13
2. Rumusan Masalah
Bertolak dari paparan di atas, penulis merumuskan beberapa permasalahan yang akan dijadikan fokus penelitian dan penulisan tesis ini, yakni:
1. Bagaimana kaum intelektual membentuk identitas mereka pada konflik di Maluku Utara 1999-2000?
2. Bagaimana peran dan posisi dari kaum intelektual dalam konflik tersebut? 3. Bagaimana kaum intelektual sebagai agensi menegosiasikan modal budaya
dan modal simbolik dalam konflik tersebut?
3. Tujuan Penelitian
Konflik yang terjadi di Maluku Utara pada era 1999-2000 merupakan salah satu dari peristiwa sosial di Indonesia, yang telah menghilangkan semangat nilai
pluralisme yang ada di dalam masyarakat. Peristiwa ini kemudian juga memicu lahirnya rasa benci, dendam, tidak saling percaya, serta memunculkan terjadinya
benturan fisik di antara warga masyarakat, baik yang beragama Islam maupun yang beragama Kristen. Di dalam kondisi seperti ini muncullah pertanyaan di manakah
posisi dan peran dari kaum intelektual yang berada di universitas-universitas sebagai salah satu wilayah tempat diproduksinya pengetahuan. Dipertanyakan pada
representasi keberpihakan mereka dalam kehidupan masyarakat yang sedang berkonflik.
Penelitian ini bertujuan memperlihatkan beberapa hal, pertama penelitian ini menjelaskan di mana peran dan posisi kaum intelektual dalam konflik berdarah di
14
Maluku Utara 1999-2000. Kedua, penelitian ini bertujuan memahami bagaimana intelektual membentuk identitasnya di tengah-tengah konflik kekerasan dengan
menggunakan modal budaya dan modal simbolik yang dimilikinya. Ketiga, mau dilihat seperti apa otonomi intelektual dalam arena kehidupan masyarakat saat suatu
konflik sedang terjadi. Dan keempat mau dilihat pula seperti apa modal-modal budaya dan simbolik yang dimiliki kaum intelektual bergerak dalam masyarakat di
saat konflik.
4. Pentingnya Penelitian
Pentingnya penelitian ini bagi penulis karena teori yang digunakan pada penelitian ini, yakni teori habitus dan arena dari Bourdieu dapat menjelaskan peran
dan posisi kaum intelektual serta pembentukan identitas mereka pada saat konflik di Maluku Utara terjadi, sehingga memiliki kerangka acuan teoritik yang sesuai. Dan
bukan karena persoalan konflik yang dijelaskan dalam penelitian ini, melainkan lebih pada persoalan bagaimana konsep tersebut dipakai untuk menganalisa peran dan
posisi dari kaum intelektual yang hidup dalam ruang akademik dan sosial di Maluku Utara, ketika menjalankan tanggung jawab sebagai intelektual pada satu situasi
konflik. Selain itu, penelitian ini juga diharapakan secara praktik dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat, pers, mahasiswa, peneliti, dan sebagainya agar
dapat mendorong cara berpikir kritis ketika memandang sebuah peristiwa sosial. Dengan demikian ada beberapa poin yang menjadi penting dari penelitian
ini. Pertama, penelitian ini diharapkan untuk mengetahui dan memahami seberapa
15
jauh peran intelektual di Maluku Utara pada konflik 1999-2000. Kedua dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat bagi perkembangan ilmu kajian
budaya. Ketiga, diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah khasanah kajian ilmu Humaniora yang bermanfaat bagi penulis sendiri dalam mengembangkan kajian ilmu
budaya pada dunia akademik dan dalam kehidupan masyarakat secara umum.
5. Studi Pustaka