mengikuti pelatihan di BLK. Dengan adanya fasilitas kerja yang baik maka instruktur pun semakin leluasa untuk mengembangkan gaya
mengajarnya dalam suatu kelas praktek. Hal ini akan mengakibatkan kelas praktek akan menjadi hidup dan tidak membosankan. Dengan
demikian lulusan dari BLK Jogjakarta pun menjadi semakain berkualitas yang nantinya dapat menjadi salah satu unsur penarik minat masyarakat
untuk berlatih di BLK Jogjakarta.
2. Hubungan antara Pendidikan dan Pelatihan Diklat dengan Gaya
Mengajar Instruktur di Balai Latihan Kerja
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pendidikan dan pelatihan diklat dengan
gaya mengajar instuktur di Balai Latihan Kerja. Tanda positif pada koefisien korelasi r Pearson menunjukkan bahwa ada hubungan yang
positif. Hal ini berarti korelasi antara pendidikan dan pelatihan diklat dengan gaya mengajar instruktur mempunyai arah hubungan yang sama.
Artinya bahwa semakin lama instruktur mengikuti diklat maka semakin baik pula gaya mengajar instruktur tersebut. Materi-materi yang diberikan
dalam diklat merupakan materi-materi yang menunjang dalam pelaksanaan tugas instruktur. Hal ini sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Manullang 1981:86 yang menyatakan bahwa bahan- bahan yang diajarkan dalam diklat harus berhubungan erat dengan job
specification jabatan para peserta diklat. Hal ini dimaksudkan agar setelah
diklat, para peserta diklat dapat melaksanakan tugasnya dengan berhasil. Contohnya saja diklat assisten instruktur listrik, assisten instruktur tata
niaga dan sebagainya. Instruktur yang mengikuti diklat selama kurang dari 1 satu tahun akan berbeda dalam mengajar dengan instruktur yang
telah mengikuti diklat selama lebih dari 5 lima tahun. Hal ini dikarenakan pengetahuan tentang materi praktek lebih banyak dikuasai
instruktur yang telah mengikuti diklat selama lebih dari 5 lima tahun daripada instruktur yang baru mengikuti diklat kurang dari 1 satu tahun.
Dengan demikian, materi-materi yang akan disampaikan dalam kelas praktek menjadi lebih urut. Instruktur tersebut pun menjadi lebih
menguasai materi praktek sehingga komunikasi antara instruktur dengan siswanya pun menjadi lancar. Bila ada siswa yang bertanya maka
instruktur dapat menjawab pertanyaan siswa tersebut dengan sigap. Harga signifikant value sebesar 0,02 menunjukkan bahwa
koefisien korelasi antara pendidikan dan pelatihan diklat dengan gaya mengajar adalah signifikan. Dengan demikian, terdapat hubungan yang
berarti antara pendidikan dan pelatihan diklat dengan gaya mengajar instruktur di BLK Jogjakarta. Oleh karena itulah, instruktur harus serius
dalam mengikuti diklat. Dengan demikian, instruktur tersebut dapat mengaplikasikan pengetahuan yang diperolehnya selama diklat ke dalam
kelas prakteknya. Berdasarkan tabel indeks dan interpretasi korelasi, hubungan
antara pendidikan dan pelatihan diklat dengan gaya mengajar instruktur
mempunyai hubungan yang agak rendah. Koefisien korelasi antara fasilitas kerja dengan gaya mengajar instruktur adalah 0,447 termasuk
dalam kategori agak rendah. Hal ini disebabkan dalam mengikuti diklat banyak instruktur yang ikut-ikutan saja. Dalam artian diklat hanya
sebagai prasyarat untuk menaikkan jabatan. Selain itu, ada juga alasan dalam mengikuti diklat yaitu untuk refreshing. Kesibukan instruktur
dalam mengajar misalnya menyusun program latihan yang meliputi kurikulum, silabus alat dan bahan latihan dan sebagainya membuat
instruktur menjadi penat sehingga membutuh refreshing agar dapat kembali bersemangat dalam bekerja. Dalam pelaksanaan diklat, instruktur
diturut untuk aktif dalam mengikuti kegiatan diklat dari kegiatan awal diklat sampai pada kegiatan akhir diklat. Bila instruktur malas-malasan
dalam mengikuti kegiatan diklat maka hasil yang akan diperolehnya pun tidak optimal. Dengan demikian, instruktur tersebut akan mendapatkan
pengetahuan yang terbatas. Hal ini pun akan mengakibatkan instruktur tersebut menjadi tidak kreatif dalam mengembangkan gaya mengajarnya.
3. Hubungan antara Pengalaman Kerja dengan Gaya Mengajar