42
ini dalam pandangan Bourdieu menjadi intelektual merupakan hasil dari suatu pola hubungan, relation. Seseorang menjadi intelektual di satu sisi berdasarkan konsepsi
diri dan pandangan terhadap orang lain subyektif, dan di sisi lain seluruh subjektivitasnya ditentukan oleh posisi seorang di dalam ranah sosial social field,
yang tidak dihilangkan begitu saja.
52
Modal budaya dan modal simbolik yang dimiliki akan menjadi penting untuk dapat melegitimasi posisi seseorang sebagai intelektual. Dari kedua modal itu, kaum
intelektual dapat memproduksi wacana dan sekaligus mempraktekan wacana itu di
dalam kehidupan sosial. Sejalan dengan ini, Edward W. Said dalam The
Representation of Intellectuals 1994 mendefinisikan intelektual sebagai
“individu yang dikaruniai bakat dan kemampuan mengartikulasikan pesan, pandangan, sikap,
philosophy atau opini kepada publik
”.
53
2. Seperti Apakah Modal Budaya Kaum Intelektual
Untuk menjalankan peran dan menempatkan posisi sebagai kaum intelektual dalam dunia akademik, mereka sebagai kaum intelektual harus memiliki modal-
modal agar dapat memahami apa yang dijalankan, baik dalam universitas maupun dalam kehidupan sosial. Modal ini yang nanti akan membentuk dirinya sebagai kaum
intelektual ketika bertarung dalam sebuah arena. Modal yang dimaksud adalah modal
52
Lihat Arizal Mutahir. Op.cit,. Yogyakarta:Kreasi Wacana, hlm 9.
53
Lihat Edward W. Said. Representations Of The Intellectual. New York: Vintage Books.1994,hlm 11.
43
budaya. Modal budaya adalah sebuah kepemilikan berupa pengetahuan, kecakapan, persepsi, seni berbicara, dan sebagainya. Sejalan dengan ini menurut Bourdieu modal
budaya ialah suatu penegetahuan, suatu kode internal atau suatu akuisisi dan kalkulasi kognitif yang melengkapi agen. Misalnya, sebuah karya seni mengandung makna dan
kepentingan hanya bagi orang yang memiliki kompetensi kultural.
54
Artinya, seorang agensi dapat menulis sebuah karya seni, apabila ia memiliki kecukupan modal budaya
yang dijadikan bahan untuk menulis karya seni tersebut.
Modal budaya dapat dipilah menjadi dua bentuk, yakni modal budaya yang diinstitusionalkan
55
dan modal budaya yang tidak diinstitusionalkan.
56
Kedua modal ini menjadi penting bagi kaum intelektual karena dengan modal tersebut kaum
intelektual dapat mereproduksi pengetahuan di dalam universitas, dengan cara menulis dan berbicara mengenai persoalan kekerasan yang terjadi di dalam
masyarakat. Modal tersebut juga digunakan untuk mempertahankan posisinya atau bersaing dengan agensi lain dalam arena intelektual maupun kehidupan sosial untuk
membentuk identitasnya sebagai kaum intelektual. Reproduksi pengetahuan dapat berjalan sejauh mereka mempunyai modal budaya yang dapat digunakan untuk
54
Lihat Randal Johnson dalam Pengantarnya Pierre Bourdieu Tentang Seni, Sastra Dan Budaya, dalam Bourdieu. Arena produksi Kultural, Sebuah Kajian Sosiologi Budaya. Yogyakarta: Kreasi Wacana, hlm
xix.
55
Yang dimaksud dengan modal budaya yang diinstitusionalkan di sini berupa, Ijazah, gelar, jabatan akademik dan sebagainya.
56
Yang dimaksud dengan modal budaya yang tidak diinstitusionalkan ialah, pengetahuan, buku, kecakapan, cara pembawaan dan sebagainya,
44
memahami atau menjelaskan problem sosial yang dibicarakan oleh agensi lain
57
atau yang diperdebatkan dalam kehidupan sosial.
Dengan modal budaya atau kapasitas dan pendidikan yang dimiliki oleh intelektual merupakan sebuah strategi untuk memposisikan dirinya dalam kehidupan
sosial sebagai tempat berlangsungnya penciptaan identitas dengan relasi antara modal dan habitus. Oleh karena itu otonomi arena produksi kultural, atau faktor struktural
yang menentukan pergulatan internal dalam bidang ini, berbeda-beda menurut periode yang tengah dijalani sebuah masyarakat dan menurut perbedaan masyarakat
itu sendiri.
Tanpa modal budaya kaum intelektual tidak dapat bersaing dengan agensi lain dalam suatu arena yang akan melegitimasi peran dan posisinya, sebab arena
membutuhkan sebuah modal untuk siap dipertaruhkan oleh seorang agensi untuk membentuk dirinya sebagai kaum intelektual dan sekaligus mengafirmasi identitas
khasnya. Misalnya, seorang dosen tidak dapat dikatakan sebagai seorang intelektual atau seorang dosen tidak dapat berbicara mengenai sebuah persoalan konflik, jika ia
sendiri tidak memiliki pemahaman mengenai konflik modal budaya itu. Oleh karena itu, modal budaya merupakan kekuatan tersendiri, dan landasan bagi argumentasi
kaum intelektual untuk melakukan kritik, menyampaikan pendapat dan sekaligus dapat membentuk identitasnya.
57
Agensi lain ialah elite, pengusaha, politikus dan sebagainya.
45
Identitas ini bukanlah dinegasikan oleh suatu kepemilikan modal budaya, melainka hadir dari pertarungan modal budaya dari intelektual dalam kehidupan
sosial. Modal budaya dipreferensi oleh kaum intelektual agar dapat memproduksi pengetahuan dan wacana baik secara teoritik maupun landasan dalam praktik. Secara
teoritik dimaksudkan agar modal budaya dari kaum intelektual dapat menjadi legitimasi untuk menambah pengetahuannya, sementara dalalm praktik dimaksudkan
agar kepemilikan modal budaya dari kaum intelektual dapat menjadi acuan untuk berbicara mengenai masalah yang terjadi dalam kehidupan atau lingkungan sosial.
3. Seperti Apakah Modal Simbolik Kaum Intelektual