interstisial papila yang ikut ambil bagian dalam co-oxidation dari protoksikan, sehingga menghasilkan kerusakan selektif papila Wallace dan Tarloff, 2010.
2. Nefrotoksikan
Beberapa senyawa memiliki aktivitas sebagai nefrotoksikan, seperti terlihat pada tabel II.
Tabel II. Beberapa toksikan yang menyebabkan kerusakan pada bagian-bagian nefron
Glomerulus Tubulus Proksimal
Tubulus Distal Tubulus Pengumpul
Papila 1. Kompleks Imun
2. Antibiotik Aminoglikosida
3. Puromycin
aminonukleosida 4. Adriamycin
Penisilin 1. Antibiotik
a. Sefalosporin b. Aminoglikosida
2. Agen Antineoplastik a. Nitrosourea
b. Cisplantin dan
analognya 3. Agen radiografi
4. Hidrokarbon terhalogenasi
a. kloroform
b. karbon tetraklorida c.
trikloroetilen 5. Asam maleat
6. Citrinin 7. Logam
a. Merkuri
b. Phenacetin
c. Acetaminophen
d. Agen NSAID
1. Litium 2. Tetrasiklin
3. Ampoterisin 4. Flouride
5. Methoxyflurane 1. Aspirin
2. Fenasetin 3. Acetaminophen
4. Agen NSAID 2-bromoetilamin
Hodgson, 2010
E. Karbon Tetraklorida
Gambar 10. Struktur molekul karbon tetraklorida Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995
Karbon tetraklorida gambar 10 merupakan senyawa yang berbentuk cairan jernih, bersifat mudah menguap, tidak berwarna, dan bebau khas. Senyawa
karbon tetraklorida mempunyai BM 153,82 dan sangat sukar larut dalam air Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995. Karbon tetraklorida
merupakan molekul sederhana, yang jika diberikan kepada berbagai spesies, menyebabkan nekrosis sentrilobuler dan perlemakan hati Timbrell,2008.
Karbon tetraklorida merupakan senyawa model yang bersifat nefrotoksik dan dapat menyebabkan Nekrosis Tubuler Akut NTA. Radikal bebas yang
dihasilkan menyebabkan kerusakan pada tubulus proksimal ginjal dan perubahan pada beberapa granular pneumosit Ramarajan, dkk., 2012. Kerusakan yang
terjadi pada tubulus proksimal ginjal ini tidak disertai dengan kerusakan membran basalis sehingga memungkinkan untuk terjadinya regenerasi sel epitelnya. Karena
itu, Nekrosis Tubular akut yang disebabkan karbon tetraklorida bersifat reversibel Underwood, 2000.
Penyebab terjadinya kerusakan jaringan oleh karbon tetraklorida tergantung pada metabolisme aktivasi oleh sitokrom P450, terutama CYP2EI.
Enzim mikrosomal CYP2EI akan mempengaruhi aktivasi metabolit dari senyawa yang terbentuk, yaitu dapat meningkatkan atau mengurangi sifat toksik dari
senyawa induk. Pada metabolisme kabon tetraklorida CYP2EI berfungsi sebagai agen pereduksi dan mengkatalis adisi elektron yang mengakibatkan hilangnya
satu ion klorin sehingga terbentuk radikal bebas triklorometil
•
CCl
3
gambar 11 yang merupakan metabolit reaktif. Radikal bebas triklorometil ini dengan adanya
oksigen O
2
akan berubah menjadi radikal bebas triklorometilperoksi
•
OOCCl
3
yang bersifat lebih reaktif Gregus dan Klaaseen, 2001.
Gambar 11. Mekanisme biotransformasi dan oksidasi karbon tetraklorida Trimbell, 2008
Hasil lain dari reaksi ini adalah dari terbentuknya senyawa oksigen reaktif selanjutnya mengakibatkan peroksidasi lipid Timbrell, 2008. Phosgen
yang terbentuk dari reaksi merupakan intermediet yang bersifat sangat reaktif dan dapat bereaksi dengan makromolekul seluler untuk menginduksi terjadinya
kerusakan sel Hodgson, 2010. Fungsi mitokondria ginjal juga dapat terganggu oleh karena induksi
karbon tetraklorida, termasuk menyebabkan efluks kalsium melintasi membran mitokondria Natarajan, Basivireddy, Ramachandran, Thomas,Ramamoorthy, dan
Pulimood, 2006. Radikal bebas yang terbentuk akan berikatan dengan golongan sulfidril seperti glutation dan protein tiol, sehingga menyebabkan peroksidasi lipid
dan nekrosis Brent dan Rumack 1993; Brautbar and Williams,2002. Radikal
reaktif yang terbentuk dapat berikatan kovalen dengan dengan makromolekul jaringan, yang menyebabkan jaringan mengalami kerusakan Eaton, Gallogher,
Bammler, dan Kunze, 1995.
F. Antioksidan