai dengan siswa yang

mendapat angka 6. Kelompok ini selanjutnya disebut kelompok asal.

Selanjutnya dalam kelompok asal, masing-masing anggota kelompok

menomori dirinya dengan nomor kepala 1-6. Kemudian siswa yang

mempunyai nomor kepala yang sama dengan anggota kelompok asal

lain, berkumpul dan membentuk kelompok. Siswa yang mempunyai

nomor kepala 1 berkumpul dengan siswa yang mempunyai nomor

kepala 1 anggota kelompok asal lainnya. Demikian seterusnya sampai

dengan siswa yang mempunyai nomor kepala 6. Kelompok ini

selanjutnya diberi nama kelompok ahli 1, kelompok ahli 2 sampai


(72)

2) Peneliti dan guru mitra bersama-sama mempersiapkan perangkat

pembelajaran yang akan digunakan. Perangkat pembelajaran mencakup

rencana pelaksanaan pengajaran (RPP), materi, lembar kerja siswa

(LKS), kuis, dan lembar jawab.

a. Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP)

RPP dibuat untuk satu kali pertemuan. RPP memuat standar

kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran,

materi, metode pembelajaran, langkah pembelajaran, sumber dan

media pembelajaran, serta evaluasi. Semua dibuat secara rinci dan

sistematis (lampiran 1a, hal: 147)

b. Materi

Materi ajar pada siklus pertama adalah perilaku produsen. Peneliti

dan guru mitra membuat handout. Handout berisi tentang materi

perilaku produsen dan beberapa pertanyaan yang ditujukan kepada

siswa untuk dijawab dan dibahas dalam diskusi. Handout ini

selanjutnya diberikan kepada siswa setelah pembagian kelompok

selesai (lampiran 2a, hal: 161)

c. Kuis dan lembar jawab

Soal kuis pada siklus pertama terdiri dari 3 pertanyaan dalam bentuk

essay. Soal-soal kuis disusun oleh peneliti dengan persetujuan guru

mitra. Dalam lembar kuis disediakan kolom jawaban yang

diharapkan memudahkan siswa menjawab soal-soal kuis (lampiran


(73)

3). Peneliti menyiapkan dan menyusun instrumen pengumpulan data.

Instrumen pengumpulan data penelitian ini meliputi:

(a) Lembar observasi kegiatan guru di kelas. Cakupan isi lembar

observasi kegiatan guru antara lain: penjelasan metode pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw, pengorganisasian sub pokok bahasan dari

yang bersifat umum ke khusus, interaksi guru dengan siswa,

keterlibatan dalam pembelajaran kelompok, dan pengelolaan kelas

(lampiran 4, hal: 171).

(b) Lembar observasi pengamatan kelas. Cakupan isi lembar

pengamatan kelas antara lain: interaksi antar siswa, sumber belajar,

kelengkapan atribut kelas, dan kedisiplinan (lampiran 5, hal: 179).

(c) Lembar penilaian proses belajar (diskusi) kelompok. Cakupan isi

lembar penilaian proses (diskusi) kelompok antara lain: konsentrasi,

keaktifan (mendengar orang lain, menyatakan pendapat), pembagian

tugas, menghargai saran dan pendapat teman (lampiran 6, hal: 187).

(d) Lembar observasi pengamatan terhadap siswa. Cakupan isi lembar

obesrvasi keterlibatan siswa antara lain: bertanya, menyatakan

definisi, memberikan tanggapan jawaban, menarik kesimpulan dan

menemukan konsep (lampiran 7, hal: 191 ).

b. Tindakan

Pada tahap tindakan, peneliti mengimplementasikan pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw sesuai dengan rencana tindakan. Adapun


(74)

1) Penyampaian sekilas materi

Sebelum materi pelajaran mengenai perilaku produsen diberikan, guru

memberikan pengantar. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengantar

siswa masuk ke dalam materi yang akan dipelajari pada hari itu. Guru

melontarkan pertanyaan-pertanyaan sederhana seputar materi perilaku

produsen kepada siswa ± 5 menit. Suasana kelas cukup kondusif. Hal

ini tampak dari keaktifan siswa dalam menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru.

2) Pembagian kelompok

Sebelum pembagian kelompok, guru menjelaskan secara teknis

mengenai metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang akan

dilakukan selama jam pelajaran berlangsung. Situasi di kelas cukup

kondusif. Siswa memperhatikan penjelasan guru dengan seksama.

Selanjutnya guru membagi kelompok menjadi enam kelompok dengan

cara siswa menghitung angka satu sampai dengan enam dari tempat

duduk masing-masing. Masing-masing kelompok beranggotakan 5-6

orang. Kemudian masing-masing orang dalam kelompok menomori

dirinya sendiri sebagai orang pertama, orang kedua sampai dengan

orang keenam. Kelompok yang terbentuk heterogen, karena setiap

minggu denah tempat duduk selalu berganti agar antara siswa satu

sama lain lebih saling mengenal. Mengingat waktu yang terbatas dan

materi yang cukup panjang dan mudah pada siklus pertama ini, maka


(75)

yang direncanakan. Ada perbedaan antara perencanaan dengan

tindakan. Dalam perencanaan dirumuskan bahwa ada pembentukan

kelompok asal dan kelompok ahli. Namun pada tahap tindakan ini

hanya dibentuk kelompok ahli saja.

3) Diskusi

Setelah pembagian kelompok ahli selesai, selanjutnya guru memberi

kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk membaca materi

dari buku paket. Materi dibagi menjadi 2 bagian. Bagian pertama

materi berisi pokok bahasan arti dan tujuan produksi. Bagian kedua

materi berisi pokok bahasan bidang dan tahap produksi. Kelompok

siswa dengan nomor kepala 1, 2, dan 3 diberi kesempatan untuk

membaca bagian pertama materi sedangkan kelompok siswa dengan

nomor kepala 4, 5, dan 6 membaca bagian kedua materi. Selanjutnya

guru menulis di papan tulis mengenai pertanyaan-pertanyaan yang

ditujukan kepada siswa dengan nomor kepala 1, 2, 3 dan siswa dengan

nomor kepala 4, 5, 6 untuk didiskusikan di dalam kelompok ahli.

Setelah siswa selesai membaca, kemudian siswa diberi kesempatan

untuk mengerjakan soal yang tertulis di papan tulis sesuai dengan

nomor kepala masing-masing siswa. Siswa mengerjakan soal dengan

cara saling berdiskusi antar anggota yang memperoleh bagian materi

yang sama. Setelah selesai membaca dan mengerjakan soal,

selanjutnya siswa dengan nomor kepala 1, 2, dan 3 saling memberitahu


(1)

(2)

(3)

Lampiran 14

Instrumen Pengamatan Terhadap Siswa

(Catatan Anekdotal)

Nama Pengamat :

Tanggal dan waktu observasi :

Lamanya observasi :

Orang dan/atau peristiwa yang diamati : Tingkat Kelas (grade) :

Tujuan observasi :

Mengetahui Kepala Sekolah

( _________________ )

Guru Mitra Observer

( __________________ ) ( _______________ )

219


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 TRUNUH Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar IPS Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Trunuh Kec

0 1 15

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI.

0 5 31

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas XF SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.

1 9 273

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) dalam pembelajaran ekonomi untuk meningkatkan prestasi belajar belajar siswa : studi kasus pada siswa kelas X SMA Stella Duce I Yogyakarta.

0 4 195

Peningkatan pemahaman siswa melalui penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD pada mata pelajaran akuntansi SMA : studi kasus siswa kelas XI IPS 3 SMA Stella Duce 2.

1 4 188

Peningkatan partisipasi dan motivasi siswa melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) dalam mata pelajaran ekonomi : studi kasus siswa kelas XC SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

0 0 241

PENINGKATAN PARTISIPASI, MOTIVASI, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN EKONOMI Studi Kasus Siswa Kelas XC SMA Stella Duce 2 Yogyakarta SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mempe

0 3 241

Peningkatan pemahaman konsep siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta pada pokok bahasan zat dan wujudnya melalui pembelajaran dengan metode kooperatif tipe Jigsaw II - USD Repository

0 0 287

Peningkatan partisipasi dan motivasi siswa melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) dalam mata pelajaran ekonomi : studi kasus siswa kelas XC SMA Stella Duce 2 Yogyakarta - USD Repository

0 0 239

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XF SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA SKRIPSI

0 0 271