Penerapan modul Living Values untuk memperbaiki perilaku toleransi dan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Kalongan Yogyakarta

(1)

PENERAPAN MODUL

LIVING VALUES

UNTUK MEMPERBAIKI PERILAKU TOLERANSI DAN

PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SDN KALONGAN

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh: Ndaru Arumsari NIM: 091134065

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013


(2)

i

PENERAPAN MODUL

LIVING VALUES

UNTUK MEMPERBAIKI PERILAKU TOLERANSI DAN

PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SDN KALONGAN

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh: Ndaru Arumsari NIM: 091134065

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013


(3)

(4)

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Ku persembahankan karya sederhana ku ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan kekuatan dan kemudahan serta penyertaan dalam hidupku.

Bapak dan Ibuku (Suharno dan Kartini) tersayang yang telah mendidik, mendukung dan memberikan segala kasih sayangnya untukku serta mendorongku agar mampu meraih cita-citaku di Perguruan Tinggi ini.

Bapak Bagyo Hartono yang selalu memberikan dukungan baik materiil maupun moril.

Kakakku tercinta Ika Nining Setyawati S.K.M, M.Kes, Linggar Kurniawan, dan Lucetta Greatchen Ivory yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan inspirasi.

Kepada keluarga besar Liem Lian Sing yang telah mendoakan dan mendukung segala usahaku untuk menyelesaikan skripsi ini.

Untuk almamaterku tercinta, Universitas Sanata Dharma.


(6)

v

MOTTO

Tuhan mengulurkan tangan-Nya untuk menolong mereka yang

telah berusaha keras

-

Aeschylus

-

Jangan kawatir dengan rencanamu, sebab Tuhan memiliki

rencana yang lebih indah dari rencanamu

-

Ndaru

Arumsari

-

Success is getting what you want. Happiness is wanting what you get


(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 12 Juli 2013 Peneliti


(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Ndaru Arumsari Nomor Mahasiswa : 091134065

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: PENERAPAN

MODUL LIVING VALUES UNTUK MEMPERBAIKI PERILAKU TOLERANSI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SDN KALONGAN YOGYAKARTA beserta perangkat yang diperlukan. Dengan

demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 12 Juli 2013

Yang menyatakan


(9)

viii

ABSTRAK

Arumsari, Ndaru. 2013. Penerapan modul living values untuk memperbaiki perilaku toleransi dan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Kalongan Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Kata kunci: modul Living Values, perilaku toleransi siswa, prestasi belajar siswa, mata pelajaran PKn

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan modul

Living Values memperbaiki perilaku toleransi dan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Kalongan Yogyakarta semester genap mata pelajaran PKn Kompetensi Dasar “menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya” tahun ajaran 2012/2013.

Metode penelitian yang digunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) pada siswa kelas IV SDN Kalongan Yogyakarta sebanyak 20 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus tindakan. Instrumen penelitian berupa tes tertulis yang terdiri dari 15 soal obyektif untuk mengukur aspek kognitif dan 2 soal uraian untuk mengukur aspek afektif siswa, catatan anekdot sebagai pengamatan perilaku siswa secara tertulis, wawancara terhadap guru untuk mendapatkan informasi yang lebih rinci, dan video yang membantu mengamati berbagai aspek yang tidak bisa diamati peneliti secara langsung. Instrumen tes tertulis yang digunakan tersebut telah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas berdasarkan analisa statistik. Analisa data hasil penelitian dilakukan dengan mengamati perubahan perilaku dari prasiklus sampai siklus 2 berlangsung serta membandingkan nilai rata-rata prasiklus, akhir siklus 1 dan akhir siklus 2.

Data peneliti menunjukkan, perilaku toleransi siswa mengalami perubahan yang baik dalam 3 indikator yang telah ditentukan. Perbaikan terlihat pada perilaku siswa dari prasiklus sampai siklus 2 yang mengalami perubahan sedikit demi sedikit. Selain itu peneliti juga menemukan 1 indikator baru perilaku toleransi yang mengalami perbaikan. Demikian juga pada prestasi belajar siswa nilai rata-rata yang didapatkan pada prasiklus: siklus 1: siklus 2 = 69,99: 79,95: 87,33. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa, prestasi belajar siswa pada prasiklus: siklus 1: siklus 2 mengalami peningkatan secara signifikan.


(10)

ix ABSTRACT

Arumsari, Ndaru. 2013. Improving the tolerant behavior and the learning achievement of the 4th grade students of SDN Kalongan Yogyakarta through the implementation of Living Values module on civic education subject. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Keywords: Living Values module, tolerant attitude, learning achievement , civic education subject

The purpose of this study was to find out whether the implementation of Living Values module improved the tolerant attitude and the learning achievement of the 4th grade students at SDN Kalongan Yogyakarta. This was a classroom action research conducted in 2 cycles involving a group of 20 students. The data gathering instruments were a set of written tests consisting of 15 objective questions and 2 short-essay questions, anecdotal notes used to record the observation, interviews with the class teacher to get more detailed information, and videos to help observing various other aspects that cannot be observed directly by the researcher. The written tests had been previously tested for validity and reliability. The data gathered were then analyzed to identify changes in the

students’ tolerance and evaluation scores comparing the earlier observation to

the end of each cycle.

The findings of the research showed that students improved their tolerance as observed using 3 predetermined indicators. In addition to these 3 indicators, the researcher identified another evidence of tolerance. Improvement was also

found in the students’ learning achievement. The average scores increased significantly from pre-cycle to the second cycle.


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan segala berkat dan kasih-Nya yang begitu besar kepada peneliti

sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENERAPAN MODUL

LIVING VALUES UNTUK MEMPERBAIKI PERILAKU TOLERANSI

DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SDN KALONGAN YOGYAKARTA”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar

sarjana pendidikan pada program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini peneliti ingin berterima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. G. Ari Nugrahanta, SJ, S.S., BST, M.A. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Dharma;

3. Drs. Sutarjo Adisusilo JR., M.Pd. selaku pembimbing I terima kasih atas bimbingan, dukungan dan kesabaran dalam penyusunan skripsi ini;

4. Ag. Kustulasari 81, S.Pd., M.A. selaku pembimbing II yang dengan sabar selalu menunggu, memberi semangat dan dukungan serta memberikan pengarahan selama penyusunan skripsi ini;

5. Umiatun, S.PdI. kepala sekolah SDN Kalongan Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian;

6. Tukiran, A.Ma. guru kelas IV SDN Kalongan Yogyakarta yang telah memberi masukan, saran dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian;

7. Siswa kelas IV SDN Kalongan Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang telah mendukung pelaksanaan penelitian;

8. Dosen-dosen PGSD yang dengan sabar selalu mendampingi dan mendidik peneliti selama menempuh pendidikan di PGSD;

9. Orang tua tercinta Suharno dan Kartini yang selalu memberikan doa, semangat dan dukungan berupa materi maupun moril;


(12)

xi

10.Linggar Kurniawan dan Lucetta Greatchen Ivory yang telah inspirasi, dukungan, semangat dan perhatian selama ini;

11.Sahabat-sahabat tercinta: Agnes Arinjani, Margareta Erna, Vitalis Esthi dan Desy Setyorini yang selalu memberikan dukungan, menemani, dan menyemangati dalam pembuatan skripsi

12.Teman-teman seperjuangan skripsi payung: Assumpta, Ita, Nita, Aris;

13.Dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya selama ini.

Peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan skripsi ini agar lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk dunia pendidikan. Terima kasih.

Peneliti


(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Batasan Pengertian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

1.6 Sistematika Penyajian ... 7

BAB 2KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1 Landasan Teori ... 9

2.2 Kerangka berpikir ... 25

2.3 Hipotesis Tindakan ... 27

BAB 3METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Jenis Penelitian ... 28

3.2 Setting Penelitian ... 29

3.3 Pelaksanaan Tindakan ... 29

3.4 Instrumen Penelitian ... 33

3.5 Uji validitas dan Reliabilitas ... 36

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.7 Teknik Analisis Data ... 42

3.8 Indikator Keberhasilan ... 43

3.9 Waktu Penelitian ... 44

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1 Pra Penelitian Tindakan Kelas ... 45

4.2 Hasil Penelitian ... 46

4.4 Pembahasan Data Kualitatif ... 55

4.3 Pembahasan Data Kuantitatif ... 63

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN... 70

5.1 Simpulan ... 70

5.2 Saran ... 71


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal ...34

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ...36

Tabel 3.3 Kriteria Besar Koefisien Validitas ...37

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas pertama ...37

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas kedua ...38

Tabel.3.6 Koefisien Korelasi Reliabilitas ...39

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas ...39

Tabel 3.8 Indikator Keberhasilan Penelitian ...44

Tabel 3.8 Waktu Pelaksanaan Penelitian ...44 Tabel 4.1 Rekapitulasi Nilai ...123


(15)

xiv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Literatur Map Penelitian terdahulu ...24 Bagan 2.2 Alur Kerangka Berpikir ...26 Bagan 3.1 Langkah-Langkah Penelitian Tindakan (Kurt Lewin) ...28


(16)

xv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Grafik Peningkatan Prestasi Belajar Berdasarkan Nilai Rata-rata

Gabungan Pra Siklus – Siklus 2 ...63

Grafik 4.2 Grafik Prestasi Belajar Aspek Kognitif Pra Siklus - Siklus 2 ...65

Grafik 4.3 Grafik Prestasi Belajar Aspek Afektif Pra Siklus - Siklus 2 ...66

Grafik 4.4 Grafik Prestasi Belajar Aspek Psikomotor Pra Siklus - Siklus 2...67


(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus ... 75

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 79

Lampiran 3. Hasil Penilaian Afektif Siswa ... 105

Lampiran 4. Hasil Kerja Siswa ... 109

Lampiran 5. Catatan Anekdot ... 113

Lampiran 6. Analisa Hasil Wawancara ... 121

Lampiran 7. Rekapitulasi Nilai Siswa ... 123

Lampiran 8. Foto Kegiatan ... 124

Lampiran 9. Surat-Surat Keterangan dalam Melakukan Penelitian ... 126


(18)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang mengajarkan tentang pembentukan karakter dan kepribadian siswa untuk menjadi warga negara yang berbudi luhur dan berbudipekerti yang baik. Dalam pembelajaran PKn ditanamkan kesadaran diri, penghayatan, dan pengamalan nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari. Pelajaran PKn sangat membantu dalam pembentukan sikap hormat siswa dalam berbicara maupun bertingkah laku dengan baik dan sopan, maka mata pelajaran PKn sudah mulai ditanamkan sejak jenjang pendidikan yang terendah yaitu pada sekolah dasar. Pendidikan PKn SD sangat berperan dalam pembentukan karakter, pengetahuan dan ketrampilan seseorang agar mampu menjadi warga negara yang baik, bukan hanya dalam dimensi kecerdasan rasional saja, melainkan juga dimensi spiritual, emosional dan sosial. Dengan demikian PKn seharusnya dapat mengajarkan siswa untuk bisa bertingkah laku dan bertutur kata dengan baik dan benar dengan menjunjung nilai-nilai kesopanan. Oleh karena itu dengan adanya mata pelajaran PKn diharapkan dapat mengarahkan siswa dalam pembangunan karakter yang baik terutama dalam bersikap dan bertutur kata dengan orang lain.

Setelah peneliti melakukan tes awal pada siswa tanggal 23 Maret 2013 diperoleh hasil prestasi belajar kondisi awal siswa dengan nilai rata-rata kelas yang rendah yaitu 69,88. Dari 20 siswa dalam kelas IV SDN Kalongan pada kondisi awal terdapat 16 siswa yang tidak tuntas nilai KKMnya yaitu 75,00 dan ada 4 siswa yang tuntas KKM sehingga hanya 30% dari 20 siswa kelas IV yang tuntas KKM. Dari pengamatan peneliti, penyebab terjadinya kegagalan tersebut adalah karena siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Ketika guru mengajar, siswa terlihat tidak memperhatikan dan bebrapa siswa berbicara dengan temannya, bahkan ada yang terlihat mengantuk. Selain itu ketika guru memberikan pertanyaan siswa tidak menjawab pertanyaan tersebut dan hanya diam atau bahkan tersenyum saja. Proses pembelajaran yang diajarkan oleh guru


(19)

2

masih terfokus pada buku paket dan LKS sebagai sumber belajarnya sehingga pembelajaran terkesan membosankan dan kurang menarik. Pembelajaran yang seperti ini membuat siswa menjadi enggan untuk mengikuti sehingga hasil yang diperoleh juga tidak maksimal. Hal inilah yang membangkitkan minat peneliti untuk menerapkan metode baru dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil pengamatan awal SDN Kalongan yang beralamat di Kalongan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta pada hari Sabtu tanggal 22 September 2012 peneliti menemukan beberapa siswa suka berbicara tidak sopan dan kadang bertengkar hanya karena saling mengejek. Selain itu peneliti juga melihat beberapa siswa yang memilih-milih teman saat belajar dalam kelompoknya. Dalam wawancara lanjutan dengan Bapak Tukiran sebagai guru kelas IV, Pak Tukiran menyatakan bahwa siswa kelas IV yang terdiri dari 20 siswa tersebut ada pada usia peralihan dari siswa kelas bawah menjadi siswa kelas atas sehingga mereka ingin menunjukkan kedewasaannya. Berdasarkan hasil pengamatan kedua pada hari Senin tanggal 8 Oktober 2012 di kelas IV SDN Kalongan Yogyakarta peneliti melihat bahwa rasa saling menghormati dan menghargai antar teman masih kurang. Saat peneliti mengikuti pembelajaran di dalam kelas, banyak dijumpai siswa yang suka berbicara tidak sopan terhadap temannya tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. Siswa juga terkadang mengejek teman yang memiliki kekurangan/ kebutuhan khusus dengan. Selain itu kekerasan verbal/ fisik sering terjadi antara siswa seperti memukul dengan menggunakan penggaris, memukul kepala temannya dan terkadang merebut barang milik temannya dengan paksa. Perilaku tersebut disebabkan karena siswa tidak mau menuruti kehendak temannya dan juga suka mengejek hasil kerja temannya yang berbeda. Di saat pembelajaran berlangsung siswa sering menyeloteh menghina teman sekelasnya dengan seenaknya sendiri.

Berdasarkan cerita yang peneliti dapat dari Ibu Umi selaku kepala sekolah SDN Kalongan Yogyakarta pada hari Senin tanggal 8 Oktober 2012, beliau bekata bahwa siswa kelas IV memang sudah terlihat kenakalannya. Banyak tingkah laku dan tutur katanya yang tidak menunjukkan sikap toleransi, contohnya saat siswa saling mengejek teman-temannya yang berbeda dengan dirinya, berbicara lantang dengan guru maupun temannya dan suka berkelahi dengan temannya serta


(20)

3

memilih-milih teman yang disukainya. Mereka sudah mulai menunjukkan karakter sebagai siswa yang lebih tinggi dari yang sebelumnya. Sikap yang terlihat jelas berbeda yaitu dari tutur kata yang sering berbicara tidak sopan dengan teman ataupun kadang dengan gurunya. Selain itu dari pengamatan ibu kepala sekolah dari tahun ke tahun sikap yang ditunjukkan anak kelas IV selalu hampir sama yaitu sering melakukan kenakalan-kenakalan kecil seperti berkelahi, olok-olokan dengan kata yang tidak sopan dan terkadang sudah mulai berani menjawab perintah guru. Pada saat peneliti mengamati di dalam kelaspun ternyata apa yang dikatakan oleh ibu kepala sekolah terjadi. Peneliti melihat ada banyak siswa yang tidak menghiraukan perintah guru dan ada juga siswa yang menjawab pertanyaan guru dengan jawaban yang tidak sopan dengan menggunakan bahasa Jawa Ngoko. Dari fakta yang peneliti temukan terdapat permasalahan dalam perilaku toleransi terutama dalam sikap berbicara yang tidak sopan (semaunya sendiri) dengan teman maupun guru dan perilaku yang kurang menghormati orang lain yang berbeda pendapat serta masih suka memilih-milih teman dengan membeda-bedakannya.

Pada pembelajaran PKn saat ini tidak tampak adanya materi yang menitikberatkan aspek nilai-nilai moral, namun materi yang diberikan lebih ke arah politik. Dengan materi yang demikian karakter dan moral siswa sulit untuk dibangun dengan baik. Banyak terjadi siswa yang pandai tetapi moralnya tidak baik. Dapat kita lihat dari cara berperilaku dan bertutur kata siswa dalam kehidupan sehari-hari. Mereka sudah terbiasa dengan gaya bicara yang tidak sopan dan berperilaku tidak toleran terhadap sesama teman maupun gurunya. Keadaan ini sangat memprihatinkan sebab dalam mata pelajaran PKn tidak dapat membangun karakter dan perilaku toleran siswa.

Setelah melihat fakta-fakta di atas peneliti menawarkan solusi terhadap masalah perilaku toleransi dan prestasi belajar yang ada di SDN Kalongan Yogyakarta dengan menerapkan modul Living Values. Diharapkan setelah modul ini diterapkan pada siswa kelas IV SDN Kalongan Yogyakarta metode ini dapat membantu memperbaiki perilaku toleransi dan prestasi belajar siswa. Pada modul

Living Values ini peneliti membantu mengajarkan siswa dalam berperilaku yang baik terhadap teman maupun guru. Penerapan modul Living Values ini diharapkan


(21)

4

para siswa mampu memahami betapa besar pengaruh antara perilaku toleran siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan prestasi belajar yang dihasilkan berdasarkan keadaan/situasi saat pembelajran berlangsung.

Dalam penelitian ini peneliti membatasi permasalahan pada prestasi belajar dan perilaku toleransi. Penelitian yang dilakukan menggunakan modul

Living Values sebagai metode dalam pengajarannya. Peneliti melakukan penelitian pada siswa SDN Kalongan Yogyakarta kelas IV yang berjumlah 20 siswa yang terdiri dari 10 siswa putri dan 10 siswa putra pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 khusus mata pelajaran PKn dalam kompetensi dasar “menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya.”

1.2Rumusan Masalah

1.2.1 Adakah perubahan perilaku toleransi yang dapat diamati dari siswa kelas IV SDN Kalongan Yogyakarta melalui penerapan modul Living Values

pada mata pelajaran PKn?

1.2.2 Apakah penerapan modul Living Values meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Kalongan Yogyakarta pada mata pelajaran PKn?

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Memperbaiki perilaku toleransi siswa kelas IV SDN Kalongan Yogyakarta melalui penerapan modul Living Values pada mata pelajaran PKn.

1.3.2 Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Kalongan Yogyakarta melalui penerapan modul Living Values pada mata pelajaran PKn.

1.4Batasan Pengertian

1.4.1 Menurut Darsono (2000: 110) “prestasi belajar siswa merupakan perubahan-perubahan yang berhubungan dengan pengetahuan/kognitif,


(22)

5

keterampilan/ psikomotor, dan nilai sikap/afektif sebagai akibat interaksi aktif dengan lingkungan”.

Dalam penelitian ini prestasi belajar adalah hasil perubahan setelah proses belajar berupa penguasaan dalam aspek pengetahuan/kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dinyatakan dalam skor kemudian dikonversikan dalam bentuk nilai.

1.4.2 Menurut Wibowo (2012: 101) “toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnik, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya”.

Dalam penelitian ini sikap toleransi adalah sikap menghargai perbedaan pendapat, agama, budaya, sosial dan memperlakukannya dengan baik melalui cara berbicara menggunakan bahasa yang sopan dan sesuai dengan situasi dan kondisinya serta bertingkah laku dengan santun sehingga terjalin hubungan yang baik antara sesamanya.

1.4.3 Living Values: An Educational Program (LVEP) adalah program pendidikan nilai–nilai. Program ini menyajikan berbagai aktivitas pengalaman dan metodologi praktis bagi guru atau fasilitator untuk mengembangkan nilai–nilai pribadi dan sosial: Kedamaian, Penghargaan, Cinta, Tanggung jawab, Kebahagiaan, Kerja sama, Kejujuran, Kerendahan hati, Toleransi, Kesederhanaan, dan Persatuan (Tillman, 2004: ix).

Dalam penelitian ini modul Living values adalah modul yang di dalamnya berisi pedoman-pedoman sikap hormat yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai usaha untuk memperbaiki cara berperilaku dan berbicara dengan baik. Modul ini dikembangkan oleh UNESCO dan disponsori oleh Spanish Committee dari UNICEF.

1.4.4 Menurut Wahab (1995:11) PKn dapat diartikan sebagai mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia.


(23)

6

Dalam penelitian ini mata pelajaran PKn adalah mata pelajaran yang mempelajari nilai-nila moral dan sikap dalam berbicara serta bertingkah laku sebagai pendidikan nilai dan pendidikan karakter pada KD “menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya”.

1.4.5 Siswa Sekolah Dasar adalah siswa SDN Kalongan Yogyakarta kelas IV semester genap tahun ajaran 2012/2013 yang berusia 9-10 tahun yang berjumlah 20 siswa terdiri dari 10 siswa putri dan 10 siswa putra.

1.5Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1.5.1 Bagi Peneliti

Peneliti mampu menambah wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan sikap hormat siswa kelas IV SDN Kalongan Yogyakarta semester genap kompetensi dasar “menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya” dengan penerapan modul Living Values.

1.5.2 Bagi Siswa

Siswa mampu meningkatkan prestasi belajar dan perilaku toleransi dalam kehidupan sehari-hari dengan menghormati antar teman dengan menerapkan modul Living Values.

1.5.3 Bagi Sekolah

Sekolah mampu mengembangkan misi dan visi tentang pendidikan karakter siswa sehingga ketiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik dapat tercapai.

1.5.4 Bagi Guru

Guru mampu menerapkan modul Living Values untuk meningkatkan rasa hormat serta prestasi belajar siswa.


(24)

7 1.5.5 Bagi Dunia Pendidikan

Dunia pendidikan dapat menambah pengetahuan tentang cara meningkatkan sikap hormat dengan menerapkan modul Living Values.

1.6Sistematika Penyajian

Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah yang menjadi dasar diadakannya penelitian ini; rumusan masalah sesuai dengan permasalahan yang didapatkan; batasan pengertian; tujuan penelitian yang akan dicapai oleh peneliti; manfaat penelitian; dan sistematika penyajian.

Bab 2 menyajikan landasan teori yang terdiri dari kajian pustaka yang mendukung dalam penelitian ini, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan. Pada kajian pustaka dalam penelitian ini dipaparkan konsep-konsep dasar, teori yang relevan, dan hasil penelitian terdahulu yang relevan. Dalam konsep-konsep dasar, peneliti memaparkan konsep yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: prestasi belajar, sikap hormat, nilai toleransi, modul pembelajaran Living Values

dan pendidikan kewarganegaraan; sedangkan teori-teori yang relevan yang digunakan pada penelitian adalah: teori berpikir Bloom, teori perkembangan kognitif, teori Albert Bandura, teori perkembangan moral Jean Piaget, teori perkembangan moral Kohlberg, dan teori kecerdasan moral Borba.

Bab 3 merupakan bab yang membahas metodologi penelitian. Pada metodologi penelitian dijelaskan jenis penelitian yang digunakan, setting penelitian yang terdiri dari tempat penelitian, subjek penelitian dan objek penelitian, pelaksanaan tindakan dari siklus 1 dan siklus 2 yang memaparkan persiapan sampai dengan pelaksanaan, instrumen yang digunakan yang terdiri dari tes tertulis, catatan anekdot, wawancara, dan video, uji validitas dan reliabilitas soal, teknik pengumpulan data yang digunakan, teknis analisis data; indikator keberhasilan, serta jadwal penelitian.

Bab 4 dalam skripsi ini memaparkan hasil dari penelitian dan pembahasannya dari prasiklus sampai dengan siklus 2. Pada pembahasan peneliti membagi menjadi dua bagian pertama adalah pembahasan data kuantitatif yang terdiri dari data kuantitatif secara gabungan, kognitif, afektif, psikomotorik dan data kuantitatif setiap siklus. Kedua adalah pembahasan secara kualitatif yang terdiri


(25)

8

dari empat bagian yaitu memberikan pelayanan yang sama terhadap orang lain, memberikan pelayanan terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), bekerja dalam kelompok, serta menghargai orang yang sedang berbicara.

Bab 5 merupakan bab penutup pada skripsi ini. Pada bab 5 disajikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan membahas ringkasan dari penelitian yang telah dilakukan dengan memaparkan hasil akhir yang didapatkan peneliti. Pada bagian saran peneliti menuliskan masukan bagi umum dan bagi peneliti selanjutnya agar penelitian yang selanjutnya dapat memperbaiki keterbatasan yang ada pada penelitian ini sehingga hasil yang diperoleh akan lebih komprehensif.


(26)

9

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

Pada landasan teori ini akan disajikan kajian pustaka, penelitian terdahulu, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan.

2.1. Landasan Teori

2.1.1 Konsep-Konsep Dasar

Konsep-konsep dasar dalam penelitian ini meliputi sikap hormat, nilai toleransi, modul Living Values, prestasi belajar, dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

2.1.1.1Sikap Hormat

Rasa hormat merupakan sikap atau tingkah laku menghargai apa yang ada di sekitarnya. Rasa hormat juga merupakan sikap hormat kita terhadap orang lain pada saat kita berinteraksi terhadap orang lain dalam kehidupan sosial kita. Mereka akan memandang orang lain di sekitarnya secara positif dan penuh perhatian. Sikap hormat dapat diartikan sebagai suatu sikap yang mau menghargai seseorang atau sesuatu dengan cara yang baik dan penuh sopan santun (Borba, 2008:161). Sedangkan Willner dalam Suseno (1985) menjelaskan bahwa setiap orang dalam berbicara dan membawa diri hendaknya menunjukkan sikap hormat kepada orang lain sesuai dengan derajat dan kedudukannya. Geertz dalam Suseno (1985) juga berpendapat bahwa prinsip hormat teratur secara hierarkis yang bernilai pada diri sendiri dan setiap orang wajib untuk membawa diri dan mempertahankannya. Pandangan Geertz bertujuan untuk menjaga masyarakat agar selalu berada di dalam kesatuan yang selaras.

Sikap hormat berarti mau menghargai seseorang atau sesuatu dengan baik. Sikap hormat menjadi salah satu hal penting dalam kecerdasan moral seorang anak. Namun krisis yang terjadi saat ini adalah semakin menurunnya sikap hormat anak pada orang atau sesuatu di sekitar mereka. Menurut Borba (2008: 142-149) ada enam hal yang menjadi masalah dalam perkembangan sikap hormat seorang anak yakni 1) ketiadaan penghargaan terhadap anak; 2) kemunduran adap dan


(27)

10

sopan santun; 3) kekhawatiran dan kecurigaan; 4) kekurangan panutan yang baik; 5) kebanyakan kata-kata tidak senonoh; 6) kekasaran, ketidaksopanan, dan ketidaksenonohan yang ditonjolkan media

Ada tiga langkah yang digunakan untuk menumbuhkan sikap hormat seorang anak menurut Borba (2008: 153). Langkah pertama menjelaskan tentang cara memperbaiki sikap, langkah kedua membantu anak menyadari konsekuensi perilaku tidak sopan, langkah ketiga membantu anak menyesuaikan tata krama. Salah satu cara terbaik agar anak bersikap hormat adalah dengan menghargai mereka. Anak akan melihat sikap orang yang lebih dewasa, bahwa yang kita tunjukkan adalah kasih sayang, menghormati, dan menghargai mereka. Orang dewasa dapat menekankan pentingnya sopan santun dan tata karma sejak dini kepada anak. Cara terbaik untuk mengajarkan tata krama dan sopan santun adalah dengan mengajarkan tata krama yang belum diketahui anak.

2.1.1.2Nilai Toleransi

Wibowo (2012: 101) menjelaskan toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnik, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Indikator seorang siswa yang dikatakan memiliki nilai toleransi di sekolah adalah menghargai dan memberikan perlakuan yang sama terhadap seluruh warga sekolah tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, status ekonomi, dan kemampuan khas. Sedangkan indikator seorang siswa yang dikatakan memiliki nilai toleransi di kelasnya adalah (1) memberikan pelayanan yang sama terhadap seluruh warga kelas tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, dan status ekonomi. Sikap yang dapat diamati dalam memberikan pelayanan yang sama terhadap orang lain antara lain: berbicara dengan sopan, membantu teman tanpa membeda-bedakan, dan tidak memaksakan kehendak kepada orang lain; (2) Memberikan pelayanan terhadap anak berkebutuhan khusus. Dalam memberikan pelayanan kepada anak berkebutuhan khusus tingkah laku yang dapat dilihat yaitu: tidak mengejek, tidak menjauhi atau memusuhi, dan memberikan kesempatan yang sama dalam segala hal kepada anak berkebutuhan khusus; (3) Bekerja dalam kelompok yang sama.


(28)

11

Sikap dalam bekerja dalam kelompok yang dapat diamati yaitu: tidak memilih-milih teman, ikut berpartisipasi dalam kelompok, menghargai pendapat orang lain.

Berdasarkan pengertiaan di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan yang ada dalam siswa bukan menjadi suatu halangan dalam melakukan pembelajaran. Perbedaan yang ada akan menjadi indah jika para siswa dapat menghargai perbedaan dengan memberikan pelayanan kepada semua siswa dengan baik dan tanpa membeda-bedakan. Selain itu siswa juga harus bisa bekerja bersama dalam kelompok agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

2.1.1.3Modul Pembelajaran Living Values

Modul adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka, agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari pendidik. Prastowo (2011: 106) Sedangkan Munadi (2010: 99) berpendapat modul adalah bahan belajar yang dapat digunakan oleh siswa untuk belajar secara mandiri dengan bantuan seminimal mungkin dari orang lain, yang di dalamnya terdapat tujuan, bahan dan kegiatan belajar, serta evaluasi”.

Dari pendapat kedua ahli di atas, modul pembelajaran dapat diartikan sebagai bahan ajar yang berisi tujuan, bahan dan kegiatan belajar, yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami sehingga siswa dapat belajar secara mandiri dengan bimbingan yang minimal dari orang lain.

Living Valuaes: An Educational Program (LVEP) adalah program pendidikan nilai–nilai. Program ini menyajikan berbagai aktivitas pengalaman dan metodologi praktis bagi guru atau fasilitator untuk mengembangkan nilai–nilai pribadi dan sosial: Kedamaian, Penghargaan, Cinta, Tanggung jawab, Kebahagiaan, Kerja sama, Kejujuran, Kerendahan hati, Toleransi, Kesederhanaan, dan Persatuan (Tillman, 2004: ix).

Salah satu nilai yang dikembangkan dalam LVEP adalah nilai toleransi. Pembelajaran di dalam modul LVEP terdapat 18 pelajaran yang digunakan dalam pembelajaran. Pelajaran yang ada di modul Living Values dapat digunakan dalam


(29)

12

pembelajaran dengan memodifikasi atau mengembangkan aktivitas sesuai dengan kreativitas guru dan sumber-sumber budaya yang ada. Penelitian ini menerapkan 3 pelajaran yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu:

Pelajaran I: Kekurangan Toleransi

Pembelajaran pada pelajaran pertama ini lebih menekankan arti dari toleransi itu sendiri dan bagaimana mengaplikasikannya kedalam kehidupan nyata sehari-hari di lingkungannya. Dalam pelajaran ini siswa diajarkan tentang toleransi dengan melihat video yang bercerita tentang globalisasi makanan. Siswa akan melihat video kejadian nyata dalam kehidupan sehari-hari yang dialami saat di sekolah. Video globalisasi makanan ini bercerita tentang siswa yang membawa bekal makanan berbeda karena pengaruh globalisasi. Dari video tersebut, siswa diajak untuk mengungkapkan pikirannya bagaimana menyikapi perbedaan yang ada di sekitarnya. Dengan demikian siswa akan mampu memahami arti dari toleransi tersebut.

Pelajaran II: Kisah-kisah Nyata

Pada pelajaran ini siswa belajar dengan mengamati video globalisasi budaya yang berisi tentang kejadian nyata yang toleransi dan intoleransi kemudian siswa diminta untuk mengungkapkan pikiran mereka tentang video globalisasi budaya yang mereka amati atau pelajari tersebut.

Pelajaran III: Belajar dengan Sepatumu

Pelajaran ini mengajarkan siswa untuk merasakan bagaimana berpura-pura menjadi orang lain. Para siswa diajak untuk berpasang-pasangan dengan teman yang jarang mereka ajak bermain lalu menentukan siapa yang akan menjadi A dan siapa yang akan B. Setelah terbentuk, maka semua siswa yang menjadi A akan pergi berjalan-jalan selama 10 menit kemudian akan diikuti oleh semua siswa B yang menirukan semua yang dilakukan siswa A mulai dari langkah, jarak, kecepatan, ritme, dan cara mereka berjalan dan bergandengan serta cara berbicara. Setelah 10 menit berlalu A akan berhenti berjalan dan beraktivitas, dan B akan bercerita kepada A apa yang mereka rasakan ketika berpura-pura menjadi A. Kegiatan ini dapat diteruskan dengan bertukar posisi dari siswa A menjadi siswa B dan sebaliknya.


(30)

13

Pendidikan nilai pada saat ini sangat dibutuhkan untuk memperbaiki perilaku anak. Dalam pendidikan nilai anak diajarkan tentang nilai-nilai yang harus tertanam pada diri anak. Dengan memahami pendidikan nilai tersebut, maka perilaku anak dapat berubah secara perlahan sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki tentang arti dari nilai-nilai.

Modul living Values tepat diterapkan dalam penelitian ini karena dapat memperbaiki perilaku anak. Dalam mengajarkan nilai, pendidik dapat menggunakan aktivitas-aktivitas pembelajaran yang ada dalam modul sehingga nilai yang akan diajarkan dapat dimengerti oleh anak dan pembelajaran terkesan menarik. Aktivitas yang diberikan sudah dirancang untuk mengembangkan nilai-nilai yang ada dengan mengikutsertakan ketrampilan pribadi, sosial, dan emosional anak.

2.1.1.4Prestasi belajar

Menurut Darsono (2000: 110) prestasi belajar siswa adalah “ perubahan-perubahan yang berhubungan dengan pengetahuan/kognitif, keterampilan/ psikomotor, dan nilai sikap/afektif sebagai akibat interaksi aktif dengan

lingkungan”. Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang

diharapkan, perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain faktor yang berasal dari dalam diri siswa (faktor intern), faktor yang berasal dari luar diri siswa (faktor ekstern) dan faktor pendekatan belajar (Syah, 2000:122). Faktor intern meliputi aspek fisiologis, aspek psikologis, intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa. Faktor ekstern meliputi lingkungan sosial, keadaan keluarga, keadaan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan non sosial.

Menurut Carrol dalam Sudjana (1989: 40) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu: (1) bakat, (2) waktu yang tersedia untuk belajar, (3) waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran, (4) kualitas pengajaran dan (5) kemampuan individu. Empat faktor tersebut di atas (1, 2, 3, 5) berkenaan dengan kemampuan individu dan faktor (4) adalah faktor di luar individu. Kemampuan siswa dan kualitas pengajaran mempunyai hubungan berbanding lurus dengan hasil belajar siswa. Maksudnya bahwa makin tinggi


(31)

14

kemampuan siswa dan kualitas pengajaran, makin tinggi pula hasil belajar siswa. Winkel (1983) menambahkan bahwa taraf prestasi belajar dinyatakan dalam bentuk nilai

Menurut Bell-Gedler dalam Dimyati (2009:11) belajar merupakan proses yang terjadi antara keadaan internal dan proses kognitif melalui stimulus dari lingkungan. Rangkaian proses menghasilkan suatu hasil belajar yang terdiri dari informasi verbal, ketrampilan intelek, ketrampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas peneliti berpendapat belajar adalah aktivitas mental yang melibatkan individu secara langsung yang dilandasi dengan niat dan tujuan tertentu untuk meningkatkan pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu melalui proses yang berlangsung lama dan hasilnya menetap. Selain itu prestasi belajar dipengaruhi faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa. Dengan demikian prestasi belajar merupakan hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan, kemudian akan diukur dan dinilai yang hasilnya diwujudkan dalam angka atau pernyataan. Angka dan pernyataan tersebut kemudian digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa.

2.1.1.5Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) membahas tentang hubungan antara manusia dalam perkumpulan yang terorganisasi dengan individu-individu dan negara. Menurut Wahab (1995: 11) PKn dapat diartikan sebagai mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Nilai-nilai tersebut diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari peserta didik baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. PKn adalah wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak, dan karakter warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab.


(32)

15

PKn adalah mata pelajaran yang bertujuan untuk menjadikan siswa menjadi warga negara yang baik, yakni warga yang memiliki kecerdasan intelektual, emosional, sosial maupun spiritual, memiliki rasa bangga dan tanggung jawab dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara agar tumbuh rasa kebangsaan dan cinta tanah air (Maftruk dan Sapriya, 2005).

Dari paparan kedua teori di atas dapat disimpulkan bahwa PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang mengajarkan tentang nilai-nilai luhur dan moral yang bertujuan untuk membentuk warga menjadi individu-individu yang masih berakar pada budaya bangsa yang masih kuat dengan nilai-nilai moralnya. Nilai-nilai moral yang dipelajari dalam PKn dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa dengan memperhatikan perilaku masing-masing individu dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk mencapai pendidikan berkarakter yang diharapkan, maka dalam pelajaran PKn perlu dikembangkan dan dituangkan dalam materi serta model-model pembelajaran yang efektif.

Berdasarkan pengertian dari konsep-konsep dasar diatas peneliti telah menjelaskan dasar dari permasalahan dan cara mengatasainya. Prestasi belajar dan sikap hormat yang membahas tentang niali toleransi ini merupakan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. Sedangkan modul Living Values

merupakan panduan yang digunakan peneliti dalam mengatasi masalah pada penelitian ini. Dalam hal ini peneliti melakukan tindakan pada mata pelajaran PKn karena melalui mata pelajaran PKn nilai-nilai yang akan dipelajari dapat dimasukkan dalam pembelajarannya sesuai dengan tujuan mata pelajaran Pkn yaitu membentuk karakter siswa.

2.1.2 Teori-Teori yang Relevan

Teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, teori perkembangan moral Jean Piaget, teori perkembangan moral Kohlberg, teori kecerdasan moral Borba, teori belajar Albert Bandura, teori berpikir Bloom, teori perkembangan kognitif Jean Piaget,.


(33)

16

2.1.2.1Teori Perkembangan Moral Jean Piaget

Piaget berpendapat bahwa perkembangan moral berlangsung dalam tahap-tahap yang dapat diprediksi, dalam hal perubahan dari tipe penalaran moral yang sangat egosentris ke tipe penalaran moral didasarkan pada sistem keadilan berdasarkan kerja sama dan ketimbalbalikan (Slavin, 2008: 69).

Perkembangan moral menurut Piaget (Slavin, 2008: 71) terdiri dari 2 tahap, yang pertama yaitu tahap perkembangan moral sebagai moralitas heteronom. Di tahap ini anak berpikir bahwa aturan tidak dapat diubah dan pelanggaran terhadapnya menghasilkan hukuman secara otomatis. Mereka berpendapat suatu perilaku adalah jahat jika menghasilkan hukuman sekalipun maksud pelakunya semula adalah baik. Tahap yang kedua dalam perkembangan moral Piaget dinamakan moralitas otonomi; tahap ini menjelaskan bahwa dunia sosial anak muncul lewat interaksi yang terus menerus dan kerja sama dengan anak lain yang akan merubah gagasan anak tentang aturan dan moralitas. Hukuman tidak lagi otomatis tetapi diterima karena ada pertimbangan maksud pelanggaran dan lingkungan yang meringankan.

Menurut Piaget dalam penjelasan di atas, anak-anak mengalami perubahan dari tahap moralitas heternom ke moralitas otonom karena ada perkembangan struktur kognitif dan juga karena interaksi dengan teman-teman yang mempunyai status yang sama. Dengan demikian disimpulkan bahwa seorang anak akan mengubah pola berpikir dan tingkah lakunya sesuai dengan tahapnya melalui interaksi dengan orang lain.

2.1.2.2Teori Perkembangan Moral Kohlberg

Sejalan dengan Piaget, Kohlberg dalam Singgih (1981) berpendapat bahwa seorang anak berkembang tidak hanya dalam aspek kognitifnya saja tetapi dalam aspek sosialnya juga. Perkembangan moral dapat meningkat sejalan dengan kemampuan seseorang menyesuaikan diri terhadap aturan-aturan atau kaidah-kaidah yang ada dalam lingkungan atau masyarakatnya.

Menurut Singgih (1981), Kohlberg ingin menyelidiki struktur proses berpikir yang mendasari jawaban ataupun perbuatan-perbuatan moral. Dari


(34)

17

penelitiannya, Kohlberg kemudian mengemukakan enam tahapan moral yang digolongkan dalam tiga tingkat, yaitu: a) pra-konvensional yaitu orientasi terhadap kepatuhan dan hukuman serta relativistik hedonism, b) konvensional yaitu tahap orientasi mengenai anak yang baik dan tahap di mana anak mempertahankan norma-norma sosial dan otoritas, dan c) pasca konvensional yaitu orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial dan prinsip universal, yaitu anak telah mampu mengembangkan kode etik untuk menentukan baik atau tidak baiknya suatu perbuatan.

Berdasarkan penjabaran di atas tentang tahap perkembangan moral Kohlberg, siswa sekolah dasar berada pada tingkat pra konvensional tahap kedua, yaitu relativistik hedonism. Mereka mengerti bahwa perilaku yang mereka lakukan itu saling berkaitan satu sama lain, apabila mereka melakukan pelanggaran dalam sebuah aturan maka mereka akan mendapatkan hukumannya. Meskipun demikan perkembangan moral pada tahap ini juga masih bersifat egosentris, dimana anak masih banyak melanggar aturan walaupun sebenarnya mereka tahu bahwa itu salah.

2.1.2.3Teori Kecerdasan Moral Borba

Kecerdasan moral adalah kemampuan memahami hal yang benar dan yang salah artinya, anak yang memiliki etika keyakinan yang kuat dan bertindak berdasarkan keyakinan tersebut, sehingga orang bersikap benar dan terhormat. Kecerdasan moral ini mencakup karakter-karakter utama, seperti kemampuan untuk memahami penderitaan orang lain dan untuk bertindak jahat, mampu mengendalikan dorongan dan menunda pemuasan, mendengarkan dari berbagai pihak sebelum memberikan penilaian, menerima dan menghargai perbedaan, bisa memahami pilihan yang tidak etis, dapat berempati, memperjuangkan keadilan,dan menunjukkan kasih sayang dan rasa hormat terhadap orang lain (Borba, 2008: 4). Membangun kecerdasan moral penting dilakukan agar suara hati anak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, sehingga mereka dapat menangkis pengaruh buruk dari luar. Kecerdasan moral diperlukan untuk melawan tekanan buruk dan membekali anak untuk bertindak benar.


(35)

18

Dari teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan moral pada anak dapat membuat anak bersikap hormat dan terhormat kepada siapa saja. Kecerdasan moral pada diri anak dapat berkembang dengan adanya dorongan dari faktor lain di luar diri anak.

2.1.2.4Teori Berpikir Bloom

Pada ranah kognitif Bloom dikategorikan menjadi enam dimensi (Anderson, 2010: 99-129). Keenam tingkatan tersebut adalah 1) mengingat, berarti menumbuhkan kemampuan untuk menyimpan memori tentang materi yang sudah pernah diajarkan. 2) Memahami, berarti menumbuhkan kemampuan mengkonstruksi makna-makna dari pembelajaran. 3) Mengaplikasikan, berarti menumbuhkan kemampuan untuk melibatkan penggunaan langkah-langkah tertentu dalam mengerjakan soal-soal latihan atau menyelesaikan masalah. 4) Menganalisis, berarti menumbuhkan kemampuan untuk melibatkan proses memecah-mecah sebuah materi menjadi bagian-bagian yang kecil kemudian menentukan hubungan antara setiap bagian dan keseluruhan strukturnya. 5) Mengevaluasi, berarti menumbuhkan kemampuan untuk membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar. 6) Mencipta, berarti menumbuhkan kemampuan untuk melibatkan proses menyusun elemen-elemen menjadi keseluruhan yang koheren dan fungsional. Pada dimensi mencipta ini siswa dituntut untuk berpikir secara kreatif.

Ranah afektif terdiri atas lima tingkat perilaku yaitu (1) penerimaan: mencakup kepekaan akan adanya suatu rangsangan dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, serta rangsangan tersebut, (2) partisipasi: kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan, (3) penilaian atau penentuan sikap: meliputi kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian tersebut, (4) organisasi: meliputi kemampuan membentuk sistem nilai sebagai pedoman hidup, (5) pembentukan pola hidup, meliputi kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan yang diolah secara sadar sehingga menjadi milik pribadi dan menjadi pegangan nyata dalam mengatur kehidupan sendiri (Winkel, 2004: 276-277).


(36)

19

Tingkatan pada ranah psikomotorik siswa terdiri atas tujuh bagian, yaitu (1) persepsi, merupakan reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan dan pembedaan antara rangsangan-rangsangan yang ada, (2) kesiapan yang mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai sesuatu gerakan atau rangkaian gerakan, (3) gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan suatu gerakan sesuai dengan contoh yang diberikan, (4) gerakan terbiasa, mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak dengan lancar tanpa memperlihatkan lagi contoh yang diberikan, (5) gerakan kompleks, mencakup kemampuan untuk melaksanakan ketrampilan, yang terdiri atas beberapa komponen dengan lancar, tepat serta efisien, (6) penyesuaian pola gerakan, mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik sesuai dengan situasi dan kondisi, (7) kreativitas, mencakup kemampuan untuk melahirkan pola gerak-gerik yang baru berdasarkan inisiatif sendiri (Winkel, 2004: 278-279).

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam ketiga aspek belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik memiliki tingkatan sendiri-sendiri. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori berpikir Bloom untuk menentukan indikator ketercapaian dalam pembelajaran. Indikator yang dibuat oleh peneliti selalu berpedoman pada tingkatan Bloom dari yang terendah naik ke tingkat yang ada di atasnya.


(37)

20

2.1.2.5Teori Belajar Albert Bandura

Teori Bandura lebih menekankan pada teori sosial-belajar. Teori Bandura berisikan teori belajar untuk melakukan perubahan-perubahan tingkah laku. Menurut Bandura dalam Singgih (1981: 183) menjelaskan bahwa dalam situasi sosial ternyata orang bisa belajar lebih cepat dengan mengamati atau melihat tingkah laku orang lain. Dengan mengamati melalui alat inderanya, pengamatan mengikutsertakan unsur kognitif yaitu adanya proses di dalam yang mewakili obyek-obyek yang nyata di luar. Proses yang terjadi di dalam ini kemudian menjadi dasar timbulnya tingkah laku yang sesuai dengan apa yang telah diamatinya.

Bandura (dalam Singgih, 1981) mengemukakan ada empat komponen dalam proses belajar yaitu: (1) memperhatikan, sebelum melakukan peniruan terlebih dahulu anak memperhatikan model yang akan ditirunya, (2) mencamkan, setelah memperhatikan dan mengamati sesuatu model maka di waktu yang lain anak memperlihatkan tingkah laku yang sama dengan model tersebut, (3) mereproduksikan gerak motorik, untuk mereproduksikan tingkah laku dengan tepat anak harus sudah bisa memperlihatkan kemampuan-kemampuan motorik yang meliputi kekuatan fisik, (4) ulangan-penguatan, setelah proses dari memperhatikan dan mencamkan sudah dilakukan, model yang diamati oleh anak akan diperlihatkan atau direproduksi dalam tingkah laku yang nyata atau tidak bergantung pada kemauan atau motivasi yang ada.

Dari teori Bandura diatas dapat disimpulkan bahwa anak dapat belajar melalui lingkungan sosialnya yang dapat dilakukan dengan mengikutsertakan aspek kognitif dari dalam dirinya yang kemudian akan dinyatakan dalam tingkah laku melalui proses mengamati, mencamkan, mereprodusikan dan dilanjutkan dengan melakukan atau tidak ulangan-penguatan sesuai dengan motivasi atau kemauannya.

2.1.2.6Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget

Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek yaitu kematangan, pengalaman, interaksi sosial, dan ekuilibrasi.Keempat aspek tersebut saling berhubungan dan mendukung. Aspek kematangan yang timbul dari


(38)

21

perkembangan syaraf kemudian dihubungkan dengan pengalaman sebagai timbal balik antara organisme dengan duniannya. Pengalaman yang didapatkan kemudian dilanjutkan dengan mengadakan interaksi sosial sehingga mendapat pengaruh-pengaruh dari lingkungannya dan dari hasil interaksi akan diekuilibrasi yaitu dengan mengatur keseimbangan dan penyesuaian diri dengan lingkungannya.

Dalam pandangan Piaget, anak-anak secara aktif membangun dunia kognitif mereka dengan menggunakan skema untuk menjelaskan hal-hal yang mereka alami. Skema adalah struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk mengadaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan ini secara intelektual. Piaget mengatakan bahwa ada dua proses yang bertanggung jawab atas seseorang menggunakan dan mengadaptasi skema mereka yaitu asimilasi dan

akomodasi (Suparno, 2001: 124).

Piaget (dalam Suparno, 2001: 26-99) membagi perkembangan kognitif anak menjadi 4 periode utama yaitu (1) periode sensorimotor (usia 0–2 tahun) dimana pengalaman diperoleh melalui fisik dan sensori, (2) periode praoperasional (usia 2–7 tahun) merupakan tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit, (3) periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun) dimana anak telah memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda konkrit, (4) periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa) merupakan tahap dimana anak sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak dan menggunakan logika.

Dari penjelasan di atas anak dapat disimpulkan bahwa tahap perkembangan kognitif siswa SD berada pada tahap operasional konkrit, dimana seorang anak masih menggunakan benda-benda yang konkrit dalam belajar. Suparno (2001:69) menyatakan bahwa walaupun sebagian pikirannya masih terikat kepada objek-objek dan aktivitas-aktivitas konkrit, seorang anak yang memiliki tahap operasi konkrit sudah dapat berpikir logis.

2.1.3 Hasil penelitian terdahulu yang relevan

Penelitian ini dibuat berdasar pada beberapa penelitian yang relevan atau sesuai, antara lain:


(39)

22

2.1.3.1Penelitian Prestasi Belajar

Kristiawan (2011) meneliti tentang peningkatan minat dan prestasi belajar materi globalisasi menggunakan media audiovisual mata pelajaran PKn kelas IV SD Kledokan semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Dari penelitian tersebut didapatkan nilai rata-rata mengalami peningkatan. Dengan demikian penggunaan media audiovisual mata pelajaran PKn kelas IV SD Kledokan semester genap tahun pelajaran 2011/2012 dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Susanti (2011) melakukan penelitian peningkatan prestasi belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe berpikir berpasangan dalam mata pelajaran PKn siswa kelas II SD Negeri Tanjung semester 1 tahun pelajaran 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan prestasi belajar dalam setiap tindakan. Penelitian nilai moral.

Hasil penelitian di atas menunjukkan peningkatan prestasi belajar menggunakan media audiovisual dan model pembelajaran kooperatif tipe berpikir berpasangan dalam mata pelajaran PKn. Pada penelitian ini, peneliti juga menggunakan audiovisual sebagai media pembelajaran. Selain itu pembelajaran dalam penelitian ini juga menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan belajar dalam kelompok untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

2.1.3.2Penelitian Moral

Yanti (2013) melakukan penelitian tentang peningkatan perilaku moral anak dengan metode bercerita dengan media gambar orang-orangan. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas dengan subjek anak umur 5-6 tahun. Hasil dari penelitian ini menggambarkan bahwa terjadi peningkatan perilaku moral anak dengan metode bercerita menggunakan media gambar orang-orangan.

Atmaja (2010) melakukan penelitian tentang peningkatan kemampuan menarik kesimpulan dan sikap menghargai perbedaan pendapat dalam diskusi siswa kelas XI IPS I SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta tahun ajaran 2010 dengan menggunakan pendekatan kooperatif model jigsaw. Penelitian ini menunjukkan peningkatan sikap menghargai perbedaan pendapat dengan


(40)

23

menggunakan pendekatan kooperatif model jigsaw pada siswa kelas XI IPS I SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta.

Dari hasil penelitian di atas, perilaku moral anak dapat meningkat dengan pembelajaran menggunakan metode bercerita dan media gambar serta menggunakan pendekatan kooperatif model jigsaw. Pada penelitian ini perilaku moral anak juga ditingkatkan menggunakan metode cerita melalui video dan media gambar yang ditampilkan menggunakan viewer. Selain itu penelitian ini juga menggunakan pendekatan koopertif untuk meningkatkan perilaku moral anak.

2.1.3.3Penelitian penerapan pembelajaran Living Values

Mardikaningrum (2007) mengembangkan bahan ajar dalam mata pelajaran bahasa Inggris dengan menerapkan Living Values Education Program pada siswa kelas XV dan XVI SMP Xaverius Ambon. Pada penelitian ini, peneliti lebih menekankan pada pengembangan materi dan penyajian materi dalam proses pembelajaran melalui menerapkan aktivitas-aktivitas yang mengkombinasikan serta memodifikasi model Yalden dan Kamp dengan modul LivingValues. Dengan penelitian ini peneliti dapat memperbaiki perilaku positif anak.

Hawkes (2009) menjelaskan bahwa Profesor Terry Lovat dan teman-temannya di Universitas Newcastle Australia melakukan penelitian mengenai dampak penerapan dan pengembangan pendidikan nilai di sekolah-sekolah. Penelitian ini menunjukkan bagaimana nilai-nilai yang ada di sekolah memberikan peningkatan dalam hal pengajaran berdasarkan kurikulum yang menekankan nilai pendidikan tersebut. Hasil dari penelitian ini terlihat sekolah lebih mapan dengan meningkatnya kualitas pengajaran sehingga memperbaiki kinerja siswa saat pembelajaran berlangsung seperti ketekunan, tanggungjawab, suasana kelas yang kondusif dengan berkurangnya konflik antar siswa serta terlihat lebih toleran.

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa LVEP dapat digunakan dalam pengembangan dan pengaplikasian material pada proses pembelajaran. Selain itu LVEP juga dapat meningkatkan pamahaman nilai-nilai budi pekerti kepada siswa.


(41)

24

Pada penelitian ini, penelti juga menggunakan LVEP sebagai panduan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan perilaku toleransi kepada siswa.

Bagan 2.1. Literatur Mappenelitian-penelitian tedahulu

Yanti(2013) peningkatan moral dengan metode

bercerita dan media gambar orang-orangan

Atmaja (2010) Menghargai perbedaan

dengan pendekatan kooperatif tipe jigsaw

Yang perlu diteliti Pembelajaran dengan modul

Living Values dalam meningktakan prestasi belajar

dan perilaku toleransi Susanti (2011)

Peningkatam prestasi belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe berpikir berpasangan

Kristiawan(2011) Peningkatan minat dan prestasi

belajar menggunakan media audiovisual

Prestasi Belajar

Mardikaningrum (2007) Developing Integrated English Learning Experinces

Based On LivingValues

Hawkes (2009) Dampak penerapan dan pengembanagn LVE dalam pendidikan

nilai di sekolah Modul Pembelajaran

Living Values


(42)

25

2.2 Kerangka berpikir

Perilaku toleransi siswa sangat penting untuk ditingkatkan karena sikap toleran siswa membangun suasana pembelajaran di kelas yang kondusif sehingga memungkinkan setiap siswa untuk belajar secara efektif. Selain perilaku toleransi siswa, prestasi siswa juga perlu ditingkatkan sebagai penentu keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran akan terlihat berhasil jika ada peningkatan hasil nilai pembelajaran, sedangkan prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan salah satunya dengan memperbaiki perilaku siswa saat mengikuti pembelajaran di kelas agar terlihat kondusif. Siswa kelas IV SDN Kalongan Yogyakarta memiliki prestasi belajar dan perilaku toleran yang masih rendah. Hal ini terlihat dan tingkah laku siswa saat pembelajaran berlangsung dari hasil nilai prestasi belajarnya. Siswa terlihat kurang bisa menghargai teman maupun guru. Saat pembelajaran berlangsung siswa banyak yang tidak mendengarkan penjelasan dari guru dan lebih asyik dengan temannya bahkan siswa saat pembelajaran terlihat salaing mengejek dan membuat keributan didalam kelas. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran masih kurang efektif dan siswa kurang bisa toleran terhadap orang lain.Perilaku siswa yang kurang toleran tersebut berakibat pila pada nilai prestasi belajar siswa karema mereka tidak bisa mengikuti pembelajaran dengan baik dan suasana tidak kondusif serta efektif. Oleh karena itu, diperlukan usaha usaha perbaikan yang dapat meningkatkan prestasi belajar dan perilaku toleransi siswa.

Pembelajaran akan sangat efektif apabila siswa dapat ikut mengalami pembelajaran sendiri dan mendapatkan pengalaman secara langsung serta dapat merefleksikan nilai-nilai yang terkandung. Pengalaman langsung dapat diperoleh dengan aktivitas pembelajaran yang mengikutsertakan siswa dalam proses belajar. Pembelajaran juga akan lebih bermakna apabila kegiatan siswa dirancang untuk memotivasi dan mengajak mereka untuk memikirkan diri sendiri dan orang lain dalam mengembangkan ketrampilan pribadi, sosial dan emosional. Penerapan modul Living Values dengan media video dan permainan dalam mata pelajaran PKn menjadikan proses pembelajaran dalam keadaan menyenangkan dan memotivasi siswa untuk belajar. Hal ini dikarenakan penerapan modul Living Values dalam kegiatan pembelajaran menggunakan video dan permaianan


(43)

26

menumbuhkan nilai-nilai moral siswa. Dengan demikian siswa dapat memperbaiki perilaku toleransi dan prestasi belajar dalam pembelajaran di kelasnya. Dari uraian diatas jika modul Living Values diterapkan pada siswa kelas IV SDN Kalongan Yogyakarta maka prestasi belajar dan perilaku toleransi akan meningkat. Alur kerangka berpikir dapat diperjelas pada bagan dibawah ini:

Bagan 2.2 Alur Kerangka Berpikir

Kondisi Awal siswa

Guru Pembelajaran konvensional

Hasil tidak Optimal

Siklus 1 PTK Modul Living

Values

Siklus 2

Kondisi akhir: meningkat prestasi belajar dan


(44)

27

2.3 Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

2.3.1 Penerapan modul Living Values pada mata pelajaran PKn memperbaiki perilaku toleransi siswa kelas IV SDN Kalongan Yogyakarta.

2.3.2 Penerapan modul Living Values pada mata pelajaran PKn meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Kalongan Yogyakrta.


(45)

28

BAB 3

METODE PENELITIAN

Dalam bab III ini diuraikan (1) jenis penelitian, (2) seting penelitian, (3) rencana pelaksanaan penelitian, (4) instrument penelitian, (5) uji validitas dan reliabilitas, (6) teknik pengumpulan data, (7) teknik analisis data, (8) indikator keberhasilan serta (9) jadwal penelitian.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK menurut Kurt Lewin (dalam kunandar 2011: 42)“ adalah suatu rangkaian langkah yang terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Selain itu dalam bukunya Muslich (2000: 8) Hopkins mendefinisikan PTK “adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dan tindakan-tindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran

Bagan 3.1. Langkah–langkah penelitian tindakan (Kurt Lewin)

Rencana

Refleksi

Pengamata Refleksi

Rencana

Pengamat

Pelaksanaan Pelaksanaan


(46)

29

3.2 Setting Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memilih SDN Kalongan Yogyakarta. Sekolah tersebut beralamat di Jalan Solo, Kalongan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta kode pos 55282.

3.2.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Kalongan Yogyakarta semester genap tahun ajaran 2012/2013. Jumlah siswa pada penelitian ini adalah 20 siswa yang terdiri dari 10 siswa putri dan 10 siswa putra.

3.2.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah prestasi belajar dan sikap perilaku toleransi pada siswa kelas IV SDN Kalongan Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada mata pelajaran PKn Kompetensi Dasar ”menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya” dengan modul Living Values.

3.3 Pelaksanaan Tindakan

PTK ini dilakukan berdasarkan masalah yang akan diteliti dalam pembelajaran di kelas. Penelitian ini menekankan pada peningkatan prestasi belajar dan perilaku toleransi siswa kelas IV SDN Kalongan Yogyakarta semester genap tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus dan satu siklus terdiri dari 1 x pertemuan (3 jam pelajaran). Adapun langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini yaitu:

3.3.1 Persiapan

Sebelum melakukan penelitian di SDN Kalongan Yogyakarta, terlebih dahulu peneliti menyiapkan beberapa hal. Pertama, peneliti mengidentifikasi masalah yang ada dikelas melalui wawancara dengan guru dan kepala sekolah.

Kedua, informasi yang didapatkan melalui wawancara tersebut peneliti kemudian melanjutkan menganalisis masalah dengan mengamati permasalahan yang ada


(47)

30

dengan mengadakan pengamatan di kelas. Ketiga, setelah mengetahui permasalahan yang terjadi pada siswa peneliti menentukan alternatif pemecahan masalah yang. Keempat, peneliti lalu menetapkan instrumen penelitian yang akan diguunakan dalam penelitian. Kelima, peneliti mulai mengkaji kompetensi dasar dan materi pokoknya sesuai dengan modul Living Values. Keenam, peneliti menyiapkan sumber dan media pembelajaran yang terkait dengan pembelajaran yang sesuai dengan modul Living Values.

3.3.2 Pelaksanaan Siklus 1

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan pengamatan terhadap keadaan siswa di kelas. Berdasarkan pengamatan, peneliti mendapati dua permasalahan utama yakni prestasi belajar siswa dengan rata-rata rendah dan perilaku toleransi yang rendah. Dengan permasalah tersebut, peneliti membuat rencana tindakan pada siklus 1 untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dengan menerapkan modul Living Values. Dalam siklus 1 peneliti mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Hal-hal yang disiapkan peneliti antara lain: membuat silabus, membuat RPP, mempersiapkan media dan sumber belajar yang digunakan serta mempersiapkan soal evaluasi yang diberikan kepada siswa. Selain itu peneliti juga mempersiapkan kertas bagi dua teman peneliti dan guru untuk menulis anekdot serta alat perekam untuk memperoleh video pembelajaran yang telah dilakukan.

Pelaksanaan siklus 1 dilakukan pada hari Selasa, tanggal 26 Maret 2013. Dalam penelitian ini peneliti membuat perencanaan dalam pembelajaran dengan metode Cooperative Learning. Dalam pembelajaran peneliti terlebih dahulu mempresensi siswa. Untuk mengingatkan siswa kembali, peneliti mengulangi pelajaran sebelumnya tentang globalisasi dengan bertanyajawab dari gambar-gambar yang diperlihatkan melalui viewer. Setelah siswa ingat kembali peneliti menjelasan tentang tujuan pembelajaran yang akan dipelajari. Masuk dalam kegiatan inti, siswa diajak untuk melihat video tentang globalisasi makanan. Setelah melihat video siswa dan peneliti membahas isi dari video tersebut. Untuk mengetahui pemahaman siswa tentang video, peneliti memberikan tes evaluasi


(48)

31

yang berbentuk tes uraian yang berhubungan dengan video tersebut. Kegiatan dilanjutkan dengan mendengarkan penjelasan dari peneliti tentang toleransi yang ditimbulkan akibat pengaruh globalisasi. Selanjutnya, siswa dibagi menjadi 5 kelompok untuk belajar bersama membuat poster. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan, peneliti meminta perwakilan tiap kelompok menunjukkan hasil kerjanya di depan kelas dan dilanjutkan dengan membahasnya bersama-sama. Setelah semua terlihat paham, peneliti dan siswa bersama-sama merangkum kegiatan pemebelajaran dan diakhiri dengan mengerjakan tes evaluasi yang telah disiapkan oleh peneliti.

Dalam melakukan pembelajaran di kelas peneliti juga melakukan pengamatan terhadap sikap hormat siswa dalam hal toleransi kepada orang lain, mengamati melalui hasil anekdot yang dibuat oleh guru kelas IV dan dua teman peneliti yang duduk di belakang, mengamati melalui hasil wawancara dengan guru serta mengamati secara keseluruhan siswa dan kelas melalui video yang telah disiapkan.

Setelah melakukan kegiatan pengamatan, peneliti melakukan refleksi bersama dengan dosen pembimbing, teman dan juga guru kelas IV SDN Kalongan. Dalam melakukan refleksi peneliti mencatat dan mengevaluasi proses pembelajaran (kendala, kekurangan, dan hal-hal lain yang dijumpai dalam proses belajar mengajar), membahas permasalahan yang ditemui, menganalisis hasil pembelajaran dengan melihat ketercapaian indikator hasil pembelajaran. Dari tindakan yang dilakukan peneliti dapat melihat hasilnya apakah masalah yang dialami sudah teratasi atau belum. Jika masalah pada siklus 1 belum teratasi maka penelitian dilanjutkan pada siklus 2, dan seterusnya sampai permasalahan yang dihadapi dapat teratasi sesuai dengan indikator ketercapain.

3.3.3 Pelaksanaan Siklus 2

Setelah peneliti menganalisis data yang didapatkan dari siklus 1, hasil yang diperoleh belum memenuhi target peneliti. Dari 20 jumlah siswa kelas IV hanya ada 80% yang tuntas KKM sedangkan target dari peneliti adalah 90%. Selain itu pada siklus 1 semua indikator sikap toleransi belum mengalami


(49)

32

perubahan yang baik. Dengan permasalahan tersebut, peneliti membuat rancana tindakan pada siklus 2 untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dengan penerapan modul Living Values dalam pembelajarannya. Dalam siklus 2 peneliti mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan dalam pembelajaran seperti halnya pada siklus 1. Hal-hal yang disiapkan peneliti antara lain: membuat silabus, membuat RPP, mempersiapkan media dan sumber belajar yang digunakan serta mempersiapkan soal evaluasi yang akan diberikan kepada siswa. Selain itu peneliti juga mempersiapkan kertas untuk menulis anekdot bagi dua teman peneliti dan guru serta alat perekam untuk menghasilkanvideo pembelajaran.

Siklus 2 dilakukan pada hari Selasa, tanggal 23 April 2013. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pembelajaran berdasarkan RPP yang sudah dibuat dengan model pembelajaran Cooperative Learning. Pembelajaran siklus 2 diawali dengan melakukan presensi untuk mengetahui jumlah siswa yang hadir. Setelah selesai melakukan presensi, siswa diingatkan kembali pelajaran sebelumnya dengan mengadakan tanya jawab tentang adanya globalisasi sesuai dengan pelajaran sebelumnya. Pada kegiatan inti siswa diajak melihat video tentang kebudayaan. Siswa kemudian diminta untuk menanggapi video tersebut. Untuk mengetahui pemahaman siswa, peneliti memberikan tes uraian yang berupa kasus berdasarkan video yang telah mereka lihat. Peneliti juga mengajak siswa bermain pada siklus 2 ini agar tidak merasa bosan. Permainan ini dinamakan

“Berjalan dengan Sepatumu” dan dilakukan secara berpasangan. Dalam

permainan ini siswa diminta untuk menirukan gerak teman pasangannya tersebut. Setelah permainan ini selesai, siswa diminta mengungkapkan perasaannya dengan berpendapat tentang apa yang telah mereka lakukan. Pembelajaran dilanjutkan dengan merangkum dan diakhiri dengan menjawab soal evaluasi yang telah disiapkan oleh peneliti.

Dalam melakukan pembelajaran di kelas peneliti juga melakukan pengamatan terhadap sikap hormat siswa dalam hal toleransi kepada orang lain, mengamati melalui hasil anekdot yang dibuat oleh guru kelas IV dan dua teman peneliti yang duduk di belakang, mengamati melalui hasil wawancara dengan guru serta mengamati secara keseluruhan siswa dan kelas melalui video yang telah disiapkan.


(50)

33

Setelah melakukan kegiatan pengamatan, peneliti melakukan refleksi bersama dengan dosen pembimbing, teman dan juga guru kelas IV SDN Kalongan. Dalam melakukan refleksi peneliti mencatat dan mengevaluasi proses pembelajaran (kendala, kekurangan, dan hal-hal lain yang dijumpai dalam proses belajar mengajar), membahas permasalahan yang ditemui, dan menganalisis hasil pembelajaran dengan melihat ketercapaian indikator hasil pembelajaran. Dari tindakan yang dilakukan peneliti dapat melihat hasil penelitian sudah bisa mengatasi permasalahan yang dihadapi, dengan demikian penelitian dihentikan pada siklus 2.

3.4Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat ukur dalam penelitian (Sugiyono, 2010: 148). Instrumen penelitian yang digunakan peneliti adalah tes prestasi belajar, catatan anekdot, pedoman wawancara dan video.

3.4.1 Tes Tertulis

Tes tertulis merupakan tes di mana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan (Kunandar, 2009: 187). Tes yang digunakan adalah tes obyektif. Tes objektif adalah tes yang disusun di mana untuk setiap pertanyaan tes disediakan alternatif jawaban yang dapat dipilih. Penyusunan Tes obyektif berdasarkan kisi-kisi yang mengacu pada tujuan instruksional ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom. Tes objektif ini digunakan peneliti untuk mengetahui nilai dari aspek kognitif siswa. Selain tertulis objektif, dalam penelitian ini juga menggunakan tes tertulis yang berupa uraian untuk menilai aspek afektif siswa dengan memeberikan kasus berdasarkan topik pembelajaran yang dilakukan. Tes uraian yang berjumlah dua soal diberikan kepada siswa setelah melihat video.

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Soal Tertulis Tiap Siklus

KISI-KISI TES OBJEKTIF

MATA PELAJARAN Pkn KELAS IV SEMESTER GENAP Standar Kompetensi:


(51)

34 Kompetensi Dasar:

4.3Menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya.

Kondisi Indikator Level No. Soal

Kondisi Awal

Memberikan contoh pengaruh globalisasi baik positif maupun negatif di lingkungannya.

Mengingat 5, 12, 20, 25, 26, 29, 33,34 Mengidentifikasi budaya-budaya Indonesia

dalam adanya pengaruh globalisasi.

Analisis 2, 13, 17, 22, 26, 30, 31,

Mengidentifikasi 2 sikap adanya pengaruh globalisasi dari video yang ditontonnya.

Analisis 1, 6, 7, 9, 10, 11, 23 Menunjukkan 2 macam benda dari video yang

merupakan pengaruh globalisasi.

Analisis 14, 15, 18, 24

Mengasosiasikan video yang dilihatnya dengan kehidupan sehari-hari.

Evaluasi 3, 4, 8, 16, 19, 21, 27, 28, 32

Siklus 1

Memberikan contoh pengaruh globalisasi baik positif maupun negatif di lingkungannya.

Penerapan 10, 15

Mengidentifikasi budaya-budaya Indonesia dalam adanya pengaruh globalisasi.

Analisis 6, 8, 11, 14

Mengidentifikasi 2 sikap adanya pengaruh globalisasi dari video yang ditontonnya.

Analisis 1, 2, 4, 5, 12

Menunjukkan 2 macam benda dari video yang merupakan pengaruh globalisasi.

Analisis 7, 13

Mengasosiasikan video yang dilihatnya dengan kehidupan sehari-hari.

Evaluasi 3

Siklus 2

Memberikan contoh pengaruh globalisasi baik positif maupun negatif di lingkungannya.

Penerapan 1, 9, 14

Mengidentifikasi budaya-budaya Indonesia dalam adanya pengaruh globalisasi.

Analisis 5, 8, 10, 12

Mengidentifikasi 2 sikap adanya pengaruh globalisasi dari video yang ditontonnya.

Analisis 2, 4

Menunjukkan 2 macam benda dari video yang merupakan pengaruh globalisasi.

Analisis 13, 15

Mengasosiasikan video yang dilihatnya dengan kehidupan sehari-hari.

Evaluasi 3, 6, 7, 11

KISI-KISI TES OBJEKTIF

MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SEMESTER GENAP Standar Kompetensi:

5 Menunjukkan sikap globalisasi di lingkungannya. Kompetensi Dasar:

4.3Menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya.


(52)

35

Kondisi Indikator Level No. Soal

Kondisi Awal

Memilih perilaku yang akan ditiru dalam video yang dilihatnya.

Penerapan 1, 3

Memberikan alasan dalam menyetujui atau menolak perilaku yang ada didalam video.

Evaluasi 2,4

Siklus 1

Memilih perilaku yang akan ditiru dalam video yang dilihatnya.

Penerapan 1

Memberikan alasan dalam menyetujui atau menolak perilaku yang ada didalam video.

Evaluasi 2

Siklus 2

Memilih perilaku yang akan ditiru dalam video yang dilihatnya.

Penerapan 1

Memberikan alasan dalam menyetujui atau menolak perilaku yang ada didalam video.

Evaluasi 2

3.4.2 Catatan Anekdot

Catatan anekdot adalah suatu catatan tentang peristiwa yang menarik dan bersifat faktual. Catatan anekdot berisi kejadian-kejadian nyata yang baru saja terjadi dan bukan suatu opini. Pada penelitian ini catatan anekdot dibuat oleh dua rekan peneliti dan juga guru kelas yang ikut dalam pembelajaran. Catatan yang dibuat itu merupakan suatu bentuk pengamatan tertulis yang bersifat deskriptif tentang apa yang terjadi dalam kelas pada jangka waktu tertentu (Muslich, 2010: 60). Dalam penelitian ini catatan anekdot sangat membantu peneliti dalam mengamati sikap toleransi siswa dalam pembelajaran didalam kelas.

3.4.3 Wawancara

Wawancara merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan peserta didik (Arifin, 2009: 157). Wawancara dapat dilaksanakan oleh guru dengan siswa, observer dengan siswa, siswa dengan siswa, dan terkadang guru dengan observer (Hopkins, 2007: 190). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara semi terstruktur sebab dengan wawancara tipe ini suasana lebih santai karena narasumber dapat menjawab pertanyaan secara bebas. Selain itu peneliti menggunakan pertanyaan campuran dengan mengacu topik pertanyaan yang sudah disiapkan sehingga pertanyaan dapat terarah pada sasarannya.


(53)

36

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara

No Indikator Sikap Pertanyaan

1. Memberikan pelayanan yang sama terhadap orang lain

Apakah siswa sudah terlihat saling membantu dan peduli terhadap orang lain?

Apakah siswa terlihat saling

menghargai dengan adanya perbedaan dengan orang lain?

2. Memberikan pelayanan yang sama terhadap ABK

Apakah siswa sudah memperlakukan siswa ABK dengan baik?

Apakah siswa sudah menunjukkan tingkah laku yang sopan terhadap ABK?

3. Bekerja dalam kelompok

Apakah siswa terlihat saling bekerja sama dalam kelompok?

Apakah siswa sudah menunjukkan sikap toleransi dengan perbedaan yang ada dikelompoknya?

3.4.4 Video

Video tape recorder digunakan sebagai perangkat untuk mengumpulkan atau merekam informasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung (Hopkins, 2007). Video rekaman membantu peneliti untuk mengamati berbagai aspek yang ingin diteliti dan menyajikan informasi yang akurat untuk diteliti. Fungsi video rekaman dalam penelitian ini antara lain untuk memperoleh gambaran secara visual dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, untuk bahan diagnosis, dan untuk menguji setiap pembelajaran secara detail (Hopkins, 2007).

3.5 Uji validitas dan Reliabilitas 3.5.1 Validitas

Validitas menjadi hal penting dalam suatu intrumen penelitian. Menurut Masidjo (1995: 242), validitas suatu tes adalah taraf sampai di mana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Koefisien validitas suatu tes dinyatakan dalam suatu bilangan koefisien yakni antara -1,00 sampai dengan 1,00 dengan taraf signifikansi 1% dan 5%. Besar koefisien tersebut adalah:


(54)

37

Tabel 3.3 Kriteria besar koefisien validitas

Koefisisen Korelasi Kualifikasi

0,91 – 1,00 Sangat tinggi 0,71 – 0,90 Tinggi 0,41 – 0,70 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah Negatif – 0,20 Sangat rendah

Hasil perhitungan validitas dengan program komputer SPSS 20 (Statistical Product and Service Solution) didapati bahwa dari 40 butir soal yang diujikan pada 53 siswa, 19 butir soal dinyatakan valid. Hasil uji validitas soal yang valid dapat dilihat pada table berikut ini

Tabel 3.4 Hasil uji validitas pertama

No Pearson Correlation Sig. (2-Tailed) Keputusan

1 0,108 0,443 Tidak valid 2 0.160 0.251 Tidak valid 3 0.243 0.079 Tidak valid 4 0,471** 0,000 Valid 5 0.253 0.o68 Tidak valid

6 - - Tidak valid

7 0.213 0.126 Tidak valid 8 0.380** 0.005 Valid

9 - - Tidak valid

10 0,165 0.238 Tidak valid 11 0.326* 0.017 Valid 12 0.329* 0.016 Valid 13 0.366** 0.007 Valid 14 0.532** 0.000 Valid 15 0,244 0,078 Tidak valid

16 - - Tidak valid

17 -0.044 0.753 Tidak valid 18 0.281* 0.041 Valid 19 0.434** 0.001 Valid

20 - - Tidak valid

21 0,534** 0.000 Valid 22 0.399** 0.003 Valid 23 0,179 0,199 Tidak valid 24 0.269 0.051 Tidak valid 25 0,156 0,264 Tidak valid 26 -0,050 0,720 Valid 27 0.281* 0.041 Valid 28 0.570** 0.000 Valid 29 0.321* 0.019 Valid


(55)

38

No Pearson Correlation Sig. (2-Tailed) Keputusan

30 0.444** 0.001 Valid 31 0.252 0.069 Tidak valid 32 0.495** 0.00 Valid 33 0,278* 0,044 Tidak valid 34 0.226 0.104 Tidak valid 35 0.412** 0.002 Valid 36 0.443* 0.01 Valid 37 0.263 0.057 Tidak valid 38 0.174 0.214 Tidak valid 39 0.217 0.118 Tidak valid 40 0.426** 0.001 Valid

Hasil validitas tersebut belum memenuhi jumlah soal dalam instrumen penelitian, sehingga soal-soal yang belum valid direvisi kemudian diujikan kembali dan didapati 15 soal telah valid. Soal yang valid tersebut kemudian digunakan pada pengujian untuk pengambilan data dengan jumlah 15 soal untuk setiap siklusnya. Hasil dari uji validitas tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.5 Hasil uji validitas kedua

No Pearson Correlation Sig. (2-Tailed) Keputusan

1 0,360 0,010 Valid 2 0. 411** 0.003 Valid 3 0,609* 0,000 Valid 4 0.373* 0.008 Valid 5 0.449** 0.218 Valid 6 0.491** 0.001 Valid 7 0.268 0.060 Tidak valid 8 0,193 0,180 Tidak valid 9 0.597** 0.000 Valid 10 0.630** 0.000 Valid 11 0,128 0,374 Tidak valid 12 0.310* 0.029 Valid 13 0.635** 0.000 Valid 14 0.170 0.237 Tidak valid 15 0.402** 0.004 Valid 16 0.623** 0.000 Valid 17 0,501** 0,000 Valid 18 0.128 0.374 Tidak valid 19 0.468** 0.001 Valid 20 0.651** 0.000 Valid


(1)

(2)

124

Siklus 1

Siswa mengerjakan soal evaluasi Antusias siswa dalam pembelajaran


(3)

125

Siklus 2

Suasana kegiatan pembelajaran Siswa belajar bersama dalam kelompok


(4)

(5)

(6)

128

CURRICULUM VITAE

Ndaru Arumsari lahir di Klaten, 2 Januari 1989. Pendidikan dasar diperoleh di SD Negeri Manjung I Klaten tamat pada tahun 2002. Pendidikan menengah pertama diperoleh di SMP Negeri I Klaten, tamat pada tahun 2004. Pendidikan menengah atas diperoleh di SMA Negeri I Karanganom Klaten, tamat pada tahun 2006.

Pada tahun 2009, peneliti melanjutkan studi ke perguruan tinggi dan terdaftar sebagai mahasiswi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Pendidikan di perguruan tinggi diakhiri dengan menulis skripsi tentang Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar dan Perilaku Toleransi Melalui Penerapan Modul Living Values Pada Mata Pelajaran PKn Siswa