Sistem Bagi Hasil Industri Gula di Indonesia

penyediaan bibit unggul, penyediaan dan pelayanan sarana produksi dan pelayanan kredit. 4. Mengikutsertakan KUD dan bimbingan untuk mengkoordinasikan petani tebu rakyat agar produksi dan pendapatannya meningkat Hasibuan Edi, 2005.

2.3.5. Sistem Bagi Hasil

Menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 527MPPKep92004 tentang Kebijaksanaan Peningkatan Produktifitas Industri Gula antara lain. Petani bebas memilih antara Sistem Pembelian Tebu SPT atau Sistem Bagi Hasil SBH melalui kesepakatan antara Pabrik Gula dengan petani yang dituangkan dalam perjanjian kerjasama. 1. Berdasarkan hablur bagian petani dan Pabrik Gula dihitung berdasarkan ketentuan sebagai berikut : a. Untuk rendemen tebu sampai dengan 8,90 maka hablur bagian petani adalah 65 dari rendemen tebu yang dicapai. b. Pada rendemen tebu diatas 8,90 maka agar petani terangsang meningkatkan efisiensinya, maka hablur bagian petani dihitung dengan rumus : T = 50,8 + 1,6 x R dan P = 100 – T Dimana : T = Hablur bagian petani dalam persen dari rendemen tebu P = Hablur bagian Pabrik Gula dalam persen dari rendemen tebu R = Rendemen tebu dari tebu rakyat yang diolah Pabrik Gula. Bagi penyerahan tebu yang menggunakan Sistem Bagi Hasil SBH, selain hasil gula yang menjadi hak petani maka petani juga memperoleh tetes sebesar 2 kg setiap kwintal tebu. 2. Berdasarkan SK. Gubernur tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Pemitraan Tebu Rakyat di Jawa Timur pada musim giling namun 1998 : a. Dengan memperhatikan kondisi gula sebagai komoditi prioritas, maka percadangan areal untuk penanaman tebu di lahan sawah diatur secara bergiliran dengan komoditi lain atas dasar musyawarah dala rembung desa. Sedangkan tebu di lahan tegalan dapat dikembangkan seluas- luasnya dengan memperhatikan aspek konservasi lahan. b. Pembinaan tebu rakyat ditempuh melalui kemitraan antar petani kelompok tani dengan Pabrik Gula yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah yaitu secara prioritas dapat berbentuk : 1 Tebu Rakyat TR Kredit yaitu tebu rakyat yang dikembangkan oleh petani dengan memanfaatkan kredit koperasi primer untuk anggotanya KKP Kredit Ketahan Pangan dengan bimbingan teknis dan pengolahan hasil oleh perusahaan mitra. 2 Tebu Rakyat Mandiri, yaitu tebu rakyat yang dikembangkan oleh petani dengan modal sendiri dengan bimbingan teknis dan pengolahan hasilnya oleh perusahaan mitra. 3 Tebu Rakyat Kerjasama Usahatani TR KSU yaitu tebu rakyat yang dilakukan oleh petani pemilik lahan dengan menyerahkan pengelolaannya pada perusahaan mitra atas dasar kesepakatan bersama yang saling menguntungkan dengan memperoleh jaminan penghasilan tertentu dengan memanfaatkan Kredit Ketahanan Pangan atau kredit lainnya. 4 Sewa lahan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Pola ini diterapkan dalam keadaan terpaksa dimana ketiga pola diatas tidak dapat terlaksana. c. Bentuk – bentuk pola kemitraan antara petani dengan Pabrik Gula tersebut diatas, pelaksanaanya tergantung pada pilihan petani sendiri yang ditentukan pada saat motivasi. d. Untuk menunjang kelancaran kegiatan motivasi dan musyawarah dengan petani perlu dibentuk tim pemandu.

2.4. Analisis Ekonomi Usahatani