tersebut mempermudah ulkus dan infeksi yang dapat mengakibatkan amputasi. Kebanyakan amputasi dicegah dengan perawatan teratur dan menggunakan alas
kaki sesuai untuk mengurangi gesekan dan tekanan pada kaki Anonim, 2006c. Masalah pada kaki kebanyakan terjadi apabila terdapat kerusakan saraf
yang mengakibatkan hilangnya rasa pada kaki. Kerusakan saraf mengakibatkan rasa sakit, panas, dan dingin pada luka menjadi tidak terasa. Hilangnya rasa pada
kaki kadang-kadang juga mengakibatkan seseorang tidak mengetahui adanya luka. Luka lama-kelamaan melepuh dan seseorang tetap tidak akan merasakan.
Kemungkinan luka terus terbuka dan akhirnya terinfeksi Anonim, 2006c. Infeksi yang menjalar sampai ke tulang dapat mengakibatkan amputasi. Gambar amputasi
alat gerak bawah pada pasien ulkus DM disajikan dalam gambar berikut.
Gambar 4. Amputasi alat gerak bawah pasien ulkus DM Anonim, 2005b
2. Infeksi ulkus DM
Perawatan ulkus sesegera mungkin sangat penting karena semakin lama ulkus terbuka kemungkinan terjadinya infeksi semakin besar. Ulkus terinfeksi jika
bakteri masuk kaki melalui kulit yang luka. Bakteri tersebut akan tumbuh dan menyebar di dalam darah dan mengakibatkan infeksi. Pada kasus-kasus berat
infeksi dapat menjalar sampai kaki bagian atas bukan hanya telapak kaki. Tanda-tanda ulkus terinfeksi meliputi merah, bengkak, luka semakin mengering,
peningkatan gula darah secara tiba-tiba, demam, dan kelelahan. Rasa sakit mungkin tidak terasa oleh karena neuropati Kalla, 2006. Ulkus semakin cepat
sembuh apabila tidak terinfeksi Anonim, 2006b. Ulkus pasien DM yang terinfeksi disajikan dalam gambar berikut.
Gambar 5. Ulkus terinfeksi Anonim, 2005b
3. Faktor risiko amputasi alat gerak bawah
Ulkus disebabkan oleh berbagai faktor dan dapat mengakibatkan amputasi. Beberapa faktor risiko amputasi alat gerak bawah pada ulkus DM dirinci sebagai
berikut. a. Neuropati perifer mengakibatkan hilangnya rasa pada kaki dan juga
mengakibatkan berkurangnya keringat sehingga kulit kering dan retak–retak. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Ketidakcukupan aliran darah arteri. c. Kelainan bentuk kaki dan pembentukan kalus pada daerah yang sering
mendapatkan tekanan. d. Kegemukan yang mengakibatkan terbatasnya gerakan.
e. Tidak baiknya kontrol glukosa darah yang mengganggu penyembuhan luka. f. Alas kaki yang tidak baik mengakibatkan kerusakan kulit karena tidak dapat
melindungi kulit dari tekanan dan gesekan. g. Riwayat ulkus atau amputasi alat gerak bawah Armstrong Lavery, 1998.
4. Penatalaksanaan ulkus DM
Outcome atau dampak terapi yang diharapkan adalah sembuh. Semakin
cepat sembuh memperkecil kemungkinan terjadinya infeksi. Ulkus pada pasien diabetes harus dirawat. Tujuan perawatan ulkus DM yaitu mengurangi risiko
infeksi dan amputasi, memperbaiki fungsi dan kualitas hidup pasien, dan mengurangi biaya perawatan kesehatan Anonim, 2006b.
Sasaran terapi ulkus DM adalah kuman penginfeksi. Infeksi biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus, bakteri Gram–negatif aerob seperti
Enterobacter sp ., Escherichia coli, Klebsiella sp., Proteus mirabilis,
Pseudomonas aeruginosa , dan bakteri anaerob seperti Peptostreptococcus
Guglielmo, 2001. Kuman penginfeksi dan antibiotika yang sensitif terhadap kuman penginfeksi tersebut dapat diketahui dengan kultur dan sensitivitas tes.
Strategi terapi dapat dilakukan secara nonfarmakologis dan farmakologis. Terapi nonfarmakologis dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut.
a. Periksa kondisi telapak kaki dengan mencari perubahan apapun dan atau kerusakan kulit seperti merah, bengkak, keretakan kulit, luka-luka, perdarahan,
gatal, atau mati rasa. Perubahan apapun di telapak kaki menjadi tahap awal yang kemungkinan besar dapat menjadi berat.
b. Jaga telapak kaki selalu bersih. Cuci dengan sabun dan air hangat setiap hari untuk menjaga kebersihan telapak kaki. Jangan merendam telapak kaki terlalu
lama. Pastikan air yang digunakan untuk membasuh telapak kaki tidak panas tetapi hangat. Caranya yaitu dengan mengecek menggunakan siku tetapi
jangan menggunakan tangan dan telapak kaki karena perbedaan temperaturnya tidak dapat dirasakan dengan tepat.
c. Berikan perlakuan yang halus pada kulit. Sepertiga dari seluruh penderita DM menderita kekeringan kulit pada telapak kaki. Perlu diberikan pelembab setiap
hari pada telapak kaki untuk mencegah kekeringan dan pecah-pecah kulit karena kerusakan kulit dapat menjadi masalah serius. Jika sangat kering maka
berikan perawatan yang lebih khusus pada kulit. d. Hindari panas. Jangan menggunakan alas pemanas atau botol yang berisi air
panas pada kaki atau telapak kaki untuk alasan apapun. e. Selalu mengenakan pakaian longgar. Jika terdapat masalah sirkulasi darah
maka hindari menyilangkan kedua kaki dan jangan gunakan kaos kaki yang terlalu kencang atau pakaian yang dapat membatasi aliran darah menuju
telapak kaki. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
f. Dengarkan saran ahli kesehatan. Pastikan selalu konsultasi dengan ahli kesehatan dan jangan melakukan pengobatan apapun pada telapak kaki
sebelum konsultasi dengan ahli kesehatan yang berkompeten. g. Hati-hati dengan alat-alat tajam. Jangan memotong sendiri kalus-kalus pada
telapak kaki tanpa pertolongan petugas kesehatan karena dapat memicu infeksi. Terjadinya infeksi harus dihindari pada pasien DM karena dapat
mengakibatkan komplikasi yang semakin berat. h. Pelihara berat badan yang sesuai. Jika perlu kurangi berat badan. Hal ini tidak
hanya mengontrol diabetes tetapi juga mengurangi tekanan pada telapak kaki. i. Jaga kondisi telapak kaki. Jangan berjalan tanpa menggunakan alas kaki.
Sebelum menggunakan sepatu, periksa dan pastikan tidak ada kerikil atau permukaan kasar di dalam sepatu. Pastikan kaos kaki yang akan digunakan
tidak ada lipatan kasar atau daerah yang ditambal. Segala sesuatunya harus benar-benar pas dan nyaman Kalla, 2006.
Terapi farmakologis dilakukan dengan pemberian antibiotika dan tindakan pembedahan luka atau amputasi. Antibiotika dan pembedahan penting untuk ulkus
terinfeksi. Perawatan pasien rawat jalan dilakukan dengan merawat dan membersihkan luka, kultur kuman, dan pemberian antibiotika oral kemudian
dievaluasi dalam tiga sampai lima hari. Perawatan pasien rawat inap dilakukan dengan pembedahan, kultur darah dan luka selanjutnya pemberian antibiotika
empirik sebagai permulaan Lipsky, et al., 2004. Pengobatan ulkus dimulai dengan mengenal dan menghilangkan penyebab Kalla, 2006.
Faktor-faktor penting perawatan ulkus DM adalah mencegah infeksi, menghindari tekanan pada ulkus, membersihkan jaringan dan kulit mati atau
debridemen, melakukan pengobatan atau pembalutan luka, dan mengatur kadar glukosa darah agar tidak terlalu tinggi Anonim, 2006b. Perawatan dan
pembalutan luka juga penting untuk mencegah infeksi. Jenis-jenis perawatan dan pembalutan tergantung tingkat keparahan ulkus. Sebagian besar ulkus keadaannya
semakin baik dengan pengurangan tekanan dan pembalutan luka Kalla, 2006. Debridemen merupakan tahap awal evaluasi ulkus. Debridemen
menghilangkan semua jaringan nekrosis dan kalus yang ada di sekeliling ulkus sampai dinyatakan sehat dan tidak terjadi perdarahan lagi di tepi luka. Sesudah
debridemen sebaiknya ulkus diperiksa untuk menentukan keterlibatan struktur-struktur mendasar seperti tendon, tulang atau tulang sendi. Keterlibatan
struktur-struktur mendasar, ada tidaknya iskhemia dan infeksi harus ditentukan sebelum dilakukan penggolongan kondisi klinis pasien yang tepat untuk membuat
rencana perawatan yang akan dilaksanakan Armstrong Lavery, 1998. Tanpa memperhatikan perawatan, terdapat beberapa ulkus yang tidak
dapat sembuh. Ulkus diabetes seringkali lambat sembuh. Salah satu penyebabnya adalah protein-protein yang menyembuhkan luka atau faktor-faktor pertumbuhan
rusak. Faktor-faktor pertumbuhan ini adalah protein-protein yang memegang peranan penting dalam proses penyembuhan luka. Tidak berfungsinya faktor-
faktor pertumbuhan menyebabkan ulkus tidak dapat sembuh Kalla, 2006. Obat pilihan infeksi ulkus DM adalah seftriakson yaitu obat golongan
sefalosporin generasi ketiga. Mekanisme aksinya menghambat sintesis dinding sel PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bakteri. Indikasi antibiotika ini untuk infeksi kulit, struktur kulit, bakteri Gram positif, Gram negatif, infeksi tulang, dan tulang sendi Lacy, Armstrong,
Goldman, dan Lance, 2003. Dosis dan aturan pakai pasien dewasa diberikan secara injeksi intramuskuler dalam, bolus intravena atau infus 1 ghari dalam dosis
tunggal. Pada infeksi berat diberikan 2–4 ghari dosis tunggal. Dosis lebih dari 1 g harus diberikan pada dua tempat atau lebih. Untuk profilaksis bedah diberikan 1 g
dosis tunggal Anonim, 2000. Efek samping yang mungkin timbul adalah diare dan kolitis pada penggunaan dosis tinggi Anonim, 2000. Selain itu, dapat juga
mengakibatkan gangguan darah seperti eosinofilia, trombositosis, dan leukopenia Lacy, et al., 2003. Kontraindikasi adalah pasien yang hipersensitif terhadap
sefalosporin dan antibiotika beta laktam lainnya. Interaksi obatnya yaitu dengan aminoglikosida menghasilkan aktivitas antibakteri yang sinergis namun
meningkatkan potensi nefrotoksik. Seftriakson dengan probenesid dosis tinggi dapat mengurangi klirens. Tindakan pencegahan atau peringatannya yaitu kurangi
dosis pada pasien dengan kerusakan ginjal berat, memperpanjang penggunaan pada superinfeksi, gunakan dengan hati–hati pada pasien yang mempunyai
riwayat alergi penisilin, dan dapat menyebabkan kolitis Lacy, et al., 2003. Infeksi pada penderita DM adalah multibakteri yaitu disebabkan oleh
bakteri Gram negatif, Gram positif, bakteri anaerob, stafilokokus, dan streptokokus. Bakteri–bakteri penyebab infeksi tersebut dapat membentuk toksin
yang dapat menyebabkan trombus pada arteri jari kaki sehingga memperparah ulkus DM. Penanganan infeksi dapat dilakukan dengan memberikan
siprofloksasin yaitu obat golongan kuinolon. Terapi ini cukup berhasil Misnadiarly, 2001.
Terdapat beberapa obat selain antibiotika yang perlu diberikan pada pasien ulkus DM. Beberapa obat lain yang biasa digunakan oleh pasien untuk
mempercepat penyembuhan ulkus DM antara lain insulin, neurotropik, kompres luka, obat antitrombosit cilostazol atau pletaal, neurontin, dan oksoferin solution
untuk terapi lokal Misnadiarly, 2001.
C. Antibiotika 1. Definisi