Hubungan antara Pengalaman Kerja dengan Gaya Mengajar

mempunyai hubungan yang agak rendah. Koefisien korelasi antara fasilitas kerja dengan gaya mengajar instruktur adalah 0,447 termasuk dalam kategori agak rendah. Hal ini disebabkan dalam mengikuti diklat banyak instruktur yang ikut-ikutan saja. Dalam artian diklat hanya sebagai prasyarat untuk menaikkan jabatan. Selain itu, ada juga alasan dalam mengikuti diklat yaitu untuk refreshing. Kesibukan instruktur dalam mengajar misalnya menyusun program latihan yang meliputi kurikulum, silabus alat dan bahan latihan dan sebagainya membuat instruktur menjadi penat sehingga membutuh refreshing agar dapat kembali bersemangat dalam bekerja. Dalam pelaksanaan diklat, instruktur diturut untuk aktif dalam mengikuti kegiatan diklat dari kegiatan awal diklat sampai pada kegiatan akhir diklat. Bila instruktur malas-malasan dalam mengikuti kegiatan diklat maka hasil yang akan diperolehnya pun tidak optimal. Dengan demikian, instruktur tersebut akan mendapatkan pengetahuan yang terbatas. Hal ini pun akan mengakibatkan instruktur tersebut menjadi tidak kreatif dalam mengembangkan gaya mengajarnya.

3. Hubungan antara Pengalaman Kerja dengan Gaya Mengajar

Instruktur di Balai Latihan Kerja Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketiga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengalaman kerja dengan gaya mengajar instuktur di Balai Latihan Kerja. Diterimanya hipotesis ini disebabkan oleh pengalaman kerja instruktur di BLK Jogjakarta sudah cukup lama sehingga dapat dipastikan bahwa instruktur tersebut sudah mengalami dan menghadapi berbagai macam situasi ketika mengajarmelatih dan mengetahui karakteristik siswanya dari tahun ke tahun dan hal tersebut mampu menempa pribadi instruktur itu ke arah yang lebih baik lagi. Tanda positif pada koefisien korelasi r Pearson menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif. Hal ini berarti korelasi antara pengalaman kerja dengan gaya mengajar mempunyai arah hubungan yang sama. Artinya bahwa semakin lama pengalaman kerja yang dimiliki oleh instruktur di BLK Jogjakarta maka semakin baik pula gaya mengajar instruktur tersebut. Dengan pengalaman kerja yang lama maka instruktur tersebut telah banyak berinteraksi dengan berbagai macam situasi dalam kelas prakteknya. Instruktur tersebut juga sudah bisa mengenal berbagai macam karakteristik siswa. Dengan demikian, masalah-masalah yang timbul dalam kelas praktek akan dapat dengan mudah diatasi oleh instruktur tersebut. Pengalaman kerja seorang instruktur pun akan menuntun instruktur tersebut dengan lebih mudah dalam mengambil langkah- langkah yang tepat pada saat atau situasi tertentu dalam proses belajar- mengajar. Instruktur tersebut juga semakin menguasai gaya mengajar yang bisa diterapkannya dalam suatu kondisi di kelas prakteknya. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Maryoto 1987:90 yang menyatakan bahwa pengalaman kerja yang dimiliki seseorang kadang lebih dihargai daripada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Harga signifikant value sebesar 0,41 menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara pengalaman kerja dengan gaya mengajar adalah signifikan. Dengan demikian terdapat hubungan yang berarti antara pengalaman kerja dengan gaya mengajar instruktur di BLK Jogjakarta. Oleh karena itulah, dalam perekrutan instruktur, pengalaman kerja seorang instruktur menjadi aspek yang harus diperhatikan oleh pihak BLK Jogjakarta. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Maryoto 1987:48 yang menyatakan bahwa suatu perusahaan akan cenderung memilih pelamar yang sudah berpengalaman daripada yang tidak berpengalaman karena mereka yang berpengalaman dipandang lebih mampu dalam melaksanakan tugas yang nantinya akan dikerjakan. Instruktur yang berpengalaman akan dipandang lebih mampu menciptakan suasana kelas yang harmonis dalam proses latihan dibandingkan dengan instruktur yang kurang berpengalaman. Hal ini berarti dengan pengalaman kerja yang tinggi, instruktur mampu meningkatkan kualitas dan kemampuan mengajarnya sehingga dapat mengoptimalkan gaya mengajar instruktur tersebut dalam setiap proses belajar dan berlatih yang diselenggarakan pada waktu itu. Hal serupa juga dikemukakan oleh Yuniarti. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara pengalaman kerja dengan keterampilan mengajar guru. Pengalaman kerja akan mempengaruhi keterampilan mengajar guru. Guru yang berpengalaman akan dipandang lebih mampu dan produktif dibandingkan guru yang kurang berpengalaman. Hal ini berarti dengan pengalaman kerja yang tinggi, maka guru dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan efisien dan efektif serta kualitas dan kemampuan kerja menjadi bertambah dan bekembang. Semakin lama guru bekerja akan lebih terampil dalam mengajar sehingga mendapatkan hasil kerja yang tinggi. Berdasarkan tabel indeks dan interpretasi korelasi, hubungan antara pengalaman kerja dengan gaya mengajar instruktur mempunyai hubungan yang rendah. Koefisien korelasi antara fasilitas kerja dengan gaya mengajar instruktur adalah 0,299 termasuk dalam kategori rendah. Hal ini disebabkan semakin lama instruktur bekerja maka instruktur tersebut juga akan semakin berkutat dengan rutinitas kegiatan belajar- mengajar dalam kelas prakteknya. Frekuensi rutinitas yang tinggi dan kegiatan mengajar yang itu-itu saja tanpa diiringi dengan variasi-variasi dalam mengajar akan menciptakan tingkat kejenuhan dalam mengajar pada diri instuktur tersebut. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Simanjuntak 1985:34 yang menyatakan bahwa keterampilan yang dikerjakan berulang-ulang akan menjadi gerakan yang otomatis dan menjadi suatu kebiasaan sehingga keterampilan yang dimiliki akan menurun sampai tingkat yang paling minimal. Instruktur tersebut pun akan mengalami kebosanan dan mencapai titik kejenuhan dalam mengajar sehingga instruktur tersebut tidak bisa lagi kreatif dalam mengembangkan gaya mengajarnya.

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Terdapat hubungan antara fasilitas kerja dengan gaya mengajar instruktur di Balai Latihan Kerja Jogjakarta. Dengan koefisien korelasi r hitung sebesar 0,312 yang bertanda positif mununjukkan bahwa hubungan antara fasilitas kerja dengan gaya mengajar instruktur di Balai Latihan Kerja Jogjakarta mempunyai hubungan yang positif. 2. Terdapat hubungan antara pendidikan dan pelatihan diklat dengan gaya mengajar instruktur di Balai Latihan Kerja Jogjakarta. Dengan koefisien korelasi r hitung sebesar 0,447 yang bertanda positif menunjukkan bahwa hubungan antara pendidikan dan pelatihan diklat dengan gaya mengajar instruktur di Balai Latihan Kerja Jogjakarta mempunyai hubungan yang positif. 3. Terdapat hubungan antara fasilitas kerja dengan gaya mengajar instruktur di Balai Latihan Kerja Jogjakarta. Dengan koefisien korelasi r hitung sebesar 0,299 yang bertanda positif menunjukkan bahwa hubungan antara pengalaman kerja dengan gaya mengajar instruktur di Balai Latihan Kerja Jogjakarta mempunyai hubungan yang positif. 102