Hubungan antara Fasilitas Kerja dengan Gaya Mengajar Instruktur

Langkah selanjutnya adalah membandingkan harga r hasil perhitungan r hitung dengan harga r pada tabel product moment r tabel dengan dk = n–2 dk = 47 – 2 = 45 sehingga diperoleh harga r tabel sebesar 0,294 lihat lampiran VII halaman 128. H ditolak jika r hitung r tabel . Berdasarkan data diatas diketahui bahwa harga r hitung harga r tabel atau 0,299 0,294. Oleh karena itulah, H ditolak. Hal ini berarti ada hubungan yang signifikant antara pengalaman kerja dengan gaya mengajar instruktur di Balai Latihan Kerja. Langkah selanjutnya adalah menentukan tinggirendahnya hubungan antara pengalaman kerja dengan gaya mengajar instruktur. Tinggirendahnya hubungan antara pengalaman kerja dengan gaya mengajar instruktur dapat dilihat dalam tabel indeks dan interpretasi korelasi di bab III. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa nilai koefisien korelasi r = 0,299. Hal ini berarti derajat hubungan antara variabel pengalaman kerja dengan gaya mengajar instruktur termasuk dalam kategori rendah.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Hubungan antara Fasilitas Kerja dengan Gaya Mengajar Instruktur

di Balai Latihan Kerja Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara fasilitas kerja dengan gaya mengajar instuktur di Balai Latihan Kerja. Tanda positif pada koefisien korelasi r Pearson menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif. Hal ini berarti korelasi antara fasilitas kerja dengan gaya mengajar instruktur mempunyai arah hubungan yang sama. Artinya bahwa semakin baik fasilitas kerja yang disediakan oleh BLK Jogjakarta untuk menunjang segala kegiatan instruktur di BLK tersebut maka semakin baik pula gaya mengajar instruktur tersebut. Kondisi peralatan kerja yang baik dan lengkap, penerangan dan kelembaban udara yang cukup merupakan bagian dari kondisi fasilitas kerja yang baik. Fasilitas kerja yang baik adalah fasilitas kerja yang dapat melancarkan atau mendukung instruktur untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Fasilitas kerja yang baik dapat memotivasi instruktur dalam meningkatkan kinerjanya sebagai tenaga pelatih di kelas prakteknya. Dengan meningkatnya kinerja instruktur maka instruktur tersebut dapat menciptakan berbagai variasi dalam gaya mengajarnya. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Ahyari 1983:207 yang menyatakan bahwa jika lingkungan kerja yang baik dalam suatu instansi dapat terealisasi maka akan menjadikan produktivitas kerja karyawan instansi tersebut akan meningkat. Instruktur yang produktif akan selalu menciptakan kreativitas-kreativitas dalam mengajar. Harga signifikant value sebesar 0,33 menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara fasilitas kerja dengan gaya mengajar adalah signifikan. Dengan demikian, terdapat hubungan yang berarti antara fasilitas kerja dengan gaya mengajar instruktur di BLK Jogjakarta. Oleh karena itulah, pihak BLK Jogjakarta lebih memperhatikan lagi fasilitas kerja yang digunakan oleh instruktur dalam menunjang program latihannya baik dari segi kelengkapan fasilitas kerja tersebut maupun dari segi perawatan fasilitas kerja itu. Berdasarkan tabel indeks dan interpretasi korelasi, hubungan antara fasilitas kerja dengan gaya mengajar instruktur mempunyai hubungan yang rendah. Koefisien korelasi antara fasilitas kerja dengan gaya mengajar instruktur adalah 0,312 termasuk dalam kategori rendah. Hal ini disebabkan fasilitas kerja khususnya peralatan yang digunakan instruktur dalam mengajar, misalnya mesin-mesin banyak yang rusak dan sudah ketinggalan jaman out of date. Kelembaban udara yang kurang terjaga, pemakaian yang mesin yang sembarangan merupakan beberapa contoh dari penyebab rusaknya peralatan kerja tersebut. Selain itu, kurangnya penerangan dan sulitnya mendapatkan aliran listrik di kelas praktek juga merupakan penyebab dari rendahnya hubungan antara fasilitas kerja dengan gaya mengajar instruktur. Kondisi seperti itu akan membuat instruktur menjadi tidak semangat dalam mengajar. Gaya mengajar yang digunakannya pun monoton. Akibatnya kelas praktek menjadi lesu, gairah belajar siswa pun menurun. Analisis deskripsi data menunjukkan bahwa fasilitas kerja di BLK Jogjakarta termasuk dalam kategori baik. Terciptanya fasilitas kerja yang baik merupakan usaha yang melibatkan seluruh personil yang ada di BLK Jogjakarta baik karyawan normatif, instruktur maupun siswa yang mengikuti pelatihan di BLK. Dengan adanya fasilitas kerja yang baik maka instruktur pun semakin leluasa untuk mengembangkan gaya mengajarnya dalam suatu kelas praktek. Hal ini akan mengakibatkan kelas praktek akan menjadi hidup dan tidak membosankan. Dengan demikian lulusan dari BLK Jogjakarta pun menjadi semakain berkualitas yang nantinya dapat menjadi salah satu unsur penarik minat masyarakat untuk berlatih di BLK Jogjakarta.

2. Hubungan antara Pendidikan dan Pelatihan Diklat dengan Gaya