H :
tidak ada perbedaan yang signifikan biaya produksi petani TRKSU dengan petani TRM.
H
1
: terdapat perbedaan yang signifikan biaya produksi petani TRKSU
dengan petani TRM. Hasil One-Sample Test dari biaya produksi tebu pada petani
TRKSU dan petani TRM dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini:
Tabel 11. Hasil One-Sample Test Terhadap Biaya Produksi Petani Tebu
Biaya Produksi t hitung TR-KSU
t hitung TRM 4.450
3.650 Nilai signifikan TR-KSU
Nilai signifikan TRM 0.001
0.003 Deskriptif Statistik:
Mean TR-KSU = 383318287.1 Mean TRM = 258844385.7
Sumber: Lampiran 4 Oleh karena nilai p-value pada tabel One-SampleTest menunjukkan nilai
0,001 dan 0,003 yang berarti nilai p pada tabel lebih kecil dari 0,05, maka kesimpulannya adalah tolak H
. Hal tersebut berarti bahwa rata-rata biaya produksi TRKSU biaya 1 sebesar Rp. 383.318.287.1 menunjukkan perbedaan
yang nyata dengan biaya produksi petani TRM biaya 2.
6.5.2. Analisis Penerimaan
Besarnya penerimaan yang diterima oleh petani TRM Tebu Rakyat Mandiri dan TRKSU Tebu Rakyat Kerjasama Usahatani sangat bergantung
pada jumlah produksi dan harga gula per kilogram itu sendiri, Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini:
Tabel 12. Rata-Rata Produksi per Hektar dan Rata-Rata Penerimaan per
Hektar pada Petani TRM dan TRKSU di PG Candi Baru Uraian
Produksi Tebu kw Penerimaan Rp
Petani TRKSU Petani TRM
1135 1070
57.766.309,25 49.340.676,67
Sumber: Data Primer diolah Berdasarkan Tabel 12 di atas, dapat diketahui bahwa total produksi yang
dihasilkan oleh petani TRKSU Tebu Rakyat Kerjasama Usahatani rata-rata produksinya sebesar 1135 kwHa untuk satu petani. Pada petani TRM Tebu
Rakyat Mandiri rata-rata produksi sebesar 1070 kwHa. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil produksi tebu baik petani TRKSU dan TRM tidak jauh
berbeda. Besarnya selisih produksi antara keduanya hanya sebesar 2,94 karena dalam pengerjaannya baik petani TRM maupun TRKSU sama-sama mengadopsi
teknik pembudidayaan yang sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Adanya perbedaan yang terjadi dapat diakibatkan karena masih ada petani yang tidak
melakukan teknik yang sama sesuai anjuran sehingga memberikan perbedaan yang terhadap produksi rata-rata petani tebu.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui pula bahwa rata-rata penerimaan petani TR-KSU sebesar Rp. 57.766.309,25 atau 52,23 sedangkan untuk petani
TRM rata-rata penerimaan per petani sebesar Rp. 49.340.676,67 atau 47,77 dari penerimaan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerimaan
yang dihasilkan baik pada petani TRM maupun petani TRKSU tidak
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap besarnya penerimaan yang didapat. Selisih yang ditimbulkan sebesar 4,46 dari rata-rata penerimaan.
Hal ini dikarenakan kisaran rendemen yang dihasilkan dari produksi tebu petani TRKSU dan petani TRM tidak terpaut jauh antara satu dengan yang lainnya.
Bahkan untuk masa-masa tertentu pihak PG memberikan pilihan kebijakan terhadap besarnya rendemen yang petani hasilkan. Kebijakan itu diantaranya
adalah rendemen riil dan rendemen kesetaraan. Rendemen riil adalah rendemen hasil perhitungan nyata setelah tebu giling habis dalam jangka waktu tertentu.
Rendemen kesetaraan adalah rendemen yang didapatkan dari hasil perhitungan beberapa sampel tebu yang dianggap mewakili seluruh rendemen tebu di suatu
wilayah. Dengan adanya kebijakan tersebut, petani dapat diuntungkan dengan menggunakan rendemen kesetaraan apabila nilai rendemen riil yang dimiliki
rendah sedangkan randemen sampel di wilayahnya tinggi. Sehingga pada saat tersebut petani lebih memilih perhitungan dengan menggunakan rendemen
kesetaraan agar pendapatan yang diterima tidak terlalu rendah.
6.5.3. Analisis Pendapatan