6.7. Penyusunan Kebijakan Pergulaan di Indonesia
Berdasarkan karakteristik responden menurut tingkat pendidikannya sekitar 60 dari masing-masing golongan petani telah mengenyam pendidikan
hingga tingkat perguruan tinggi. Usia para petani tebu tersebut rata-rata berada pada rentang usia 41-50 tahun. Usia tersebut merupakan usia produktif yang juga
memiliki tingkat kedewasaan yang matang dalam berusaha. Sehingga diharapkan dari sisi kedewasaan dalam berusaha dan tingkat pendidikan yang tinggi tersebut
dapat menjamin keberhasilan petani dalam melakukan kemitraan dengan Pabrik Gula.
Petani tebu dan juga PG diharapkan dapat mempertanggung jawabkan perjanjian yang telah disepakati bersama dan juga menjalankan hak dan kewajiban
masing-masing secara berimbang. Sehingga akan tercipta keharmonisan yang pada akhirnya dapat mengurangi timbulnya permasalahan-permasalahan dalam
bermitra. Beberapa kebijakan juga telah diterapkan dalam industri pergulaan di
Indonesia. Kebijakan tersebut diantaranya Suryana, 2005 : 1. Penciptaan medan persaingan yang fair bagi industri gula nasional melalui
kebijakan pengendalian impor dan harga di tingkat petani. 2. Penciptaan kebijakan yang mendukung upaya peningkatan efisiensi di tingkat
petani dengan bantuan subsidi input yang efektif. 3. Restrukturisasi yang dilaksanakan dalam upaya meningkatkan daya
penyesuaian diri dan inovasi pabrik gula, dimana menempatkan inovasi sebagai instrumen utama dalam meningkatkan daya saing.
4. Rasionalisasi yang dilaksanakan dalam upaya menurunkan biaya produksi dalam artian seluas luasnya yaitu bahwa segala biaya yang tidak ada kaitan
langsung dengan efisiensi dan produktivitas ditekan semaksimal mungkin. 5. Reengineering untuk dapat meningkatkan efisiensi pabrik gula.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap kemitraan antara petani tebu dengan Pabrik Gula Candi Baru di kecamatan Candi Kabupaten
Sidoarjo, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Prosedur pelaksanaan yang ditetapkan oleh PG Candi Baru sebagai
persyaratan bagi petani dalam bermitra dirasakan tidak memberatkan pihak petani. Persyaratan yang ditetapkan untuk menjadi petani mitra dapat diterima
oleh petani dan dijalankan sesuai dengan hak dan kewajiban masing-masing petani mitra.
2. Kendala-kendala yang dihadapi Pabrik Gula Candi dalam pola kemitraan petani dengan PG. Candi Baru diantaranya adalah masalah tebang-angkut
yang terkadang tidak tepat waktu, masalah penyediaan bahan baku dalam memenuhi kapasitas giling PG, serta masalah dalam perkreditan dimana
terdapat petani yang terlambat dalam melakukan pembayaran apabila mengalami gagal panen.
3. Kemitraan yang terjalin antara Pabrik Gula Candi Baru dengan petani tebu berjalan secara harmonis. Harmonisasi yang terjadi yaitu kesadaran antara
pihak PG. Candi Baru dan petani tebu mitra dalam menjalankan hak dan kewajiban masing-masing pihak sesuai perjanjian, sehingga tercipta suatu
kepuasan dari kedua belah pihak yang menunjukkan bahwa harmonisasi yang terjadi berjalan dengan baik.