22
6. Kerangka Teori
a. Habitus Intelektual dan Arena Kuasa
Untuk melihat bagaimana intelektual memainkan peran serta membentuk posisi dan identitas mereka di dalam masyarakat, penulis akan menggunakan konsep
“habitus dan arena” dari filsuf Prancis Pierre Bourdieu. Konsep tersebut menggambarkan bahwa posisi atau identitas seseorang tidak terlahir secara alamiah,
melainkan dibentuk melalui arena atau sejarah. Konsep ini juga mengatasi dikotomi antara individu dan masyarakat, agensi dan struktur sosial, serta kebebasan dan
determinisme. Posisi dan identitas kaum intelektual yang mempunyai modal budaya dan simbolik itu tidak terbentuk secara alami dan serta tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan masyarakat. Modal budaya dan modal simbolik ini selanjutnya akan diuraikan secara spesifik pada bab dua.
Sebelum menjelaskan apa itu konsep habitus dan arena yang representasikan oleh Bourdieu, ada baiknya penulis menjelaskan terlebih dahulu sedikit sejarah dari
penamaan atau pemakaian dari kata intelektual itu sendiri dan secara formal yang dipakai di Prancis. Ketika surat kabar harian Paris
L’Aurore dengan editor Georges Chèmenceau menyiarkan Manifeste des Intellectuals pada 14 Januari 1898 sebagai
respon terhadap kasus Dreyfus, dalam surat kabar tersebut digambarkan para Dreyfusards
29
menuntut agar kasus Dreyfus dibuka kembali yang pada tahun 1894
29
Julukan bagi para pembela Kapten Dreyfus ,mereka adalah para pengarang yakni, Anatole France, Emile Zola, Daniel Hal
èvy, dan Marcel Proust. Lihat Benda Pengkhianatan Kaum Cendekiawan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1997, hlm viii.
23
dituduh sebagai aktor yang menjual rahasia militer Prancis kepada agen Jerman. Setelah kasus tersebut dibuka kembali pada tahun 1906, dan perjuangan dari Zola,
France, Halevy dan Proust akhirnya Dreyfus dinyatakan tidak bersalah dan dibebaskan. Sejak disiarkannya manifeste tersebut lahirlah
istilah “intelektual” yang sebelumnya tidak didapati dalam kamus standar Prancis.
30
Istilah intelektual merupakan predikat yang dipakai oleh mereka yang memiliki modal budaya
pengetahuan dan simbolik, yakni kaum intelektual. Dengan kata lain predikat tersebut terinternalisasi dalam diri agensi atau seseorang yang berpikir kritis dan mau
mengkritisi masalah-masalah di dalam masyarakat yang menghilangkan hak kemanusiaan sesorang, seperti yang terjadi pada kasus Dreyfus.
Dengan gambaran tersebut dapat dijelaskan bahwa habitus seorang agensi atau intelektual lahir melalui pergulatan dengan realitas baik secara sadar maupun
secara tidak sadar sendiri. Sebagaimana secara formal Bourdieu mendefinisikan habitus sebagai “sistem disposisi yang bertahan lama dan bisa dialihpindahkan atau
transposable , struktur yang distrukturkan yang diasumsikan berfungsi sebagai
penstruktur struktur-sruktur structured structures predisposed to fuction as structuring structures
, yaitu sebagai prinsip-prinsip yang melahirkan dan mengorganisasikan praktik-praktik dan representasi yang bisa diadaptasikan secara
objektif ...”.
31
Artinya habitus bukan terlahir dari hasil pengajaran, melainkan terbentuk dari hasil reproduksi sejarah yang dialami oleh agensi dalam kehidupan.
30
Lihat Benda. Ibid, hlm viii-ix.
31
Pierre Bourdieu. Arena Produksi Kultural, Sebuah Kajian Sosiologi Budaya. terj Yogyakarta:Kreasi Wacana. 2010, hlm xv-xvi.
24
Lebih lanjut Bourdieu juga menjelaskan mengenai maksud dan sekaligus makna dari habitus pada kehidupan sosial sebagai berikut:
The habitus is the generative principle of objectively classifiable judgements and the system of classification principium divisionis of these practices. It is
in the relationship between the two capacities which define habitus, the capacity to produce classifiable practices and works, and the capacity to
differentiate and appreciate these practices and products taste, that the represented social world the space of life-styles is constituted.
32
Habitus merupakan sebuah sistem dari praktik yang dilakukan oleh agensi atau kaum intelektual, entah secara sadar maupun tidak, dalam dunia akademik
maupun sosial ketika ia berada. Oleh karena itu habitus terinternalisasi dalam diri individu dan sekaligus menjadi pembentuk identitas seseorang sebagai kaum
intelektual dengan berbagai modal yang dimiliki, yakni modal budaya, simbolik, sosial, dan ekonomi. Menurut Bourdieu habitus merupakan pembentukan sistem
sosial melalui struktur kemampuan kognitif yang secara sosial disituasikan dengan struktur-struktur yang didefinisikan dengan kepentingan dari individu atau agensi.
33
Pada sisi lain habitus bersumber pada rangkaian struktur yang secara objektif diorganisir melalui sebuah produksi startegi.
Menurut Bourdieu strategi yang dipakai para agensi berdasarkan pada sejumlah modal yang dimiliki dan struktur modal dalam posisinya di ruang sosial.
Jika mereka berada dalam posisi dominan maka strateginya diarahkan pada upaya
32
Bourdieu. Distinction A Social Critique Of The Judgement Of Taste. Harvard university press. Cambridge, Massachuset ts, 1984 hlm 170.
33
Lihat Bourdieu. Outline Of A Theory Of Practice diterjemahkan Richard Nice. Cambridge university Press, 1977, hlm 76.
25
melestarikan dan mempertahankan status quo, sementara mereka yang didominasi berikhtiar mengubah distribusi modal, aturan main, dan posisinya.
34
Konsep habitus ini mengandaikan bahwa kaum intelektual dapat membentuk habitusnya hanya dalam
suatu arena dengan modal-modal yang dimiliki. Sebab bagi Borudieu habitus bukan hanya struktur yang distrukturkan dengan bentuk praktik dan presepsi, melainkan
juga sebuah prinsip struktur yang dibagikan ke dalam logika kelas dan diatur melalui presepsinya terhadap dunia sosial.
35
Itu artinya habitus merupakan representasi atas posisi agensi dalam kehidupan sosial serta praktiknya dalam dunia sosial atau dalam
suatu arena bagi dirinya untuk memanifestasikan identitas keintelektualnya. Intelektual yang dikarunia oleh modal budaya dan simbolik dapat menentukan
posisi dan perannya untuk menyuarakan kepentingan sosial sebagai perwujudan tanggung jawabnya, sebab pengetahuan sendiri dapat membentuk kekuasaan selama
modal budaya dapat diperjuangkan di dalam arena yang memiliki aturan mainnya tersendiri. Arena adalah ruang yang memungkinkan kaum intelektual dapat
membentuk posisinya sebagai kaum intelektual. Oleh Bourdieu, arena didefinisikan sebagai:
Tempat di mana pembentukan sosial apapun distrukturkan melalui serangkaian arena yang terorganisasi secara hirarkis arena pendidikan, arena
kultural, arena politik, arena ekonomi, dan sebagainya. Arena adalah suatu konsep dinamis di mana perubahan posisi agen-agen mau tak mau
menyebabkan perubahan struktur arena. Arena merupakan ruang yang
34
Lihat Fauzi Fashri. Pierre Bourdieu, Menyingkap Kuasa Simbol. Yogyakarta: Jalasutra, hlm 113.
35
The habitus is not only a structuring structure, which organizes practice and preseption of practice, but also a structured structure: the principle of division into logic clasess which organizes the
perception of the social world … Bourdieu. Distinction A Social Critique Of The Judgement Of Taste.
Harvard university press. Cambridge, Massachuset ts, 1984 hlm 170.
26
terstruktur dengan kaidah-kaidah keberfungsiannya sendiri ... kendati setiap arena relatif otonom, namun secara struktural mereka tetap homolog satu
sama lain ... strukturnya, di momen apapun, ditentukan oleh relasi-relasi di antara posisi-posisi yang ditempati agen-
agen di arena tersebut.”
36
Intelektual tidak dapat membentuk identitas atau habitusnya mereka tanpa ada arena. Sebab arena merupakan perwujudan untuk membentuk posisi seseorang
sebagai intelektual. Di dalam arena ini kemudian dipertaruhkan modal-modal oleh agensi intelektual untuk membentuk identitasnya. Dengan kata lain, seorang yang
dapat dikatakan intelektual jika ia mampu untuk mempertaruhkan modal-modal yang dimiliki di arena, entah arena intelektual, ekonomi, seni, sosial, politik dan
sebagainya untuk melegitimasi dirinya sebagai kaum intelektual. Dengan demikian arena didefinisikan oleh Bourdieu sebagai arena kekuatan atau arena perjuangan
field is field forces and field struggle.
37
Arena merupakan tempat perjuangan dari kaum intelektual untuk mempertaruhkan modal-modal yang dimilikinya untuk
membentuk posisinya atau identitasnya dalam suatu ruang. Dengan kata lain arena adalah ruang sosial yang terstruktur.
Dengan kapasitas dan pendidikan modal budaya dan simbolik yang dimiliki oleh kaum intelektual akan dapat dijadikannya sebagai strategi untuk memposisikan
dirinya dalam kehidupan sosial atau arena sosial sebagai tempat berlangsungnya penciptaan identitas dengan relasi antara modal-modal untuk membentuk habitusnya.
Oleh karena itu, otonomi arena produksi kultural, atau faktor struktural juga akan
36
Bourdieu. Arena Produksi Kultural, Sebuah Kajian Sosiologi Budaya. Op.cit, hlm xvii-xviii.
37
Lihat Bourdieu. The Field Of Culture Production, Essay On Art And Literature diterjemahan dan di edit oleh Randal Jhonson. Columbia University Press 1993, hlm 30.
27
menentukan pergulatan internal dalam bidang ini, berbeda-beda menurut periode yang tengah dijalani sebuah masyarakat dan menurut perbedaan masyarakat itu
sendiri. Sejalan dengan ini, menurut Bourdieu sebagaimana yang dikutip Jenkins
2010, arena intelektual merupakan tempat berlangsungnya penciptaan posisi para agen ... dan merupakan suatu sistem para agensi atau sistem-sistem pelaku, yaitu
institusi yang memiliki relasi satu sama lain mungkin dikonseptualisasikan sebagai kekuatan untuk membedakan kekuatan yang secara berlawanan atau terkombinasi.
Menstrukturkan arena itu pada segalah momen spesifik. Kekuatan-kekuatan tersebut didefinisikan oleh posisi-posisi mereka dalam arena ketimbang oleh karakteristik
intrinsik. Intelektual juga dapat didefinisikan oleh partisipasi mereka dalam arena budaya yang didefinisikan sebagai sistem relasi antara tema dan masalah.
38
Arti penting relatifnya peran-peran yang dimainkan seniman dan intelektual pun akhirnya juga berbeda-beda. Di satu sisi, intelektual dengan fungsi sebagai ahli
atau teknisi menawarkan jasa-jasa simbolik seperti prestise, gelar, dan kekuasaan terhadap pihak yang dominan. Di sisi lain, perannya sebagai pemikir bebas dan kritis,
yang diperoleh lewat arena dan dipertahankan untuk melawan pihak dominan. Kaum intelektual yang menggunakan modal secara khusus diperoleh lewat otonomi dan
dijamin keotonomian arena itu sendiri untuk campur tangan ke dalam arena politik, mengikuti model Emile Zola: yang pada era 1927 membela kapten Dreyfus sebagai
38
Lihat Richard Jenkins. Membaca Pikiran Pierre Bourdieu. terj Yogyakarta: Kreasi Wacana 2010, hlm 205-206.
28
orang yang berdarah yahudi, ketika difitnah oleh intelektual-intelektual Prancis yang anti Yahudi.
39
b. Pembentukan Identitas Intelektual