menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap besarnya penerimaan yang didapat. Selisih yang ditimbulkan sebesar 4,46 dari rata-rata penerimaan.
Hal ini dikarenakan kisaran rendemen yang dihasilkan dari produksi tebu petani TRKSU dan petani TRM tidak terpaut jauh antara satu dengan yang lainnya.
Bahkan untuk masa-masa tertentu pihak PG memberikan pilihan kebijakan terhadap besarnya rendemen yang petani hasilkan. Kebijakan itu diantaranya
adalah rendemen riil dan rendemen kesetaraan. Rendemen riil adalah rendemen hasil perhitungan nyata setelah tebu giling habis dalam jangka waktu tertentu.
Rendemen kesetaraan adalah rendemen yang didapatkan dari hasil perhitungan beberapa sampel tebu yang dianggap mewakili seluruh rendemen tebu di suatu
wilayah. Dengan adanya kebijakan tersebut, petani dapat diuntungkan dengan menggunakan rendemen kesetaraan apabila nilai rendemen riil yang dimiliki
rendah sedangkan randemen sampel di wilayahnya tinggi. Sehingga pada saat tersebut petani lebih memilih perhitungan dengan menggunakan rendemen
kesetaraan agar pendapatan yang diterima tidak terlalu rendah.
6.5.3. Analisis Pendapatan
Pendapatan dalam usahatani merupakan selisih antara penerimaan dengan total biaya produksi. Bagi seluruh petani tebu pendapatan dapat dijadikan toak
ukur keberhasilan usahatani yang diusahakannya. Suatu usahatani dapat dikatakan berhasil apabila pendapatan yang diperoleh lebih besar dari jumlah seluruh biaya
yang telah dikeluarkannya untuk usahatani tersebut.
Besarnya pendapatan yang diterima oleh petani sangat bergantung pada jumlah produksi dan harga gula per kilogram. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 13 di bawah ini:
Tabel 13. Total Pendapatan Usahatani Tebu antara Petani TRM dengan Petani TRKSU di PG. Candi Baru-Sidoarjo
Komponen Biaya Total Pendapatan Rp
Petani TRKSU Petani TRM
Penerimaan Biaya Total
57.766.309,25 31.111.488,51
49.340.676,67 28.457.398,39
Pendapatan 26.654.820,74
20.883.278,28 Sumber: Data Primer diolah
Berdasarkan pada Tabel 13 di atas dapat dilihat bahwa total pendapatan petani TRKSU Tebu Rakyat Kerjasama Usahatani lebih besar 12,14
dibandingkan dengan rata-rata pendapatan petani TRM Tebu Rakyat Mandiri. Dari tabel tersebut juga terlihat bahwa terdapat perbedaan biaya antara petani
TRKSU dengan petani TRM yang cukup tajam sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi besarnya pendapatan yang diterima oleh petani tebu. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya, bahwa perbedaan biaya produksi antara petani TRKSU dengan petani TRM disebabkan oleh adanya bunga yang diberikan pihak
PG. Candi Baru terhadap pihak petani TRKSU yaitu sebesar 12 dari besarnya biaya saprodi dan biaya garap.
Untuk menguji perbedaan pendapatan antara petani TRKSU Tebu Rakyat Kerjasama Usahatani dengan TRM Tebu Rakyat Mandiri dapat dibuktikan
secara teknis dengan menggunakan SPSS 12.0 Statistical Product and Service
Solutions yang mana hasil dari perhitungan tersebut dapat dilihat dalam tabel 13
di bawah ini: Hipotesis yang diuji adalah:
H :
tidak ada perbedaan pendapatan antara petani TRKSU dengan TRM. H
1
: terdapat perbedaan pendapatan antara petani TRKSU dengan petani TRM.
Tabel 14. Hasil One-Sample Test Terhadap Pendapatan Petani
Pendapatan t hitung TR-KSU
TRM 3.921
3.471 Nilai signifikan TR-KSU
TRM 0.002
0.004 Deskriptif Statistik:
Mean TR-KSU = 26654820,74 Mean TRM = 20883278,28
Sumber: Lampiran 4 Dari tabel 14 dapat diperoleh hasil pengujian rata-rata pendapatan untuk
petani TR-KSU sebesar 26.654.820,74 sedangkan petani TRM sebesar
20.883.278,28 dengan selisih keduanya sebesar 3.988.188 dimana besar selisihnya mencapai 12,14 dari pendapatan rata-rata petani TR-KSU. Melihat nilai t hitung
yang diperoleh sebesar 3.921 untuk TR-KSU dan 3.471 untuk TRM, sedangkan taraf signifikan untuk keduanya kurang dari 0.005 maka kesimpulan yang dapat
diambil adalah H ditolak, yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan
terhadap pendapatan yang diterima antara petani TR-KSU dengan petani TRM.
Perbedaan pendapatan ini disebabkan oleh faktor besarnya penerimaan dan biaya produksi dari masing-masing petani. Pendapatan yang diterima oleh petani
TR-KSU jauh lebih besar dibanding petani TRM karena penerimaan yang dipeoleh dari jumlah produksi TRKSU lebih tinggi dari TRM. Besarnya rendemen
pun petani TRKSU lebih unggul dibanding petani TRM, sehingga pendapatan yang diperoleh petani TRKSU lebih besar dibanding dengan pendapatan petani
TRM. Sedangkan biaya produksi yang dikeluarkan masing-masing petani mitra juga berbeda. Petani TR-KSU dalam pembiayaan usahataninya mendapatkan dana
talangan dari pihak PG sehingga dalam pengembaliannya dikenakan bunga sebesar 12 dari biaya garap dan saprodi. Beban inilah yang membedakan
besarnya biaya antara petani TRM dengan TR-KSU sehingga membuat pengeluaran petani TR-KSU lebih tinggi 7,86 dibandingkan dengan petani
TRM. 6.6.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Menjadi Anggota TRKSU Di Pabrik Gula Candi Baru – Sidoarjo
Faktor-faktor yang berhubungan dengan keputusan petani menjadi anggota TRKSU dapat diuraikan sebagai berikut :
a. menerima kredit usahatani dari pabrik gula yang besarnya sesuai dengan kesepakatan yang dipertimbangkan antara kedua belah pihak dilihat dari luas
lahan, kesuburan lahan dan juga riwayat kemitraan yang dijalin. b. mendapatkan jaminan hasil produksi apabila terjadi kerugian yang ditimbulkan
oleh PG. Sehingga pada saat petani tebu mengalami gagal panen, petani masih memiliki penerimaan berupa jaminan pendapatan minimal dari pabrik gula
yang besarnya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.
c. dapat memperoleh pinjaman sarana dan prasarana pada Pabrik Gula sebagai salah satu kebijakan yang diberikan oleh pabrik gula kepada petani mitranya.
d. petani mendapatkan prioritas produk-produk tebu dipilih, dibeli atau diolah oleh pihak pabrik. Maksudnya, bahwa hasil panen dari lahan petani mitra
sudah pasti akan dijamin keberlanjutannya karena antara petani dan pabrik gula keduanya saling membutuhkan dan juga telah menyepakati perjanjian tertulis
yang telah disahkan hukum. e. petani mendapatkan penyuluhan atau pembinaan lebih intensif mulai pesiapan
lahan sampai panen. Dalam prakteknya penyuluhan dilakukan oleh mandor yang ditunjuk oleh Pabrik Gula untuk membimbing petani melalui ketua
kelompok tani. Selanjutnya ketua kelompok meneruskan pengarahan kepada para petani anggota kelompok.
Dari segi perbedaan produksi, biaya, penerimaan dan pendapatan antara petani TRKSU dan petani TRM dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 15. Persentase Perbedaan Produksi, Biaya, Penerimaan dan Pendapatan petani TRKSU dengan Petani TRM
Sumber: Data Primer, diolah Dapat dilihat bahwa petani TRKSU menghasilkan tebu per hektarnya lebih
besar yakni sebesar 51,47 persen sedangkan petani TRM berproduksi 48,53 persen. Artinya, produksi tebu TRKSU per hektarnya lebih tinggi 2,94 persen
Petani Variabel
TRKSU TRM
Produksi 51,47
48,53
Biaya 53,93
46,07
Penerimaan
52,23 47,77
Pendapatan 56,07
43,93
dari produksi TRM. Namun dari segi biaya, petani TRM lebih unggul 7,86 persen lebih rendah dibandingkan besarnya pengeluaran petani TRKSU.
Sedangkan untuk besarnya penerimaan dan pendapatan petani TRKSU lebih tinggi dari petani TRM, selisih perbedaannya yaitu 4,46 persen dan 12,14
persen. Dilihat dari pendapatan yang diperoleh petani TRKSU lebih tinggi dari petani TRM, maka ada kemungkinan bagi petani awam untuk memilih TRKSU
sebagai pilihan dalam bermitra. Untuk itu digunakan program SPSS 17.0 untuk mengetahui besarnya faktor pendapatan sebagai motivasi petani dalam memilih
pola kemitraan TRKSU.
Tabel 16. Hasil Output SPSS Regresi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk memilih anggota TRM.
Koefisien Regresi
Std. Error
t Sig
Produksi .000
.001 -.325
.074 Biaya
-3.136E-8 .000
-.942 .356
Pendapatan 2.337E-5
.000 5.614
.056 Usia
.012 .010
1.163 .256
Pendidikan .227
.196 1.156
.259 R² = 0. 676
F hitung =
.
910
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tidak ada faktor yang signifikan diantara Produksi, biaya. Pendapatan, Usia dan pendidikan dalam kaitannya
bagi petani untuk memilih pola kemitraan mana yang mereka pilih. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor yang utama yang menyebabkan
petani memilih program TRKSU yaitu fasilitas yang diberikan Pabrik Gula dan Pelayanan yang dilakukan Pabrik Guala.
6.7. Penyusunan Kebijakan Pergulaan di Indonesia