13
tinggal di rumah bersama ibunya. Ibu Wojtyla, nyonya Wojtyla tidak memiliki pekerjaan tetap. Wojtyla sejak usia dini sudah mendapat didikan yang sangat
bagus dari ibunya dan belajar berdoa secara mandiri. Wojtyla sangat menyukai ketika ibunya bercerita tentang Allah, Yesus, Bunda Maria, dan tentang Gereja.
Memasuki usia Sekolah Dasar yaitu tujuh tahun, Wojtyla bersekolah di sekolah militer yaitu sekolah khusus putra Wilson, 2004:14. Semenjak
memasuki usia sekolah, Wojtyla semakin aktif dan semakin berkembang dalam banyak hal terutama bidang olahraga. Wojtyla dipanggil Lolek oleh teman-
temannya. Tidak lama setelah ulang tahun yang kesembilan, Wojtyla mengalami kesedihan karena ibunya telah meninggal Wilson, 2004:16.
Setelah selesai di sekolah militer, Wojtyla melanjutkan belajarnya di sekolah lain dan belajar lebih banyak tentang matematika, menulis dan ilmu
pengetahuan yang lainnya Wilson, 2004:18. Wojtyla pun semakin pintar dan semakin aktif melaksanakan banyak kegiatan bersama teman-temannya. Namun
baru saja setahun di sekolah baru ini, saudaranya Edmund mengalami sakit dan tidak kunjung sembuh. Saudaranya Edmund akhirnya meninggal Wilson,
2004:19. Leonora Wilson 2004:20-21 selanjutnya mengisahkan kebingungan
Wojtyla dalam menentukan masa depannya. Setelah tamat dari sekolah menengah atas, Wojtyla masih belum jelas tentang masa depannya. Keinginannya untuk
menjadi tentara sudah hilang. Selama masa ini Wojtyla sangat aktif datang ke Gereja untuk berdoa dengan harapan mendapat petunjuk akan mau jadi apa
nantinya. Dalam hati Wojtyla terjadi pergulatan pilihan antara jadi bintang film PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
atau imam. Belum sempat membuat pilihan, pada tahun 1938, Wojtyla dan ayahnya berpindah ke sebuah kota yang lebih besar yaitu Krakow. Di kota ini
Wojtyla masuk universitas. Tono Suratman 2014:116 dalam tulisannya Santo Yohanes Paulus II Mencium Bumi Indonesia menuliskan, di Krakow Wojtyla
masuk Universitas Jaggiellonian. Di Universitas ini, sambil belajar filologi dan berbagai bahasa, Wojtyla juga tampil di beberapa grup teater dan menjadi penulis
naskah drama. Kemampuan berbahasa Wojtyla berkembang dengan cepat sehingga beliau menguasai 12 bahasa asing, 9 daripadanya digunakan selama
menjadi Paus. Anthony Christie 2014: 56 dalam tulisannya mengisahkan tidak lama
Wojtyla menetap di Krakow, perang pecah di Polandia akibat dari pendudukan Nazi pada tahun 1939. Orang-orang saling bertempur, pengeboman terjadi
dimana-mana dan tank-tank tentara memenuhi kota. Banyak orang yang terbunuh dan dipenjarakan. Saat itu di Polandia tidak ada kebebasan dan keadaan sangatlah
menyedihkan. Selama pendudukan Nazi, Wojtyla tidak dapat masuk ke sekolah karena semua sekolah ditutup Wilson, 2004:22.
2. Panggilan Menjadi Imam
Wilson 2004:22-23 dalam buku kecilnya mengisahkan Wojtyla yang berani mengalami pergulatan panggilan hidupnya. Setelah pendudukan Nazi,
bahkan Wojtyla belum merasa kalau ia nantinya akan menjadi imam. Karena tidak sekolah, ia bekerja di beberapa tempat. Wojtyla juga sering berkumpul dengan
teman-temannya dan biasanya mengadakan acara seperti pementasan drama dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
pertunjukkan lainnya. Ketika itu, dalam hati Wojtyla bertanya pada diri sendiri bahwa dia akan menjadi pemain film yang terkenal. Sementara ayah Wojtyla
semakin menderita sakit keras dan akhirnya dipanggil oleh Allah Bapa. Saat inilah Wojtyla mengalami pergulatan, ia berdoa dan berdoa terus agar ada jawaban yang
ia dapatkan. Akhirnya Wojtyla menyadari bahwa Allah menghendakinya untuk menjadi seorang imam. Sejak kesadaran ini, Wojtyla semakin rajin belajar
meskipun masih bingung mau pergi ke mana. Saat ini hati Wojtyla sudah bulat dan sangat yakin akan menjadi imam Christie, 2014:57, hanya saja dia belum
tahu bagaimana caranya karena masih terjadi penindasan dari tentara Nazi. Selama ini Wojtyla tidak pernah putus asa, sepulang dari bekerja Wojtyla
semakin giat belajar. Perang semakin memburuk, keadaan dan situasi Polandia semakin memprihatinkan. Pada suatu hari minggu, terdengar suara tembakan dari
luar rumahnya. Ternyata tentara Nazi sedang mencari dan menangkap semua laki- laki. Wojtyla segera bersembunyi sampai tentara pergi meninggalkan rumahnya
Wilson, 2004:24. Tono Suratman 2014:118 dalam tulisannya mencatat peristiwa yang terjadi pada tanggal 6 Agustus 1944 ini sebagai insiden kelam
“Minggu Hitam”, karena Gestapo mengumpulkan para pria muda di Krakow untuk mencegah meluasnya demonstrasi yang sedang terjadi di Warsawa. Rumah-
rumah digeledah untuk mencari anak-anak muda. Wojtyla lolos dari penangkapan karena selama penggeledahan Wojtyla bersembunyi di ruang bawah tanah rumah
pamannya. Di saat yang genting ini Wojtyla semakin giat berdoa. Keesokan hari
setelah tentara Nazi meninggalkan rumahnya, datanglah seorang wanita yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
merupakan seorang pemandu. Wojtyla mengikuti wanita tersebut. Mereka melewati banyak bahaya ditembak dan ditangkap oleh tentara tetapi itu tidak
pernah terjadi sampai mereka tiba di rumah tempat Uskup Krakow tinggal. Sejak saat inilah perjalanan Wojtyla menjadi imam dimulai. Di rumah uskup ini Wojtyla
melaksanakan studinya untuk menjadi seorang imam Wilson, 2004:24-25. Pada tahun 1945 perang berhenti. Tentara-tentara meninggalkan Polandia.
Sekolah-sekolah dan universitas pun mulai dibuka kembali Wilson, 2004:26. Para pelajar keluar dari persembunyian dan bergotong-royong membersihkan
seminari. Tono Suratman 2014:118 mengisahkan, pada waktu itu Wojtyla telah menolong seorang gadis Yahudi bernama Edith Zierer 14 tahun, yang sedang
melarikan diri dari perkampungan buruh di Czestochow. Selain gadis malang tersebut, menurut beberapa organisasi Yahudi, Wojtyla telah banyak menolong
orang Yahudi selama pendudukan Nazi. Pada tahun 1946 Wojtyla telah menyelesaikan studinya dan ditahbiskan sebagai imam pada Pesta Hari Raya
Orang Kudus, 1 November 1946, oleh Uskup Agung Krakow, Kardinal Adam Stefan Sapieha dan melaksanakan Misa pertamanya di kota tempat ia dilahirkan
Tono Suratman, 2014:119.
3. Kisah Hidup dan Pelayanan sebelum Naik Takhta
Selama menjadi Pastor Wojtyla tidak pernah melupakan kebiasaan- kebiasaan bersama dengan teman-temannya. Ia telah berusaha keras untuk
mengajari orang tentang kebaikan Allah. Pastor Wojtyla memperjuangkan pelayanan yang memperkenalkan Allah kepada anak-anak. Ia sangat mencintai
17
anak-anak dan ia pun dicintai oleh banyak umat Wilson, 2004:27. Tono Suratman 2014:119 menuliskan, tidak lama setelah ditahbiskan, Pastor Wojtyla
dikirim oleh Kardinal Sapieha ke Roma untuk belajar di Universitas Angelicum, di bawah bimbingan seorang teolog kenamaan, Garrigou-Lagrange seorang imam
dari ordo Dominikan Perancis. Pada tahun 1948, Pastor Wojtyla menyelesaikan studi doktoralnya dengan tesis yang mengangkat tema iman dalam kesaksian
Santo Yohanes dari Salib. Tono Suratman 2014:119-120 kemudian mengisahkan Pastor Wojtyla
selalu memanfaatkan waktu luangnya untuk melakukan pelayanan, terutama di waktu liburnya, Pastor Wojtyla menghabiskan waktunya untuk melaksanakan
pelayanan pastoral kepada para imigran Polandia yang datang dari Perancis, Belgia dan Belanda. Setelah sekian lama belajar di Roma, pada tahun 1954
akhirnya Pastor Wojtyla memperoleh gelar doktor kedua untuk bidang filsafat di Universitas Angelicum. Pastor Wojtyla kemudian melanjutkan belajar di
Universitas Katolik Lublin. Di universitas ini Ia mengambil kuliah di bidang filsafat dan teologi. Sementara ia juga aktif memberikan pelayanan iman kepada
para mahasiswa. Selanjutnya ia menjadi pengajar mata kuliah teologi moral dan etika sosial di Seminari Tinggi Krakow dan di Fakultas Teologi Lublin. Selama
periode ini Pastor Wojtyla menulis seri artikel di Koran Katolik Krakow, membuat karya sastra seperti puisi dan naskah drama.
Pada 4 Juli 1958 Pastor Wojtyla diangkat menjadi Uskup tituler Ombi dan Uskup Bantu Krakow oleh Paus Pius XII, dan ditahbiskan pada 28 September
1958, di Katedral Wawel, Krakow, oleh Uskup Agung Eugeniusz Baziak. Setelah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
menjadi Uskup, hidupnya menjadi lebih sibuk lagi. Meskipun demikian, ia tetap masih meluangkan waktu untuk anak-anak dan orang muda. Sekitar sembilan
tahun kemudian Uskup Wojtyla dipanggil ke Roma. Ketika itu Bapa Suci Paus Paulus VI sangat tertarik dengan pekerjaan Uskup Wojtyla. Pada 13 Januari 1963
Uskup Wojtyla diangkat menjadi Uskup Agung Krakow oleh Paus Paulus VI, yang menjadikannya Kardinal pada 26 Juni 1967 Tono Suratman, 2014:121-
122. Tono Suratman 2014:122-124 kemudian mengisahkan terpilihnya
Kardinal Wojtyla menjadi paus. Pada tanggal 6 Agustus 1978, Paus Paulus VI meninggal dunia. Sebagai seorang Kardinal, Wojtyla datang kembali ke Roma
untuk proses pemilihan paus. Paus baru yaitu Paus Yohanes Paulus I pun terpilih. Namun masa jabatannya berakhir terlalu cepat setelah 33 hari menjabat, Paus
Yohanes Paulus I meninggal. Para Kardinal pun berkumpul kembali ke Roma untuk memilih paus baru. Tidak disangka dalam konklaf kali ini Kardinal Wojtyla
terpilih menjadi Paus dan ia pun mengambil nama Paus Yohanes Paulus II untuk menghormati pendahulunya. Anthony Christie 2014:60 membuat catatan, pada
pelantikannya, ia memilih untuk melakukan upacara yang sederhana seperti pendahulunya dan bukanlah sebuah koronisasi Paus besar-besaran.
4. Kisah Hidup dan Pelayanan Selama Menjabat Takhta Suci
a. Karya dan Kunjungan Pastoral
Didorong oleh keprihatinan pastoralnya bagi seluruh Gereja dan juga didorong oleh rasa keterbukaan, solider, dan amal kasih terhadap seluruh umat
19
manusia, St. Yohanes Paulus II melaksanakan tugas pelayanannya dengan semangat misioner yang tidak pernah mengenal lelah, penuh dedikasi dan dengan
segenap tenaganya. St. Yohanes Paulus II selama jabatannya telah mengadakan 104 kunjungan pastoral di luar Itali dan 146 di dalam Itali. Sementara itu, sebagai
Uskup Roma, St. Yohanes Paulus II mengunjungi 317 dari 333 paroki kota. St. Yohanes Paulus II juga telah mengadakan pertemuan lebih banyak dari
pendahulunya. Pertemuan yang diadakannya tidak hanya kepada Umat Allah atau anggota Gereja tetapi juga kepada para pemimpin bangsa-bangsa. Banyak tokoh
pemerintah yang dijumpainya dalam 38 kunjungan resmi, 738 audiensi dan pertemuan dengan Kepala Negara, dan 246 audiensi dan pertemuan dengan
Perdana Menteri dari seluruh dunia. Pelayanan beliau juga banyak memberi perhatian kepada kaum muda.
Kasihnya bagi orang-orang muda membawa pada penetapan Hari Pemuda Sedunia. Dengan adanya Hari Pemuda Dunia St. Yohanes Paulus II telah berjaya
menyatukan jutaan orang muda dari seluruh dunia Christie, 2014:73. Pada saat yang sama keluarga juga mendapat perhatian dari St. Yohanes Paulus II, secara
khusus perawatannya untuk keluarga terungkap dalam Rapat Dunia Keluarga, yang dimulai pada tahun 1994. Selain itu, St. Yohanes Paulus II juga telah
berhasil menjalin dialog dengan orang Yahudi dan dengan perwakilan-perwakilan masing-masing dari agama lain. Mereka juga yang diundang ke pertemuan dan
doa untuk perdamaian, khususnya di Asisi. Tidak hanya menjalin dialog dengan orang Yahudi namun St. Yohanes Paulus II juga telah menjalin hubungan dengan
20
agama-agama lain seperti Anglikan, Lutheran, Yahuni, Gereja Ortodoks Oriental, Budha, dan Islam Christi, 2014:74-83.
St. Yohanes Paulus II memiliki peran
penting dalam
runtuhnya komunisme. Beliau menjadi katalisator untuk “revolusi damai” yang meruntuhkan
komunisme di Polandia Christi, 2014:83. Runtuhnya komunisme di Polandia disusuli dengan runtuhnya Tembok Berlin di Jerman Timur, kemudian
kehancuran komunisme Uni Soviet pada tahun 1990 Tono Suratam, 2014:130. Dalam persiapan memasuki milenium ketiga dan persiapan merayakan Jubileum
Agung tahun 2000, St. Yohanes Paulus II telah mengedarkan surat Apostolik Novo Ineunte Millennio, di mana, melalui surat tersebut, ia menunjukkan jalan
menuju masa depan kepada umat. St. Yohanes Paulus II selama jabatannya telah melakukan banyak usaha
dan dorongan luar biasa untuk kanonisasi dan beatifikasi. Beliau merayakan upacara beatifikasi 147 di mana ia menyatakan 1.338 orang kudus; dan 51
kanonisasi dengan jumlah 482 orang kudus. Beliau juga telah mengangkat Theresia dari Kanak-Kanak Yesus menjadi seorang Doktor Gereja. St. Yohanes
Paulus II juga telah memperluas Kardinal, menjadikannya 231 Kardinal dalam 9 consistories. Beliau mengatur 15 Sidang Sinode para Uskup
– enam Sinode Biasa. Satu Sinode Luar Biasa, dan delapan Sidang Khusus.
St. Yohanes Paulus II telah menerbitkan 85 dokumen penting yang terdiri dari 14 Ensiklik, 15 amanat Apostolik, 11 Konstitusi Apostolik, dan 45 Surat
Apostolik. St. Yohanes Paulus II juga telah mengeluarkan Katekismus Gereja Katolik. St. Yohanes Paulus II juga mengadakan reformasi terhadap Kitab
21
Hukum Kanonik Timur dan Barat, dan menciptakan lembaga baru dalam dan mereorganisasi Kuria Romawi. Selain menghasilkan banyak karya yang bersifat
dokumen, St. Yohanes Paulus II juga menerbitkan lima buku sendiri. Pada tanggal 9-14 Oktober 1980 St. Yohanes Paulus II datang ke
Indonesia. Saat di Indonesia, Beliau telah mengunjungi Jakarta, Yogyakarta, Maumere, Medan, dan Dili yang saat itu masih bagian dari Indonesia. Beliaulah
Paus yang kedua berkunjung ke Indonesia, setelah Paus Paulus VI di tahun 1970.
Pada tahun 1993, Vatikan menetapkan hubungan diplomatik formal dengan Israel. Dan pada bulan Maret 2000, Ia mengunjungi Israel dan berdiri di atas tanah
Betlehem, tempat kelahiran Yesus. Ia juga berdiri pada suatu tempat yang memperlihatkan Danau Galilea yang dikatakan tempat Yesus mengajarkan kotbah
di atas bukit.
b. Serangan Percobaan Pembunuhan
Seperti yang dituliskan oleh Anthony Christie 2014:85 selama waktu jabatannya, St. Yohanes Paulus II mendapatkan tiga pencobaan pembunuhan.
Pencobaan pembunuhan yang pertama terjadi pada tanggal 13 Mei 1981, ketika memasuki Lapangan Santo Petrus untuk bertemu umat St. Yohanes Paulus II
hampir tewas oleh tembakan percobaan pembunuhan Mehmet Ali Agca, seorang ekstrimis Turki. Dengan peristiwa ini, Agca akhirnya dihukum penjara seumur
hidup. Dua tahun kemudian, St. Yohanes Paulus II telah menjenguk Mehmet Ali Agca pelaku serangan percobaan pembunuhannya di penjara.
22
Sebuah percobaan pembunuhan lainnya terjadi pada tanggal 12 Mei 1982, di Fatimah, Portugal Christie, 2014:86. Seorang pria berusaha menikam Paus
dengan sebilah bayonet, tetapi dicegah oleh para penjaga. Pelakunya adalah seorang pastor ultrakonservatif, berhaluan keras, warga negara Spanyol, bernama
Juan Maria Fernandezy Krohn yang menentang reformasi Konsili Vatikan II dan memanggil St. Yohanes Paulus II sebagai seorang “agen dari Moskwa.” Juan
Maria Fernandezy Krohn kemudian divonis hukuman penjara enam tahun. Percobaan pembunuhan yang ketiga kalinya terjadi ketika St. Yohanes
Paulus II berada di Manila, pada bulan Januari 1995 Christie, 2014:87. Percobaan pembunuhan kali ini merupakan bagian dari Operasi Bojinka, sebuah
serangan terorisme massal yang dikembangkan oleh anggota kaum ekstrimis, Ramzi Yousef dan Khalid Sheik Mohammad. Seorang pelaku bom bunuh diri
yang menyamar sebagai seorang pastor direncanakan mendekati parade paus dan meledakkan diri namun gagal karena rencana pembunuhan telah diketahui.
c. Penderitaan yang Dialami
Stanislaw Dziwisz, Czeslaw Drazek, Renato Buzzonetti, dan Angelo Comastri dalam buku Izinkan Aku Pulang Ke Rumah Bapa 2010, banyak
mengisahkan penderitaan yang dialami oleh St. Yohanes Paulus II selama pelayanannya. Penulis memilih tulisan Renato Buzzonetti 2010:59-90 yang
berjudul “Hari-hari penuh Penderitaan dan Harapan” karena beliau adalah dokter pribadi St. Yohanes Paulus II.
23
Menurut Renato Buzzonetti, semenjak serangan percobaan pembunuhan pada tahun 1981, St. Yohanes Paulus II sering mendapat penyakit yang tidak
mudah ditangani. Serangan itu sendiri paling tidak membuat St. Yohanes Paulus II harus dioperasi karena terjadi luka dalam akibat terkena peluru yang menembus
bagian perut dan hampir mengenai tulang belakang, dan menyebabkan kerusakan pada bagian usus kecil dan usus besar, membran selaput perut, dan terjadi banyak
pendarahan dalam. Tiga bulan kemudian dari peristiwa serangan, Paus sekali lagi menjalani operasi untuk mengangkat saluran pembuangan buatan yang
dipasangkan ketika operasi pertama. Beberapa tahun berlalu, Paus menunjukkan gejala-gejala umumnya yang terjadi mengikut usia tua yang cepat karena
terbebani oleh banyak kesulitan, keadaan tidak nyaman, dan pelbagai tantangan pelayanan yang dialaminya.
Tahun 1992, Paus kembali menjalani operasi medis serius karena mengalami tumor berbahaya dari usus besarnya. Di masa-masa sulitnya ini, St.
Yohanes Paulus II tetap bersemangat melakukan kunjungan internasionalnya sampai yang terakhir kalinya yaitu pada 5 September 2004. Perjalanan-perjalanan
yang beliau lakukan memang sangat melelahkan sehingga akhirnya mengharuskan beliau sendiri untuk berjalan menggunakan kursi roda. Suaranya melemah,
ungkapan wajahnya menunjukkan penderitaan yang dialami, dan tatapan wajahnya juga merawang jauh. Ini menunjukkan beliau memang mengalami
masa-masa sulit terutama karena derita sakit. Tahun 1993, beliau terjatuh tersandung karena terinjak jubahnya sendiri. Insiden ini menyebabkan
24
pendarahan. Pada 28 April 1994, sekali lagi beliau jatuh di apartemen yang menyebabkan pinggul kanan beliau retak dan keseleo.
Pada 14 Agustus 1996, St. Yohanes Paulus II mengalami radang usus buntu yang akut. Namun karena kesibukan tugas beliau, masalah kesehatan
semakin menimbulkan keprihatinan umum. Pada 8 Oktober St. Yohanes Paulus II menjalani operasi yang keenam kalinya. Kehidupan publiknya semakin rumit
karena komplikasi yang sering terjadi terutama pada tahun 2002 hingga tahun 2003 beliau mengalami penderitaan yang berulang kali kambuh pada lutut sebelah
kanan karena osteoarthritis yang semakin parah. Di tahun 2004, St. Yohanes Paulus II menunjukkan kekecewaannya karena mengalami keharusan untuk tidak
aktif dari tangan Tuhan sendiri. Memasuki tahun 2005, kondisi kesehatan St. Yohanes Paulus II mulai menurun secara drastis.
d. Detik-detik Terakhir Sebelum Dijemput Menghadap Bapa di Surga
Berdasarkan tulisan Renanto Buzzonetti 2010 :79-90 dokter pribadi St. Yohanes Paul
us II yang berjudul “Hari-hari penuh dengan penderitaan” berikut adalah tahap-tahap penurunan kesehatannya secara kronologis, pada perjuangan
akhir hidupnya sampai wafat. 31 Januari 2015: beberapa audiensi dibatalkan karena Paus menderita flu.
1 Februari 2005: St. Yohanes Paulus II dilarikan ke Poliklinik Gemelli Roma pada
malam hari untuk dirawat dan diagnosis. 5 Februari 2005: kesehatan beliau mulai
membaik dan tinggal beberapa hari di rumah sakit. 10 Februari
2005: kesehatannya St. Yohanes Paulus II membaik sehingga diperkenankan
25
kembali ke apartemennya di Vatikan dengan mobil, namun beberapa hari kemudian mengalami kesulitan bernafas. 21 Februari 2005: beliau menerima
sakramen pengurapan orang sakit yang kedua kali dan dibawa ke rumah sakit. Selama berada di rumah sakit beliau berusaha sedapat mungkin melaksanakan
tugas kewajibannya. 6 Maret 2005: St. Yohanes Paulus II sempat merayakan misa
di kapel rumah sakit.
Pada 13 Maret 2005: St. Yohanes Paulus II kembali ke apartemennya di Vatikan dan sempat mengikuti nyanyian ratapan Yeremia. 20 dan 23 Maret 2005:
Paus muncul di jendela kamarnya untuk melakukan berkat tetapi tak sanggup
berbicara. 27 Maret 2005: St. Yohanes Paulus II muncul di jendela apartemennya
tanpa suara memberi berkat “Urbi et Orbi” dengan tanda salib besar yang terakhir
kalinya. 30 Maret 2005: beliau sempat memberkati kerumunan umat. Pipa
pembantu dipasang demi lancarnya proses pemasukan makanan ke dalam
tubuhnya. 31 Maret 2005: St. Yohanes Paulus II diserang komplikasi demam
tinggi, dan tekanan darah turun akibat infeksi pada saluran urine, dan menerima
sakramen pengurapan orang sakit yang ke tiga kali. Pada 1 April 2005: kondisi
St. Yohanes Paulus II sangat serius, namun masih sempat merayakan misa
konselebrasi, mengikuti meditasi dan ibadat harian. 2 April 2005: pada pukul
07.30 kesadaran St. Yohanes Paulus II mulai menghilang dan kembali. Pada pukul 15.30 St. Yohanes Paulus II mengucapkan kata “perkenankanlah aku pulang ke
rumah Tuhan”, kemudian pada pukul 19.00 memasuki situasi koma. Pada pukul 20.00 Misa pesta Kerahiman Ilahi diselenggarakan di kaki tempat tidurnya, dan
pada pukul 21.37 St. Yohanes Paulus II menghembuskan nafasnya yang terakhir. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
5. Penghargaan dan Gelar
Salah satu tokoh populer yang dimuatkan oleh Anthony Christie 2014: 53-104 dalam buku tulisannya adalah St. Yohanes Paulus II. Tentu saja St.
Yohanes Paulus II merupakan tokoh yang populer karena kontribusinya pada Gereja dan dunia. Bagi penulis tokoh St. Yohanes Paulus II adalah tokoh yang
sangat menginspirasikan. Selain dari hasil karya dan pelayanan beliau seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, beberapa hal berikut juga sangat menarik dari
tokoh St, Yohanes Paulus II.
a. Tokoh Dialog
Prof. Dr. E. Armada Riyanto CM 2010:307-330 dalam buku tulisannya Dialog Interreligius menyebut dan memuat tokoh St. Yohanes Paulus II sebagai
tokoh dialog. St. Yohanes Paulus II lah yang meneruskan semangat Enseklik Ecclesium Suam yang meletakkan perdamaian di atas segala-galanya, dan
beliaulah yang menerjemahkan semangat Konsili Vatikan II dalam tatanan dialog interreligius karena menurut beliau perdamaian tidak mungkin akan terwujud
tanpa dialog. Kebesaran St. Yohanes Paulus II justru menjadi jelas saat kematianya ketika banyak politisi, pemimpin-pemimpin negara dunia dan
pemimpin agama-agama ikut dalam prosesi pemakamannya Krispurwana Cahyadi
2011:1. Hal ini terjadi karena beliau telah memberi sumbangan besar dalam menjalin kerja sama internasional, dialog antaragama dan antarbudaya,
serta ajaran-ajarannya tentang keadilan dan perdamaian. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Kehadiran sosok tokoh dialog ini telah memberi kontribusi luar biasa bukan saja pada Gereja tetapi juga di luar lingkup Gereja. Pokok dialog yang
diperjuangkan oleh St. Yohanes Paulus II adalah keluhuran martabat manusia. Dalam banyak kesempatan beliau telah menyuarakan bahwa pentingnya
menerima, menghargai, menghormati, dan menjunjung martabat keluhuran manusia. St. Yohanes Paulus II adalah seorang paus yang tidak kenal kata takut
atau gentar. Beliau berani berkelana ke seluruh dunia untuk membawa pesan dialog, beliau juga berani menentang ideologi-ideologi yang tidak menghargai
martabat manusia, beliau berani menentang dan mengkritik praktek kekerasan terutama perang. Contohnya, beliau berani mengkritik keputusan Presiden AS,
George Bush Jr. karena menyerang Irak. Sebagai tokoh dialog, St. Yohanes Paulus II tidak hanya pintar dalam
berdialog tetapi lebih kepada “keindahan hati yang terbuka, menyambut dan merangkul, mendengarkan dan menghargai kehadiran siapa saja” Armada
Riyanto, 2010: 308. Beliau berani menemui para tokoh agama lain seperti Islam, Yahudi, Anglikan, Lutheran, Gereja Ortodoks, dan Buddha. Beliau juga berani
bertemu dengan kelompok-kelompok masyarakat seperti orang sakit, orang miskin, orang muda, kaum remaja dan pemimpin negara. Menurut St. Yohanes
Paulus II, kultur dialog sangat penting ditumbuhkan di tengah perbedaan- perbedaan yang ada, dan juga dalam situasi sosial yang terjadi demi terwujudnya
keadilan dan perdamaian bagi semua Krispurwana Cahyadi 2011:69.
Armada Riya nto 2010: 309 membuat catatan “saking luasnya pengaruh
dialogal Yohanes Paulus II sampai-sampai pada saat dunia berkabung atas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
wafatnya, pemerintah Sri Lanka yang mayoritas penduduknya beragama Budha dan Hindu pun menghormatinya secara khusus”. Suatu penghargaan dan
pengakuan yang sangat membanggakan, ketika seorang pendeta protestan di kota Chicago, Amerika Serikat, mengatakan Paus Yohanes Paulus II bukan milik
Katolik saja tetapi milik dunia Armada Riyanto, 2010: 309. St. Yohanes Paulus II juga memiliki peran yang penting dalam runtuhnya
ideologi Komunisme dan simbol keangkuhan peradaban yakni Tembok Berlin. Dunia sendiri menyaksikan ketegaran dan keberaniannya. Dimulai dari runtuhnya
Komunisme di Polandia disusuli oleh negara-negara Komunisme yang beralih kepada demokrasi. Banyak peristiwa spektakuler yang mengagumkan sekaligus
menginspirasikan seluruh dunia, antaranya adalah kunjungan St. Yohanes Paulus II ke Negara Kuba yang masih Negara Komunis dan sangat tertutup. Peristiwa
Doa bersama di Asisi pada tahun 1986, di mana dalam acara yang belum pernah terjadi sebelumnya, para pemimpin agama berhimpun dan berdoa bersama-sama
bagi perdamaian dunia. Inilah ciri khas dialogal St. Yohanes Paulus II yang didukung dan didasari oleh doa. Selain itu peristiwa yang tidak kalah
mengagumkan adalah kebersamaannya dengan puluhan ribu pemuda-pemudi Muslim di Casablance, Maroco pada 19 Agustus 1985.
Armada Riyanto 2010: 316 selanjutnya dengan tegas mengungkapkan bahwa St. Yohanes Paulus II adalah pribadi yang memiliki jiwa sang pemeluk dan
pencari Kebenaran Sejati. Seorang pencinta dan pencari kebenaran yang tidak pernah menyisihkan siapa pun, tidak mengisolasikan dirinya dari kehadiran orang
lain. Tidak memecah belah namun merangkul dan menyatukan seraya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
menawarkan rekonsiliasi. Beliau memohon maaf kepada umat Yahudi dan umat Muslim dan juga kepada dunia atas kekeliruan yang pernah dilakukan oleh Gereja
namun juga sekaligus mengampuni. Beliau telah menghadirkan solidaritas yang penuh dengan cintakasih tanpa batas terhadap siapa pun terutama yang menderita.
b. Paus Orang Sakit dan Menderita
Stanislaw Dziwisz 2010: 21-34, sekretaris pribadi St. Yohanes Paulus II, menuliskan catatan yang menjelaskan betapa perhatiannya Paus Yohanes Paulus
II kepada para orang menderita terutama orang sakit. Pengalaman penderitaan yang dialami selama sebelum menjadi Paus sungguh membekas sehingga pada
pidato pertamanya sebagai Paus beliau menyampaikan keberpihakannya kepada para penderita. Sri Paus mengatakan bahwa para penderita memiliki kesamaan
dengan Kristus yang telah menderita. St. Yohanes Paulus II memiliki kasih yang tidak terhingga terhadap para
penderita. Selama melakukan audiensi atau kunjungan ke paroki-paroki di Roma, beliau selalu memberi perhatian yang penuh kepada kelompok yang cacat, yang
tua dan sakit, dan juga mereka yang duduk di kursi roda. Beliau dengan penuh kasih mendatangi mereka, berbicara dengan mereka, memberkati mereka, dan
memberi dukungan rohani. Bagi St. Yohanes Paulus II, Kristus hadir dalam diri para penyandang dan penderita sakit maka sebagai wakil Kristus di dunia, para
orang sakit selalu mendapat tempat di hati dan doanya. Dalam setiap kunjungan apostoliknya, St. Yohanes Paulus II selalu berkeinginan untuk bertemu dengan
para orang sakit. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Bagi St. Yohanes Paulus II para penyandang cacat dan orang sakit memiliki martabat yang sama dengan yang lain yakni martabat citra Allah. Karena
itu, mereka adalah saudara yang patut diperlakukan sebagaimana terhadap yang tidak sakit. Mengabaikan mereka berarti menolak kecitraan mereka dan berarti
juga menolak Wajah Kristus yang hadir dalam diri mereka. Stanislaw Dziwisz 2010: 28-31 menuliskan pandangan St. Yohanes Paulus II terhadap penderitaan.
Menurut beliau mereka yang menderita merupakan model Kristus yang menyatakan suatu perintah kasih, karena itu menurutnya penderitaan adalah
panggilan untuk mengasihi sesama, dan beliau juga memandang penderitaan sebagai “kunjungan dari Tuhan”.
Tanda konkret keprihatinan dan keberpihakan St. Yohanes Paulus II terhadap orang sakit dan menderita adalah berdirinya Komisi Bantuan Pastoral
untuk Pekerja Kesehatan dengan tujuan untuk lebih memberdayakan lagi pelayanan kepada para penderita sakit, ditetapkannya Hari Orang Sakit Sedunia
pada 13 Mei 1992 yang dirayakan setiap tahun Dziwisz 2010: 32, dan dengan terbitnya dua dokumen yang menyerukan penghargaan terhadap para penderita
sakit yakni seruan apostolik Salvific Doloris dan enseklik Redemptoris Hominis. Kedua-duanya memberi penekanan pada manusia yang sakit, cacat, miskin, kaya,
dan sehat sebagai jalan utama dan fundamental untuk sampai pada misteri inkranasi dan penebusan.
31
c. Santo yang Hidup
Tentu saja tidak ada yang mendapat penghormatan santo atau santa selagi masih hidup tetapi bagian ini sangat menarik untuk ditelusuri. Setelah wafatnya,
seluruh dunia berkabung untuk menghormati perginya sang pemberani, sang pencari kebenaran sejati, sang pencinta, dan sang pembela iman. Kekudusan dan
kesucian serta keluhuran hidupnya menginspirasi banyak orang dan menginginkan beliau dijadikan santo dengan segera. Permintaan yang menginginkan agar Paus
Yohanes Paulus II dinyatakan sebagai orang kudus, telah dikumpulkan oleh Angelo Comastri 2010:94-126 dalam tulisannya. Dengan adanya permintaan
untuk menjadikan Paus Yohanes Paulus II sebagai orang kudus jelas menunjukkan bahwa beliau layak dijadikan orang kudus. Permintaan-permintaan
itu pun ditanggapi oleh Vatikan dengan memulai penyelidikan dan pengamatan untuk memenuhi syarat-syarat seorang dapat dijadikan orang kudus.
Angelo Comastri 2010:115-126, yang ikut serta dalam penyelidikan dan pengamatan, membuat beberapa catatan penting yang dapat dijadikan dasar untuk
menjadikan Paus Yohanes Paulus II sebagai orang kudus. Garis besar yang dibuat olehnya adalah, mengatakan bahwa St, Yohanes Paulus II seorang yang sangat
berani dalam situasi yang penuh dengan ketakutan, sangat berani membela keadilan dan perdamaian sementara di mana-mana terjadi perang, berani
menghadapi musuh dan kematian, sangat gigih membela keluarga, sangat berani membela keluhuran martabat manusia tanpa ada yang terkecuali, sangat berani
menemui dan berbicara dengan semua kelompok dan komunitas orang di seluruh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
dunia, dan beliau tidak pernah takut dan lelah melayani dan merangkul umat manusia dengan kasih yang mendalam.
Salah satu syarat penting dalam menentukan pengangkatan seorang menjadi orang kudus adalah mukjizat yang terjadi lewat doa perantaraan bagi
nama yang bersangkutan. Paus Yohanes Paulus II, selain mukjizat yang terjadi setelah wafatnya, beberapa mukjizat telah terjadi selama kepausannya saat masih
hidup. Mukjizat-mukjizat tersebut telah dituliskan oleh Tono Suratman 2014:161-163 ketika membahas proses beatifikasi St. Yohanes Paulus II.
Antaranya adalah, pada Januari 1980, di Castel Gondolfo, seorang anak perempuan 10 tahun, Stefani Mosco, yang cacat tubuh mengalami kesembuhan
selang beberapa waktu setelah dihibur dan dicium oleh Paus Yohanes Paulus II. Pada tahun 1981, ketika berkunjung ke Manila, Filipina, seorang biarawati, Suster
Madre Vangie, mengalami kesembuhan dari cacat tubuhnya selang beberapa menit setelah Paus berdoa dan meletakkan tangan di atas kepalanya. Pada tahun
1990, seketika setelah diberkati dan dicium oleh Paus Yohanes Paulus II, Helano Mireles seorang bocah Meksiko 10 tahun mengalami kesembuhan dari sakit
leukemia. Semua hal di atas menunjukkan bahwa Paus Yohanes Paulus II telah hidup
dalam kegagahan dan kebijakan yang sungguh luar biasa. Kontribusi atau sumbangan beliau dalam banyak hal sungguh memberi pengaruh yang besar
kepada kehidupan Gereja dan juga mempengaruhi sejarah peradaban dunia. Beliau telah memberikan keteladanan hidup yang sungguh luar biasa. Ketulusan
kasih yang diberikan dan ditunjukkannya mengantar manusia mengalami kasih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Kristus. Paus Yohanes Paulus II juga telah dan senantiasa hidup dalam kekudusan dan kesucian. Beliau sangat mistis dalam doa sehingga melalui dia kasih Kristus
dapat dihadirkan dalam dunia. Beliau tidak pernah berbicara buruk tentang orang lain melainkan beliau mencurahkan kasih yang begitu dalam dan tulus kepada
semua orang. Sementara beliau mencari kebenaran sejati, pada masa yang sama beliau memperjuangkan kebenaran sejati yang dihayatinya. Demikianlah banyak
hal yang menjadi alasan untuk mengatakan Paus Yohanes Paulus II adalah “santo yang hidup”.
d. Yang Agung dan Yang Mulia
Tono Suratman 2014: 158-159, 164 memberi gambaran pemberian gelar “yang agung” dan “yang mulia” kepada Paus Yohanes Paulus II. Gelar “yang
agung” adalah gelar yang tidak mudah diperoleh. Tidak banyak orang yang mendapat gelar
“yang agung”. Pemberian gelar yang agung juga tidak ada ketentuannya yang resmi. Setelah wafatnya Paus Yohanes Paulus II, Gereja
Katolik sangat terkesan sehingga memberi gelar “yang agung” untuk menghormati dan memuliakannya. Sepanjang sejarah Gereja, hanya empat paus
yang mendapat gelar “yang agung”, Paus Leo I 440-461, Paus Gregorius I 590- 604, dan Paus Nikolas 858-867. Paus Yohanes Paulus II adalah paus pertama
yang mendapat gelar “yang agung” selama 10 abad terakhir. Sedangkan sebutan dan gelar
“yang mulia” atau “Venerabilis” adalah pengakuan resmi Gereja bahwa seorang telah hidup dalam kegagahan dan
kebijakan. Pada 19 Desember 2009, Paus Benediktus XVI menandatangani dekrit PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
yang mengumumkan sebutan “Venerabilis” terhadap Paus Yohanes Paulus II.
Dengan sebutan “Venerabilis” Gereja secara resmi mengakui bahwa Paus
Yohanes Paulus II telah hidup dalam kegagahan dan kebijakan yang sungguh luar biasa. Paus Yohanes Paulus II telah memberikan keteladanan hidup sebagai
seorang Kristiani sejati yang sungguh luar biasa. Sementara Anthony Christie 2014:102-103 dalam tulisannya menuliskan
tempat-tempat yang telah diberi nama dengan memakai nama Paus Yohanes Paulus II. Semua penamaan tersebut adalah tanda pengakuan dan penghargaan
atas kontribusi Paus Yohanes Paulus II yang begitu besar terutama perdamaian dunia dan penghargaannya terhadap keluhuran martabat manusia. Contohnya,
Stasiun Roma Termini didedikasikan untuk Paus Yohanes Paulus II; di Polandia, salah satu dari bandara utama dinamakan Bandar Udara Internasional Yohanes
Paulus II Krakow; di Portugal, Bandar Udara Yohanes Paulus II di Azores; di Brasil, stadion bola sepak di Moji-Mirim diberi nama Stadion Yohanes Paulus II;
di Boston sebuah taman diberi nama Pope John Paul II Park Reservation; di Bacold City, sebuah menara diberi nama Menara Paus Yohanes Paulus II; dan di
Kepulauan Shetland Selatan yakni di Pulau Livingston, patung Yohanes Paulus II pun didirikan.
e. Pribadi yang Tenang dan Komunikator Besar
Paus Yohanes Paulus II bukan manusia yang sempurna tetapi dalam ketegangan dan pertentangan serta dalam kesulitan besar yang dihadapinya beliau
selalu bersikap tenang. Dalam ketenangan, beliau adalah seorang yang reflektif. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Seluruh peristiwa dalam hidupnya dimaknai secara reflektif dan profetis. Stanislaw Dziwisz 2010: 36-37 mengisahkan tantangan dan kesulitan yang
dihadapi oleh St. Yohanes Paulus II saat menjadi uskup dan kardinal. Setelah menjadi Uskup Agung Krakow tantangan yang beliau alami
semakin kuat sampai pada permusuhan terhadap beliau. Demikian juga setelah menjadi kardinal tantangan yang dihadapi semakin sulit. St. Yohanes Paulus II
dituduh sebagai musuh negara oleh rezim yang berkuasa. Media yang ada dimanfaatkan untuk menyebarkan fitnah terhadap beliau. Pertentangan terus
dilaksanakan oleh rezim pemerintah dengan pelbagai cara sampai pada usaha memecah belah para pemimpin Gereja. Semua tantangan dihadapinya dengan
bijaksana. Pertentangan terus diusahakan oleh Rezim dengan pelbagai cara namun semuanya menemui kegagalan karena beliau saat itu sebagai kardinal senantiasa
menunjukkan rasa hormat yang tinggi dan loyalitas kepada primatnya. Setelah menjadi Paus, persoalan yang dihadapinya lebih rumit dan lebih
luas lagi yakni persoalan Gereja dan dunia secara universal. Tantangan besar baginya adalah memudarnya nilai kemanusiaan dan situasi dunia yang sangat
memprihatinkan karena keadilan dan perdamaian menjadi suatu yang mustahil untuk diwujudkan. Dalam situasi tanpa harapan beliau tetap tenang dan
membawanya dalam doa. Beliau menghadapi pergulatan dunia dengan semangat karismatik, profetis, dan misioner. Semuanya dihadapi dengan penuh bijaksana
dengan semangat anti kompromi yang sopan dan alami sehingga tidak menimbulkan pertentangan atau ancaman dalam lingkup Gereja. Kritik dan
pertentangan tetap ada tetapi dihadapinya dengan bijaksana. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Sementara Paus Yohanes Paulus II adalah pribadi yang rendah hati. Menerima siapa pun yang datang dan belajar dari siapa pun. Beliau adalah
pendengar yang baik. Beliau seorang yang memiliki loyalitas yang tinggi sementara teguh dalam pendirian. Beliau menentang segala bentuk kejahatan dan
kekerasan sementara beliau merangkul dengan kasih setiap manusia dari latar belakang derajat sosial apa pun. Beliau adalah misionaris yang mewartakan Injil
ke seluruh dunia. Beliau sanggup melupakan dirinya demi pelayanan apostoliknya. Beliau adalah pribadi yang autentik, sungguh menyelami dirinya
dalam kedalaman jiwanya. Dalam kalimat lain Paus Yohanes Paulus II menyatu dengan hati nuraninya. Sungguh Paus Yohanes Paulus II menjadi dirinya sendiri,
yang telah ditebus oleh Kristus dan yang telah dipanggil untuk mewartakan Kerajaan Allah, untuk menabur kasih dan menebar harapan ke seluruh benua.
Itulah Paus Yohanes Paulus II sebagai “komunikator besar” Dziwisz, 2010:120
yang berkeliling ke seluruh dunia sebagai misionaris untuk mewartakan Injil. Perjuangan hidup maupun pelayanan St. Yohanes Paulus II telah
mengalami banyak kesulitan dan hambatan. Beliau telah banyak mengalami penderitaan sejak usia masih mudah. Penderitaan yang dialaminya bahkan
semakin berat setelah terpilih menjadi Paus yang ke-264. Di kala menghadapi kebingungan akan arah hidupnya dan mengalami banyak penderitaan, St. Yohanes
Paulus II berserah total kepada Allah Bapa sehingga beliau akhirnya menyadari bahwa Allah memanggilnya untuk menjadi pelayan-Nya sebagai imam. Beliau
adalah seorang pelayan yang sangat dicintai oleh umat, bertanggungjawab, memiliki loyalitas yang tinggi, berkomitmen dan sangat setia pada tugas
37
pelayanan. Beliau senantiasa bersemangat untuk melayani. Beliau sangat dipercayai dalam pelayanan oleh primatnya, karena itu dapat dikatakan beliau
begitu cepat diangkat menjadi uskup, kardinal dan kemudi terpilih menjadi paus. Selama menjabat kursi paus, beliau telah melaksanakan tugas perutusan
dengan semangat yang sangat menginspirasikan banyak orang. Meskipun menghadapi dan mengalami situasi dunia yang tanpa harapan, beliau telah
memberikan kontribusi besar kepada peradaban dunia terutama keadilan dan perdamaian dunia. Beliau adalah sosok pribadi yang sangat berkarisma.
Keteguhan dan kelemahlembutannya telah menyentuh hati banyak orang. Ketabahan dan keberanian beliau berhadapan dengan situasi dunia sangat
mengkagumkan sehingga banyak orang di seluruh dunia merasa kehilangan setelah kematiannya. Hal yang membuat St. Yohanes Paulus II dapat
melaksanakan tugasnya dengan sangat baik meskipun mengalami banyak tantangan dan penderitaan adalah, beliau memiliki kedalaman spiritualitas yang
sangat kaya seperti yang dibahas pada bagian berikut.
B. Spiritualitas Santo Yohanes Paulus II
Spiritualitas jika dilihat dalam rentang waktu yang panjang telah mengalami banyak perkembangan dan interpretasi dalam banyak sisi kehidupan
manusia. Khusus dalam tulisan ini spiritualitas yang dimaksudkan adalah spiritualitas yang lazimnya dipakai oleh umat Kristiani dalam pelayanan dan
pengabdian sebagai anggota Gereja. Maka sebelum memaparkan spiritualitas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
yang dapat dipelajari dari tokoh St. Yohanes Paulus II, penulis akan memaparkan beberapa gagasan yang kurang lebih dapat memperjelas pengertian tentang
spiritualitas yang dimaksudkan. Kevin Treston 1991:10 dalam tulisannya tentang spiritualitas guru dan
katekis “Paths and Stories” menjelaskan spiritualitas adalah semangat mencari
Tuhan dalam peristiwa kehidupan sehari-hari sehingga dibawa kepada keutuhan baru dari keberadaan manusia. Spiritualitas adalah usaha pria dan wanita
memperoleh kepenuhan dalam Yesus. “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” Yoh 10:10. Dari
penjelasan Kevin Treston tersebut dapat dijelaskan bahwa spiritualitas adalah keterarahan hidup kepada Tuhan Yesus Kristus.
Spiritualitas berasal dari bahasa Latin: “Spirare” yang berarti “bernafas”. Dalam bahasa Inggris Spirituality, berasal dari kata dasar spirit yang berarti roh
atau jiwa. Kata “inti sebagai manusia” berarti merupakan unsur hakiki pada manusia Kevin Treston, 1991:10. Berdasarkan kisah penciptaan Kej 1:3
hembusan nafas kehidupan, yakni “roh” dari Allah menjadikan manusia makhluk rohani, namun meskipun sebagai makhluk rohani yang memiliki kemampuan
untuk menjadi spiritual, “tidak ada yang dapat memaksa seseorang menjadi spiritual. Spiritualitas adalah pilihan untuk ambil bagian dalam anugerah
keagungan Allah”. Berdasarkan tulisan Kevin Treston 1991:14-15 dapat dirumuskan bahwa sebagai suatu pilihan, spiritualitas adalah suatu cara dan
perjuangan hidup untuk menemukan dan melaksanakan kehendak Allah, melalui PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
relasi dengan Allah dan sesama dalam keterbukaan akan bimbingan Roh Kudus, menuju kepenuhan hidup dan kekudusan.
Pdt. Em. Widi Artanto dalam tulisannya yang berjudul “Spiritualitas Pelayanan: Perjumpaan Dengan Allah dan Sesama”, dalam buku yang diedit oleh
Pdt. Dr. Asnath N. Natar 2002 dengan judul “Pelayan, Spiritualitas dan Pelayanan, memaparkan pengertian spiritualitas berdasarkan teks asli Alkitab.
“Spirit ditulis dalam bahasa asli: ruakh Ibrani dan pneuma Yunani….yang berarti “nafas atau angin yang mengarahkan dan menghidupkan Asnath N. Natar,
2002:7. Berdasarkan pengertian tersebut spiritualitas adalah sumber semangat untuk hidup, yang memberi daya untuk terus hidup dan bertumbuh serta
berkembang, memberi kemampuan untuk menghadapi dan melaksanakan banyak karya dalam hidup sehari-hari, yang diperoleh melalui hubungan atau relasi intim
dengan diri sendiri, dengan sesama, dengan alam ciptaan dan dengan Sang Pencipta.
Buku Pedoman Untuk Katekis 1997 merumuskan dengan sangat singkat makna dari spiritualitas yakni hidup dalam Roh Kongregasi Evangelisasi untuk
Bangsa-Bangsa, CEP. 1997:22. Pengertian ini memberi penegasan bahwa Roh itu merupakan suatu daya yang memberi dorongan kepada seseorang untuk
memperbaharui dirinya. Pengertian ini selanjutnya, membawa asumsi bahwa pembaharuan diri secara otentik hanya terjadi apabila melibatkan Roh. Ditegaskan
juga bahwa spiritualitas yang benar bersumberkan pada semangat panggilan dan tugas perutusan, maka spiritualitas itu juga mencakup sebagai suatu motivasi
40
seorang dalam melaksanakan tugas perutusannya Kongregasi Evangelisasi untuk Bangsa-Bangsa, CEP. 1997:22.
St. Yohanes Paulus II dalam Ensiklik Redemptoris Missio 1990:99 mengatakan “Spiritualitas ini pertama-tama sekali diungkapkan dengan suatu
hidup yang benar- benar taat setia kepada Roh”. Taat berarti hormat dan patuh
kepada Roh sedangkan setia berarti komitmen yang terus-menerus kepada Roh. Spiritualitas ini jugalah yang menyiapkan hati untuk selalu terbuka pada
pembentukan dari dalam oleh Roh. Spiritualitas merupakan upaya terus menerus dengan bantuan Roh untuk hidup serupa dengan Kristus RM 87. Serupa dengan
Kristus berarti, arah dan tujuan spiritualitas adalah kemuliaan Allah itu sendiri. Seperti Yesus yang selama hidupnya selalu terarah kepada Bapa di surga,
demikian spiritualitas adalah hidup yang selalu terarah kepada Allah Bapa di surga RM 87.
St. Yohanes Paulus II adalah sosok pribadi yang memiliki kedalaman spiritualitas yang sangat kaya. Secara garis besar, spiritualitas St. Yohanes Paulus
II dapat ditelusuri dalam empat pokok yaitu iman Hidup, bergerak dan berada”
dalam Yesus Kristus, harapan Teguh Berharap Walau Dalam Situasi Tanpa Harapan, kasih Cintakasih Hingga Tuntas, dan doa Berdoa dalam Roh,
sebagai yang dijelaskan berikut.
1. “Hidup, bergerak dan berada” dalam Yesus Kristus Kis 17:28.
Perjuangan St. Yohanes Paulus II selama pelayanannya tidaklah mudah, dan tidak jarang mendapat tantangan bahaya. Atas dasar iman yang luar biasa
41
akan Yesus Kristus St. Yohanes Paulus II melaksanakan dan menyelesaikan misi hidupnya sebagai gembala. Gembala yang berkelana ke seluruh dunia untuk
membela keadilan, kebenaran dan perdamaian. Bagi beliau inilah panggilannya yang diterima dari iman akan Yesus Kristus. St. Yohanes Paulus II melaksanakan
panggilannya sebagai pengganti Petrus untuk memenuhi bukan saja apa yang menjadi tanggung jawabnya sebagai Paus tetapi lebih-lebih melaksanakan
perintah Yesus untuk mewartakan Injil kepada semua bangsa Mrk 13:10. Itulah yang dikerjakan oleh St. Yohanes Paulus II.
Sejak usia dini St. Yohanes Paulus II rajin berdoa bersama ibunya dan mendengarkan kisah-kisah tentang Yesus. Imannya pun bertumbuh dan terus
berkembang sehingga menghasilkan buah yang banyak ketika menjadi Paus. Imannya akan Yesus Kristus terus-menerus disirami dengan penghayatan Injil dan
semangat doa yang mendalam, dan menjadi konkret dalam tindakan kasih kepada orang lain. Penderitaan yang dialaminya sejak usai remaja semakin meneguhkan
imannya. Demikian juga setelah menjadi Paus, keteguhan beliau dalam menghadapi penderitaan semakin meneguhkan imannya.
St. Yohanes Paulus II mendapatkan kekuatan dan keberanian dalam iman yang diperkaya dengan doa berkelanjutan. Berdasarkan kesaksian Angelo
Comastri 2010:125 jelaslah iman merupakan suatu yang fundamental dan menjadi fondasi dalam hidup pelayanan St. Yohanes Paulus II. Hidup St.
Yohanes Paulus II lebih dari cukup untuk mengungkapkan arti dari iman yang dihayatinya, kendati penghayatan imannya banyak juga dituangkan dalam buku-
buku tulisannya juga dalam seruan dan anjuran Apostoliknya. Dalam buku PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
tulisannya sendiri Melintas Ambang Pintu Harapan 1995:241 secara sederhana St. Yohanes Paulus II mengungkapkan iman merupakan jawaban atas panggilan
Allah untuk mempercayai-Nya. St. Yohanes Paulus II sangat yakin kalau hanya Allah yang dapat
menyelamatkan tetapi beliau juga sangat yakin kalau Allah membutuhkan kerja sama dari pihak dirinya Yohanes Paulus II, 1995:242. Kisah perjuangan St.
Yohanes Paulus II memberi kesaksian tentang iman yang aktif dan bukannya iman yang pasif. Iman yang aktif inilah yang sungguh menyelamatkan. Inilah
dasarnya St. Yohanes Paulus II selalu punya alasan untuk mengatakan “jangan takut”.
Di tengah padang pasir ketidakpedulian yang juga penuh bahaya serta jalan yang terjal, St. Yohanes Paulus II tidak pernah mundur karena beliau yakin
dengan iman akan Yesus Kristus. Beliau menghayati dengan sangat baik kata-kata Yesus “Imanmu telah menyelamatkan engkau” Mrk 10:52. Tidak jarang pula St.
Yohanes Paulus II mendapat tantangan dan kritikan dari banyak pihak namun beliau tetap berkomitmen dan setia pada keyakinannya. Tindakan St. Yohanes
Paulus II ini sangat menyentuh hati seperti seorang perempuan di Kanaan yang percaya kepada Yesus Mat 15:21-28.
Ketika usia remaja beliau telah kehilangan orang tersayang yaitu keluarganya dan menghadapi masalah pendudukan tentara Nazi, dikala beliau
menghadapi kebingungan tentang masa depan, beliau berpasrah kepada Tuhan Yesus sehingga beliau sangat meyakini bahwa Allah memanggilnya menjadi
seorang imam Wilson 2004:23. Di sinilah letak gunanya iman yang ditunjukkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI