Singkatan Kitab Suci Singkatan Dokumen Resmi Gereja

3 munculnya Ateisme dan Relativisme art. 17, Generasi Digital dan kecepatan- keluasan jejaring sosial art. 18, pluralitas agama yang diwarnai gerakan Fundamentalisme dan Radikalisme serta Globalisasi art. 19,20, rusaknya keutuhan ciptaan dan lingkungan hidup art. 21, dan merebaknya kemiskinan art. 22. Demikian situasi dunia banyak memberi kenikmatan duniawi yang sangat beragam dan sangat realistis pula. Dalam situasi seperti itu, baik pewartaan maupun pelayanan katekis menghadapi tantangan berat dan sulit dihadapi. Sementara itu, katekis juga mengalami banyak tantangan dan godaan yang membuat semangat pelayanan mereka semakin menurun. Akibatnya, pelayanan dilaksanakan hanya sebagai kewajiban atau formalitas belaka, atau hanya pemenuhan kebutuhan pelayanan semata-mata demi mendapatkan kebahagiaan semu. Dalam situasi seperti itu, sukacita Injil atau kasih Allah menjadi semakin sulit untuk diwartakan. Sementara itu juga, berhadapan dengan pelbagai tantangan arus besar zaman, umat mengalami krisis iman dan krisis moral. Oleh hal demikian, sangat mendesaklah bagi Gereja untuk lebih giat dan aktif hadir di tengah hidup umat, melayani dan memperhatikan umat agar iman tetap terpelihara serta semakin berkembang. Karena itu, dibutuhkan tenaga pewarta terutama katekis untuk berperan mendampingi umat agar mengalami kasih Allah dalam hidupnya. Menyadari akan tantangan tersebut, keuskupan maupun paroki mencoba untuk memberi bekal serta pembinaan kepada para katekis agar semakin bersemangat dalam melayani umat. Pelbagai usaha yang dilakukan, mulai dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 membiayai para calon katekis khusus studi teologi maupun ilmu kateketik, dan membina para katekis sukarela dengan harapan akan menjadi seorang katekis yang profesional serta berspiritualitas mendalam. Para katekis yang sudah melayani juga terus didampingi dan diberi pembinaan, kursus penyegaran pelayanan, dan pelatihan-pelatihan lainnya. Semua usaha tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan umat dan juga dalam usaha menanggapi seruan Bapa Suci Paus Fransiskus. Namun segala usaha tersebut tidaklah cukup untuk membina katekis yang sungguh berspiritual tangguh dan mendalam. Tidaklah cukup para katekis studi dan mengikuti banyak pelatihan dan pembinaan, tetapi membutuhkan pengolahan diri sendiri. Pengolahan diri sendiri pun harus ada dasar dan arahnya yang jelas pula. Maka dari itu, dalam skripsi ini penulis mengusulkan agar para katekis belajar dan menimba inspirasi dari spiritualitas pelayanan St. Yohanes Paulus II. St. Yohanes Paulus II adalah sosok pribadi yang memiliki semangat pelayanan tidak pernah pudar meskipun mengalami dan menghadapi banyak tantangan. Sosok yang memiliki kedalaman spiritualitas, menjadikan ia senantiasa bersemangat dalam menghayati panggilannya sebagai gembala sampai pada titik akhir hidupnya. Seperti yang sudah diketahui, St. Yohanes Paulus II, selama pelayanannya, menghadapi banyak tantangan bahkan menghadapi percobaan pembunuhan. Akibat dari luka serangan pencobaan pembunuhan inilah yang menjadi titik awal penderitaan beliau terhadap pelbagai jenis penyakit kronis yang sulit disembuhkan. Meskipun demikian, semangat pelayanan St. Yohanes Paulus II tidak pernah luntur, tidak jarang pula beliau bersikeras melakukan pelayanan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 maupun kunjungan pastoral di masa kondisinya tidak mendukung. St. Yohanes Paulus II juga memiliki relasi yang sangat intim dengan Sang Sabda sumber kehidupan yakni Yesus Kristus, dan sangat dekat dengan Bunda Gereja Bunda Maria. Kedalaman hubungan dengan Yesus dan Bunda Maria inilah yang menjadi sumber kekuatan St. Yohanes Paulus II dalam melaksanakan pelayanannya dan dalam menghadapi serta menanggung segala penderitaan yang beliau alami selama masa hidupnya. St. Yohanes Paulus II adalah pribadi yang suka mengampuni dan senang menghibur orang lain. Setelah luka dalam akibat peluru serangan percobaan pembunuhan sembuh, St. Yohanes Paulus II dengan hati yang terbuka dan penuh kasih mendekati pelaku serangan dan mengampuninya. St. Yohanes Paulus II tidak hanya mengampuni tetapi beliau juga menganggap pelaku serangan sebagai saudaranya. Tindakan St. Yohanes Paulus II mengampuni dan menganggap pelaku serangan sebagai saudara merupakan tindakan kasih yang memancarkan sukacita. Tindakan ini sungguh menggugah hati banyak orang. Selain itu, di masa- masa sakitnya menjadi parah dan ditempatkan di rumah sakit, beliau bahkan selalu memberi penghiburan kepada para pesakit yang lain. Selama menjabat takhta suci, St. Yohanes Paulus II sering kembali ke ruang operasi untuk melaksanakan tindakan prosedur atas sakit yang dideritanya. Betapa berat penderitaan yang beliau alami namun tidak menjadi penghalang baginya untuk melaksanakan pelayanan. St. Yohanes Paulus II bahkan sering menunda waktu perawatannya demi melaksanakan tanggung jawab sebagai Paus. Tidak hanya pada masa pelayanannya sebagai pemimpin tertinggi Gereja, namun PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI