siprofloksasin yaitu obat golongan kuinolon. Terapi ini cukup berhasil Misnadiarly, 2001.
Terdapat beberapa obat selain antibiotika yang perlu diberikan pada pasien ulkus DM. Beberapa obat lain yang biasa digunakan oleh pasien untuk
mempercepat penyembuhan ulkus DM antara lain insulin, neurotropik, kompres luka, obat antitrombosit cilostazol atau pletaal, neurontin, dan oksoferin solution
untuk terapi lokal Misnadiarly, 2001.
C. Antibiotika 1. Definisi
Antibiotika adalah obat yang membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri dan merupakan salah satu antimikroba selain obat antivirus, antijamur, dan
antiparasit. Antibiotika relatif tidak berbahaya bagi manusia dan digunakan untuk mengobati infeksi. Semula antibiotika hanya berasal dari organisme hidup tetapi
sekarang terdapat antimikroba sintesis. Beberapa antibiotika berasal dari jamur misalnya golongan penisilin. Antibiotika umumnya molekul–molekul kecil
dengan berat molekul kurang dari 2000 Anonim, 2006a.
2. Terapi antibiotika
Antibiotika umumnya diresepkan untuk lima sampai tujuh hari. Secara umum terapi dihentikan tiga hari setelah gejala-gejala infeksi hilang. Pemantauan
dini tiga hari setelah permulaan terapi penting untuk menentukan tepat atau tidaknya pemberian antibiotika. Jika pemberian antibiotika tepat maka pengobatan
dilanjutkan seperti semula. Namun jika belum tepat dapat dilakukan peningkatan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
atau penurunan pengobatan antibiotika. Peningkatan pengobatan dilakukan dengan beralih dari pengobatan oral ke parenteral, menaikkan dosis, atau beralih
ke antibiotika dengan spektrum yang lebih luas. Penurunan pengobatan dilakukan dengan beralih dari pengobatan parenteral ke oral, menurunkan dosis, atau beralih
ke antibiotika dengan spektrum yang lebih sempit dan spesifik. Pengobatan antibiotika dihentikan apabila infeksi sembuh yaitu tujuan pengobatan telah
dicapai atau bila diagnosisnya berubah Juwono Prayitno, 2003. Kombinasi antibiotika dapat digunakan pada berbagai keadaan seperti
pengobatan permulaan pada pasien dengan infeksi berat, infeksi polimikroba, mencegah resistensi mikroorganisme, mengurangi toksisitas yang berkaitan
dengan dosis, dan untuk mendapatkan efek sinergistik. Antibiotika yang dipilih harus berdasarkan pola kepekaan kuman, pengalaman klinis, tempat aksi,
toksisitas, dan harga. Akibat merugikan yang mungkin timbul perlu diperhatikan pada terapi kombinasi seperti antagonisme, meningkatnya efek samping,
superinfeksi, dan kenaikan biaya Juwono Prayitno, 2003. Keberhasilan terapi antibiotika dilihat dari kondisi klinis pasien dan hasil
uji laboratorium. Kondisi klinis pasien ditandai dengan menurunnya suhu badan, berkurangnya nyeri, berkurangnya warna merah, berkurangnya pembengkakan
pada tempat infeksi, sputum menjadi jernih, dan air kemih menjadi tidak keruh atau tidak bau Juwono Prayitno, 2003. Hasil uji hematologi menunjukkan
jumlah leukosit dan laju endap darah LED menurun. C reactive protein menurun terlihat dari hasil uji biokimia. Hasil uji mikroskopis tidak tampak kuman pada
pus. Tidak ada pertumbuhan kuman pada biakan dan hasil uji X-ray dinyatakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
membaik Juwono Prayitno, 2003. Sebab-sebab kegagalan terapi antibiotika adalah mikroorganisme penyebab infeksi resisten terhadap antibiotika yang
digunakan, salah diagnosis, pemilihan antibiotika benar tetapi dosis atau rute pemberiannya salah, antibiotika tidak dapat mencapai tempat infeksi, adanya
timbunan pus yang harus dikeluarkan dengan pembedahan, adanya benda asing atau jaringan nekrotik yang harus disingkirkan, adanya infeksi sekunder, demam
yang diakibatkan oleh penggunaan antibiotika, dan pasien tidak mematuhi pengobatan Juwono Prayitno, 2003.
3. Antibiotika ulkus DM