Pemeriksaan histologis ginjal Hasil Uji Efek Nefroprotektif Ekstrak Metanol-Air Biji P. americana

terbentuknya prooksidan dari penggunaan jangka panjang ekstrak metanol-air P. americana. Pemberian dosis terkecil ekstrak metanol P. americana, yaitu 0,35 gkgBB sudah memberikan efek nefroprotektif. Dengan demikian perlu adanya eksplorasi lebih lanjut mengenai dosis yang lebih kecil dan poten yang mempunyai aktivitas penangkapan radikal bebas. Kandungan antioksidan dalam biji P. americana diduga adalah senyawa flavonoid yang bersifat polar. Penelitian ini menggunakan larutan penyari metanol:air 70:30 sehingga kemungkinan besar zat akan tertarik dalam cairan penyari tersebut. Berdasarkan Carpena, dkk. 2011, senyawa antioksidan yang mempunyai aktivitas penetralisir radikal bebas dan tersari dalam pelarut metanol 70 adalah flavonoid.

5. Pemeriksaan histologis ginjal

Tujuan dari pemeriksaan histologis ginjal ini adalah untuk melihat perubahan secara struktural pada organ ginjal yang terkena praperlakuan ekstrak metanol biji P. americana dan nefrotoksin karbon tetraklorida. Pemeriksaan histologis ginjal ini sebagai data pendukung data kadar serum kreatinin, yaitu untuk menggambarkan keadaan ginjal secara mikroskopis pada kelompok kontrol nefrotoksin, kontrol olive oil, kontrol ekstrak, dan kelompok perlakuan EMPA dosis 0,35; 0,7; dan 1,4 gkgBB. Setelah praperlakuan ekstrak metanol-air biji P. americana dosis 0,35; 0,7; 1,4 gkgBB terinduksi CCl 4 , sebagian hewan uji 3 tikus dikorbankan dan diambil organ ginjalnya untuk dilakukan pemeriksaan histologis. Ginjal tikus yang sudah diambil dicuci dengan larutan saline 0,9 untuk membersihkan dari darah. Kemudian dimasukkan ke dalam larutan formalin 10. Preparat histologis ginjal dibaca di bawah mikroskop dengan perbesaran 400 x dan hasil pemeriksaannya dibuat fotomikroskopik sebagai data kualitatif. Dari hasil penelitian jangka panjang selama 7 hari, didapatkan hasil pemeriksaan gambaran histologis ginjal tikus pada masing-masing kelompok yang dideskripsikan pada tabel IX. Tabel IX. Hasil pemeriksaan gambaran histologis ginjal tikus Perlakuan Gambaran Histologis Ginjal Kontrol Nefrotoksin CCl4 2 mlkgBB Gambaran glomerulus, tubulus, dan interstisium dalam batas normal atau tidak ada perubahan patologik spesifik TAP. Kontrol negatif olive oil 2 mlkgBB Terdapat degenerasi hidropik epithel tubulus DHET dan intratubular hialin cast ITC Kontrol EMPA dosis 1,4 gkgBB Gambaran glomerulus, tubulus, dan interstisium dalam batas normal atau tidak ada perubahan patologik spesifik TAP. Namun satu tikus mengalami perubahan secara struktural, yaitu nefritis interstitialis NI dan perivaskulitis. EMPA dosis 0,35 gkgBB + induksi CCl4 2 mlkgBB Gambaran glomerulus, tubulus, dan interstisium dalam batas normal atau tidak ada perubahan patologik spesifik TAP. EMPA dosis 0,7 gkgBB + induksi CCl4 2 mlkgBB Gambaran glomerulus, tubulus, dan interstisium dalam batas normal atau tidak ada perubahan patologik spesifik TAP. EMPA dosis 1,4 gkgBB + induksi CCl4 2 mlkgBB Gambaran glomerulus, tubulus, dan interstisium dalam batas normal atau tidak ada perubahan patologik spesifik TAP. Namun ditemukan dua tikus mengalami perubahan secara struktural, yaitu intratubular hialin cast ITC Keterangan : EMPA = Ekstrak metanol-air biji P. americana a. Kontrol nefrotoksin CCl 4 2 mlkgBB Gambar 15. Fotomikroskopik ginjal tikus normal. Tidak ada perubahan patologik spesifik TAP. P erbesaran 400x Pada kelompok kontrol nefrotoksin CCl 4 2 mlkgBB menunjukkan tidak ada perubahan struktural pada organ ginjal gambar 15. Terlihat pada preparat mikroskopis menunjukkan bahwa gambaran glomerulus, tubulus, dan interstisium dalam batas normal atau tidak ada perubahan patologis TAP. Hal tersebut menunjukkan bahwa nefrotoksin CCl 4 2 mlkgBB yang dipejankan satu kali belum menyebabkan kerusakan seluler organ ginjal. Namun dari hasil pengukuran kadar serum kreatinin menunjukkan kenaikan hingga 1,5 kali dari normal. Sehingga bisa dikatakan bahwa tingkat kerusakan ginjal masih pada tahap awal, berupa kerusakan biokimia. Tingkat kerusakan ginjal belum sampai pada tahap kerusakan seluler sehingga pada hasil mikroskopik tidak menunjukkan perubahan patologi spesifik. b. Kontrol negatif olive oil 2 mlkgBB Gambar 16. Fotomikroskopik DHET ginjal tikus dengan perbesaran 400x Pada kelompok kontrol negatif olive oil 2 mlkgBB menunjukkan bahwa terdapat 2 tikus mengalami DHET gambar 16 dan ITC gambar 17. Degenerasi hidropik epithel tubulus atau DHET ditandai dengan adanya ukuran sel yang membesar dan adanya vakuola berbatas kurang jelas dalam sitoplasma. DHET disebabkan oleh infeksi penyakit atau dapat juga disebabkan oleh infeksi, demam, dan gangguan sirkulasi Reilly, Robert, Bulger, Ellen, dan Kriz, 2007. Gambar 17. Fotomikroskopik ITC ginjal tikus dengan perbesaran 400x Intratubular hialin cast atau ITC, ditandai dengan adanya masa homogen eosinofilik dalam lumen tubulus tapi hanya dalam beberapa lumen tubulus gambar 17. ITC ini disebabkan karena intake protein yang terlalu banyak, yaitu bisa dari makanan tikus yang terlalu tinggi protein. Intake protein yang terlalu tinggi ini menyebabkan hiperproteinemia, sehingga menyebabkan protein keluar dari dalam sel. Oleh sebab itu, intratubular hialin cast dan degenerasi hidropik epithel tubulus ini dapat dikatakan bukan disebabkan oleh induksi olive oil melainkan disebabkan oleh faktor kondisi patologis dari individu tikus. Hal ini dikarenakan, apabila dikaitkan pada hasil pemeriksaan biokimia pada kreatinin darah yang telah dilakukan, kadar serum kreatinin menghasilkan nilai yang normal dan berbeda bermakna dengan kontrol nefrotoksin CCL 4 2 mlkgBB. Kadar kreatinin dalam darah merupakan indikasi fungsi ginjal, sehingga dari hasil pemeriksaan biokimia diindikasikan bahwa olive oil tidak menimbulkan efek toksik. c. Kontrol ekstrak metanol-air biji P. americana dosis 1,4 gkgBB Gambar 18. Fotomikroskopik Nefritis Interstitialis ginjal tikus dengan perbesaran 400x Pada praperlakuan kontrol ekstrak metanol-air biji P. americana dosis 1,4 gkgBB, ditemukan adanya perubahan secara struktural pada salah satu tikus yaitu infiltrasi limfosit di daerah interstitial nefritis interstitialis gambar 18 dan infiltrasi limfosit dan neutrofil di sekitar pembuluh darah perivaskulitis gambar 19. Nefritis interstitialis atau NI adalah kelainan ginjal yang ditandai dengan adanya pembengkakan pada ruang antara tubulus ginjal, yang biasanya merupakan hasil dari reaksi alergi obat, bisa juga disebabkan oleh penyakit autoimun, infeksi atau infiltrasi penyakit lainnya. Gambar 19. Fotomikroskopik perivaskulitis ginjal tikus dengan perbesaran 400x Perivaskulitis merupakan reaksi peradangan di sekitar pembuluh darah, yang ditandai dengan adanya infiltrasi limfosit dan neutrofil di sekitar pembuluh darah. Peradangan yang terjadi dapat terjadi karena infeksi penyakit. Oleh sebab itu, nefritis interstitialis dan perivaskulitis ini dapat dikatakan bukan disebabkan oleh praperlakuan pemberian ekstrak metanol-air P. americana dosis 1,4 gkgBB melainkan disebabkan oleh faktor kondisi patologis dari individu tikus. Hal ini dikarenakan, apabila dikaitkan dengan hasil pemeriksaan biokimia pada kreatinin darah yang telah dilakukan, kadar serum kreatinin menghasilkan nilai yang normal atau berbeda tidak bermakna dengan kontrol negatif olive oil dan berbeda bermakna dengan kontrol nefrotoksin. Kadar kreatinin dalam darah merupakan indikasi fungsi ginjal, sehingga dari hasil pemeriksaan biokimia diindikasikan bahwa ekstrak metanol-air P. americana tidak menimbulkan efek toksik dan nefritis interstitialis dan perivaskulitis yang ditemukan pada ginjal tikus disebabkan oleh faktor patologi dari individu tikus itu sendiri. d. Perlakuan ekstrak metanol-air biji P. americana dosis 0,35 dan 0,7 gkgBB Pada kelompok praperlakuan EMPA dosis 0,35 gkgBB dan 0,7 gkgBB terinduksi CCl4 menunjukkan tidak ada perubahan struktural pada organ ginjal. Terlihat pada preparat mikroskopis menunjukkan gambaran glomerulus, tubulus, dan interstisium dalam batas normal atau tidak ada perubahan patologis TAP gambar 15. Hasil pemeriksaan hitologis ginjal ini sesuai dengan hasil pemeriksaan biokimia kadar serum kreatinin. Kadar kreatinin dalam darah merupakan indikasi fungsi ginjal. Apabila kadar serum kreatinin normal maka menandakan bahwa ginjal berfungsi dengan baik tidak ada kerusakan ginjal. Dari hasil deskripsi gambaran histologis ginjal menunjukkan bahwa pemberian ekstrak metanol-air biji P. americana dosis 0,35 dan 0,7 gkgBB memberikan efek nefroprotektif . e. Perlakuan ekstrak metanol-air biji P. americana dosis 1,4 gkgBB Gambar 20. Fotomikroskopik intratubular hialin cast ginjal tikus 400x Pada praperlakuan ekstrak metanol biji P. americana dosis 1,4 gkgBB, satu tikus menunjukkan perubahan struktural pada organ ginjal. Terlihat pada preparat mikroskopis menunjukkan gambaran glomerulus, tubulus, dan interstisium dalam batas normal atau tidak ada perubahan patologis TAP gambar 15. Sedangkan dua tikus mengalami intratubular hialin cast ITC gambar 20, yang ditandai dengan adanya masa homogen eosinofilik dalam lumen tubulus tetapi hanya pada beberapa lumen tubulus. ITC ini disebabkan karena intake protein yang terlalu banyak, yaitu bisa dari makanan tikus yang terlalu tinggi protein. Intake protein yang terlalu tinggi ini menyebabkan hiperproteinemia, sehingga menyebabkan protein keluar dari dalam sel. Oleh sebab itu, intratubular hialin cast dapat dikatakan bukan disebabkan oleh praperlakuan pemberian ekstrak metanol-air P. americana dosis 1,4 gkgBB melainkan disebabkan oleh faktor kondisi patologis dari individu tikus. Hal ini dikarenakan, apabila dikaitkan pada hasil pemeriksaan biokimia pada kreatinin darah yang telah dilakukan, kadar serum kreatinin menghasilkan nilai yang normal atau berbeda tidak bermakna dengan kontrol negatif olive oil dan berbeda bermakna dengan kontrol nefrotoksin. Kadar kreatinin dalam darah merupakan indikasi fungsi ginjal, sehingga dari hasil pemeriksaan biokimia diindikasikan bahwa ekstrak metanol-air P. americana tidak menimbulkan efek toksik dan nefritis interstitialis yang ditemukan pada ginjal tikus disebabkan oleh faktor patologi dari individu tikus itu sendiri.

D. Rangkuman Pembahasan

Dokumen yang terkait

Efek nefroprotektif jangka pendek dekok biji Persea americana Mill. terhadap kadar kreatinin dan gambaran histologi ginjal pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 3 117

Efek nefroprotektif jangka pendek ekstrak metanol-air biji persea americana mill. terhadap kadar kreatinin dan gambaran histologis ginjal tikus jantan wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 3 121

Efek hepatoprotektif jangka pendek ekstrak metanol biji persea americana mill. terhadap tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 12 130

Pengaruh waktu protektif pemberian infusa biji persea americana mill. secara akut terhadap kadar kreatinin dan gambaran histologis ginjal tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 7

Efek nefroprotektif pemberian jangka panjang infusa biji persea americana mill. terhadap kadar kreatinin dan gambaran histologi ginjal tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 8

Efek nefroprotektif jangka pendek ekstrak metanol air biji persea americana mill. terhadap kadar kreatinin dan gambaran histologis ginjal tikus jantan wistar terinduksi karbon tetraklorida

2 13 119

Efek nefroprotektif pemberian jangka panjang ekstrak metanol-air biji persea americana mill. terhadap kadar kreatinin dan gambaran histologis ginjal pada tikus terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

0 0 120

Efek nefroprotektif pemberian jangka panjang ekstrak etanol biji persea americana mill. terhadap kadar kreatinin dan gambaran histologis ginjal pada tikus terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

0 0 115

Efek nefroprotektif dekoksi biji persea americana mill. jangka panjang terhadap kadar kreatinin dan gambaran histologis ginjal tikus yang diinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

0 0 109

Pengaruh waktu pemberian ekstrak etanol biji Persea americana Mill. secara akut terhadap kadar kreatinin dan gambaran histologis ginjal tikus terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

0 0 110