81
2016:9-10 juga menegaskan bahwa pelayanan untuk pengembangan jemaat harus memperhatikan situasi dan keadaan umat termasuklah terutama
keprihatinan-keprihatinan yang mempengaruhi kehidupan beragama. Oleh yang demikian, diharapkan katekis dapat mengambil sikap yang tepat
dan benar terhadap tantangan-tantangan pelayanan dewasa ini. Tantangan yang ada harus disikapi dan ditanggapi secara kritis serta bijaksana oleh para katekis
agar kasih Allah dapat disalurkan kepada banyak orang. Sementara itu, pembinaan dan pendampingan terhadap katekis dan calon katekis juga harus terus diupayakan
dalam rangka membekali dan menyiapkan para katekis yang siap melayani, berspiritualitas mendalam, selalu bersemangat untuk melayani, serta teguh,
tangguh dan tanggap terhadap situasi zaman. Maka pembahasan bab selanjutnya merupakan upaya memberi inspirasi kepada para katekis agar dapat menghayati
panggilannya sebagai pelayan sehingga mereka pun tetap bersemangat dalam melayani umat meskipun menghadapi banyak tantangan dan kesulitan.
B. Tugas dan Peranan Katekis sebagai Pelayan Umat pada Zaman Ini
Dalam Gereja katekis memiliki tugas dan peranan yang sangat vital. Katekis adalah seorang pelayan yang dengan cara khusus melaksanakan
pelayanan kepada umat. Bagian ini akan memaparkan tugas dan peran katekis sebagai pelayan umat. Namun sebelumnya penulis akan memaparkan arti dan
makna pelayanan agar lebih dipermudah dalam membahas tugas dan peranan katekis sebagai pelayan umat pada zaman ini.
82
1. Pelayanan
Dalam konteks dunia pada umumnya pelayanan sering disebut sebagai service. Meskipun kata ini sering juga dipakai dalam konteks rohani namun lebih
cenderung kepada hukum memberi dan menerima terutama sekali dalam dunia bisnis. Melayani dalam hal ini selalu disertai dengan motivasi sebagai pamrih.
Motivasinya adalah untuk mendapatkan sesuatu. Dalam konteks Gereja kata yang dipakai untuk pelayanan adalah diakonia yang berarti aktivitas atau kegiatan
Gereja untuk membangun Gereja itu sendiri. Diakonia ini dilaksanakan dengan semangat pengabdian tanpa pamrih berbeda dengan pelayanan yang disebut
service. Diakonia atau pelayanan memiliki cakupan makna yang sangat luas, maka pembahasan berikut akan mengungkapkan makna pelayanan dari tiga
perspektif.
a. Pelayanan menurut Kitab Suci
Didik Bagiyowinadi 2015: 13-21 dalam buku yang dieditnya dengan judul Kasih tanpa Pamrih,Tulus tiada Modus, menggali makna pelayanan dalam
perspektif Kitab Suci. Penulis dalam bagian ini sepenuhnya mempelajari tulisan Didik Bagiyowinadi dalam rangka mencari makna pelayanan dalam perspektif
Kitab Suci. Baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru memberi gambaran tentang
pelayanan dalam konteks yang berbeda. Dalam Perjanjian Lama, dalam bahasa Latin “melayani” sering disebut “abad” yang sering dimaksudkan sebagai
pelayanan seorang bawahan kepada atasannya misalnya seorang hamba melayani PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
tuannya. Dalam bahasa Yunani “diakoneo” tidak terdapat dalam Perjanjian Lama, kecuali “diakonos” yang ditunjukkan kepada para pelayan istana Est 1:10 dan
penjaga 1 Mak 5:18. Dalam Perjanjian Baru kata “diakoneo” banyak dipakai terutama dalam
Injil. Kata diakoneo juga memiliki beberapa makna yang dapat ditelusuri dalam lima hal. Pertama adalah diakoneo dalam arti dasarnya siap melayani di meja.
Misalnya hamba melayani tuannya Luk 17:8 dan Marta melayani Yesus Yoh 12:2. Kedua, adalah melayani Yesus itu sendiri misalnya para wanita yang
mengikuti dan melayani rombongan Yesus Mat 25:42-44. Ketiga, pelayanan jemaat sesuai karunia masing-masing seperti yang dinyatakan dalam 1 Ptr 4:10.
Pelayanan jemaat ini dapat berupa pelayanan sabda dan pelayanan melalui tindakan Kis 6:2-4. Arti yang keempat adalah perwujudan kasih bagi saudara
seiman yang membutuhkan. Tindakan ini juga merupakan aksi solidaritas bagi saudara seiman seperti tindakan Paulus mengumpulkan kolekte untuk membantu
jemaat di Yerusalem 2 Kor 8:19, RM 15:25. Yang kelima adalah secara langsung merujuk kepada tugas seorang sebagai diakon sebagaimana dalam surat-
surat pastoral seperti 1 Tim 3:10-13. Cakupan tugas seorang sebagai diakon menurut Perjanjian Baru adalah
Pewartaan Sabda seperti yang dilakukan oleh para rasul Kis 1:17, 25, oleh Paulus Kis 20:24, dan oleh pewarta lainnya Kis 19:22. Tindakan yang
dilakukan untuk membangun jemaat juga merupakan cakupan tugas seorang diakon yang digambarkan dalam Ef 4: 11-12. Tugas pelayanan tersebut semuanya