117
2. Tanpa Doa Iman dan Kasih adalah Mati
St. Yohanes Paulus II sangat memperhatikan hidup rohaninya terutama hidup doanya. Doa menjadi bagian yang penting dan sangat menentukan bagi
hidup dan pelayanannya. Karena itu, beliau selalu menyempatkan diri untuk berbicara kepada Tuhan, juga di sela-sela kesibukannya beliau meluangkan waktu
untuk berdoa. Perhatian yang tinggi terhadap kehidupan rohani menggambarkan kerendahan hatinya di hadapan Allah sebagai seorang hamba. Beliau tidak pernah
lupa memohon dan meminta bantuan dari Allah agar ia dapat melaksanakan pelayanan pastoralnya dengan baik. Beliau selalu menempatkan Yesus Kristus
sebagai pusat pelayanannya. Ia berjalan dan melayani bersama Yesus Kristus. Inilah keyakinan St. Yohanes Paulus II yang diterima lewat doa mistisnya, bahwa
Yesus Kristus selalu ada dan senantiasa menyertainya. St. Yohanes Paulus II adalah salah satu sosok teladan iman dewasa ini.
Jika surat Yakabus mengatakan iman tanpa perbuatan adalah mati Yak 2: 26, St. Yohanes Paulus II mengatakan tanpa doa iman dan kasih adalah mati Chiffolo,
2001:15. Bagi St. Yohanes Paulus II iman yang diwujudkan dalam tindakan kasih belumlah cukup jika tidak disertai dengan doa. Karena itu, bagi St. Yohanes
Paulus II, doa adalah sumber kekuatan dan inspirasi untuk melaksanakan banyak hal Dziwisz, 2010:35. Oleh sebab itu, St. Yohanes Paulus II senantiasa
menyatukan dirinya dengan Yesus Kristus dalam doa. Beliau adalah sosok pelayan yang sangat tekun dalam doa. Anugerah yang diperoleh beliau melalui
doa mistiknya adalah ia dapat semakin lebih baik melaksanakan pelayanan. Betapa pentingnya doa bagi St. Yohanes Paulus II, demikianlah juga seharusnya
118
para katekis menganggap doa adalah penting bagi peningkatan penghayatan pelayanan.
Katekis adalah sosok yang diakui memiliki relasi intim yang mendalam dengan Allah. Dalam hal ini katekis menjadi inspirasi bagi umat untuk
membangun dan memelihara hidup doa mereka. Maka katekis perlulah memiliki kebiasaan untuk berdoa, namun doa yang sungguh dihayati baik secara internal
maupun eksternal. Dihayati secara internal artinya membangun kerinduan untuk selalu bertemu dan berbicara dengan Allah dan terbuka pada bimbingan Roh
Kudus. Namun harus disadari bahwa kunci untuk berdoa adalah kerendahan hati. Rendah hati menurut St. Yohanes Paulus II adalah menyadari bahwa dalam doa
Allah adalah subjek yang memanggil untuk berdoa dan Dia sendirilah yang berdoa untuk kita Paus Yohanes Paulus II, 1995:32. Dalam hal ini, katekis tidak
menuntut Allah agar mengabulkan doanya tetapi sikap pasrah yang penuh pengharapan harus dibangun.
Persoalan yang sering dihadapi oleh katekis adalah tidak ada perubahan meskipun berdoa terus-menerus, terkadang juga malah tantangan pelayanan yang
dihadapi semakin sulit. Katekis juga sering mengalami perasaan tidak dihargai oleh umat, merasa pelayanan tidak memberi manfaat kepada umat yang
dipengaruhi arus besar zaman bab III, B:2, bahkan terkadang dimusuhi atau dibenci oleh umat. Dalam situasi tersebut muncul pertanyaan bagaimana doa
menjadi relevan dan bermanfaat?. Katekis pertama-tama harus menyadari situasi dirinya, memohon bantuan Roh Kudus. Satu kesalahan yang sering dilakukan
ketika berdoa adalah berdoa dengan prakarsa diri sendiri tanpa melibatkan peran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI