17
2.1.2.3 Teori Kecerdasan Moral Borba
Kecerdasan Moral adalah kemampuan memahami hal yang benar dan yang salah. Memiliki etika keyakinan yang kuat dan bertindak berdasarkan
keyakinan dapat membuat orang bersikap benar dan terhormat. Kecerdasan moral ini mencakup karakter-karakter utama, seperti kemampuan untuk memahami
penderitaan orang lain dan untuk bertindak jahat, mampu mengendalikan dorongan dan menunda pemuasan, mendengarkan dari berbagai pihak sebelum
memberikan penilaian, menerima dan menghargai perbedaan, bisa memahami pilihan yang tidak etis, dapat berempati, memperjuangkan keadilan,dan
menunjukkan kasih sayang dan rasa hormat terhadap orang lain Borba, 2008:4. Membangun kecerdasan moral penting dilakukan agar suara hati anak bisa
membedakan mana yang benar dan mana yang salah, sehingga mereka dapat menangkis pengaruh buruk dari luar. Kecerdasan moral diperlukan untuk
melawan tekanan buruk dan membekali anak untuk bertindak benar. Dari teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan moral pada anak dapat membuat
anak bersikap hormat dan terhormat kepada siapa saja. Teori-teori di atas peneliti gunakan sebagai landasan dalam penelitian ini
karena memiliki kesamaan pandangan. Anak dapat belajar melalui lingkungan sosial untuk belajar lebih cepat dengan menghormati atau melihat tingkah laku
orang lain. Anak dapat belajar melalui pengalamannya berinteraksi dengan orang lain untuk memahami perilaku mana yang baik yang boleh dikerjakan dan mana
yang tidak boleh dikerjakan.
2.1.2.4 Teori Sosial Kognitif Bandura
Teori Bandura menekankan pada teori sosial-belajar. Teori Bandura berisikan teori belajar untuk melakukan perubahan-perubahan tingkah laku.
Bandura dalam Singgih 1981:183 mengungkapkan pada situasi sosial ternyata orang bisa belajar lebih cepat dengan mengamati atau melihat tingkah laku orang
lain. Dengan mengamati melalui alat inderanya, pengamatan mengikutsertakan unsur kognitif yaitu adanya proses di dalam yang mewakili obyek-obyek yang
nyata di luar. Proses yang terjadi di dalam ini kemudian menjadi dasar timbulnya tingkah laku yang sesuai dengan apa yang telah diamatinya.
18 Bandura dalam Singgih 1989 menyatakan ada empat komponen dalam
proses belajar yaitu: 1 memperhatikan, sebelum melakukan peniruan terlebih dahulu anak memperhatikan model yang akan ditirunya, 2 mencamkan, setelah
memperhatikan dan mengamati sesuatu model maka di waktu yang lain anak memperlihatkan tingkah laku yang sama dengan model tersebut, 3
mereproduksikan gerak motorik, untuk mereproduksikan tingkah laku dengan tepat anak harus sudah bisa memperlihatkan kemampuan-kemampuan motorik
yang meliputi kekuatan fisik, 4 ulangan-penguatan, setelah proses dari memperhatikan dan mencamkan sudah dilakukan, model yang diamati oleh anak
akan diperlihatkan atau direproduksi dalam tingkah laku yang nyata atau tidak bergantung pada kemauan atau motivasi yang ada.
Dari penjelasan tentang teori Bandura di atas dapat disimpulkan bahwa anak dapat belajar melalui lingkungan sosialnya untuk belajar lebih cepat dengan
mengamati atau melihat tingkah laku orang lain. Aspek kognitif dapat diikutsertakan yang dinyatakan dalam tingkah laku melalui proses mengamati,
mencamkan, memproduksi dan dilanjutkan dengan melakukankan ulangan sesuai dengan motivasi kemauannya.
2.1.2.5 Teori Berpikir Bloom