4. Rendemen dan Bagi Hasil
Masalah rendemen dan bagi hasil yang biasanya merupakan masalah yang krusial bagi pabrik gula setelah dilakukan penelitian pada Pabrik Gula Candi Baru
tidak mengalami kendala dalam penentuan rendemen dan bagi hasilnya. Pabrik Gula Candi Baru menggunakan sistem ARI Analisa Rendemen Individu yang
tidak semua Pabrik Gula gunakan dalam penentuan rendemen tebu. Sedangkan untuk pelaksanaan bagi hasil pada Pabrik Gula Candi Baru telah mengikuti aturan
pemerintah sehingga tidak merugikan petani sebagai pemasok bahan baku Pabrik Gula.
6.4. Harmonisasi yang Terjadi antara Petani dengan PG. Candi Baru Terhadap Pelaksanaan Kemitraan
Harmonisasi yang terjadi antara pihak petani dengan PG. Candi Baru dapat diketahui dengan melakukan wawancara langsung dengan pihak petani maupun
PG itu sendiri. Hasil dari wawancara itu sendiri bervariasi antara satu dengan lainnya.
Pola kemitraan antara PG dan kelompok tani merupakan program kemitraan usaha budidaya tebu rakyat antara perusahaan perkebunan di bidang
industri gula sebagai perusahaan pembina atau pengelola. Petani tebu dan KUD sebagai kelompok mitra dalam sistem kerjasama dengan asas saling memerlukan,
menguntungkan dan memperkuat. Dengan dikekuarkannya Inpres No. 5 tahun 1998 mengarah pada upaya
pemberdayaan ekonomi petani dengan mewujudkan kebijakan pemasaran gula tani program tebu rakyat sejak musim giling 2005. Dengan adanya kebijakan baru
ini pemerintah berharap agar petani tebu rakyat ini lebih bergairah dalam meningkatkan usahatani tebu rakyat.
Adapun respon dari petani tebu yang bermitra terhadap pelaksanaan kemitraan dengan PG. Candi Baru dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini:
Tabel 9. Respon Petani Tebu terhadap Pola Kemitraan dengan PG. Candi Baru
Tanggapan Petani Sangat Baik
Baik Kurang
Baik Tidak
Baik Total
∑ ∑
∑ ∑
1.Prosedur dalam menjalin kemitraan
2.Pelayanan PG dalam menyediakan
kebutuhan petani pra tanam-pasca
panen 3.Pelaksanaan
peraturanperjanjian 4.Pelaksanaan
Penyuluhan 5.Penentuan
Rendemen 6.Sistem Bagi Hasil
24
12
4
10
5
6 80
40
13,33
33,33
16,67
20 6
18
26
18
22
22 20
60
86,67
60
73,33
73,33 -
-
-
2
3
2 -
-
-
6,67
10
6,67 -
-
-
-
-
- -
-
-
-
-
- 30
30
30
30
30
30
Sumber: Data Primer diolah
Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa respon petani tebu yang bermitra terhadap pelaksanaan kemitraan dengan PG. Candi Baru dalam
menanggapi prosedur dalam memulai kesepakatan dalam bermitra 80 persen dari total responden sebanyak 30 orang menyatakan sangat baik. Pernyataan tersebut
memiliki arti bahwa persyaratan yang harus disanggupi oleh petani dalam memulai kemitraan sangatlah mudah untuk dipenuhi. Diantara persyaratan-
persyaratan yang wajib disanggupi adalah memiliki hak kelola atas lahan, mengajukan kontrak kerjasama, mendapatkan legalisasi dari perangkat desa dan
disahkan oleh notaris. Sebanyak 24 responden menganggap persyaratan tersebut merupakan persyaratan yang dirasa standart dan mudah untuk disanggupi jika
kelengkapan lainnya telah terpenuhi. Sedangkan 6 orang responden lainnya atau sebesar 20 persen dari total responden menganggap prosedur tersebut baik atau
dengan kata lain adalah biasa-biasa saja. Tingkat kepuasan petani terhadap pelayanan pihak PG dalam menyediakan
kebutuhan petani mulai dari masa pra tanam hingga pasca panen juga dapat dilihat dari Tabel 9 di atas. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pelayanan dari
pihak PG dirasakan cukup baik oleh petani yang bermitra. Hal ini dapat dibuktikan dengan jawaban responden yang menjawab ‘baik’ sebanyak 18 orang
atau sebanyak 60 persen dari total 30 responden. Sedangkan 12 responden lainnya memilih ‘sangat baik’ dalam menjawab respon kepuasan terhadap pelayanan
pihak PG. Tingkat kepuasan inilah yang dapat menentukan keberlanjutan kemitraan antara petani tebu dengan Pabrik Gula.
Dalam pelaksanaan kemitraan pun pihak petani juga merasa diperlakukan sesuai dengan perjanjianperaturan yang berlaku. Pihak petani menilai bahwa
pihak PG telah melakukan segala sesuatunya yang tertuang dalam kesepakatanperjanjian dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan 26 responden atau
sebesar 86,67 persen menjawab ‘baik’ atas kesesuaian pihak PG dalam mematuhi
perjanjian yang berlaku. Sedangkan 14,33 persen atau sebanyak 4 orang responden menjawab ‘sangat baik’ dalam penilaiannya terhadap kepatuhan PG
dalam menjalankan hubungan kemitraan. Hal ini dapat berarti bahwa petani yang bermitra dengan PG telah benar-benar merasa puas atas kinerja PG selama ini. Hal
ini dapat dilihat dari tidak adanya responden yang menjawab jawaban selain ‘sangat baik’ dan ‘baik. Kepatuhan yang sesuai dengan perjanjian dapat
meningkatkan kepercayaan masing-masing pihak. Sedangkan pada masalah pelaksanaan penyuluhan, 33,33 persen atau
sebanyak 10 orang menyatakan bahwa pelaksanaan penyuluhan di PG telah berjalan sangat sesuai dengan apa yang mereka harapkan. 18 responden lainnya
juga merasa puas oleh pelaksanaan penyuluhan yang dilakukan oleh PG. Barulah sebanyak 2 orang responden atau sebesar 6,67 persen menyatakan kurang baik
dalam menjalankan penyuluhan. Hal ini dipilih karena waktu penyuluhan yang menurut mereka kurang banyak sehingga sebagian petani merasa dikecewakan.
Untuk penentuan rendemen, dari 30 orang responden 16,67 persen menyatakan sangat setuju dengan sistem penentuan rendemen yang selama ini
diterapkan. Sedangkan 73,33 persen itu menyatakan bahwa penentuan rendemen yang terjadi selama ini sudah cukup baik walaupun tidak dipungkiri jika masih
saja ada kendala dalam menentukan rendemen. Sehingga membuat 10 persen dari sisa reponden memilih ‘kurang baik.
Penentuan rendemen adalah permasalahan yang krusial dimana hampir setiap PG memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri dalam menentukan solusi
yang tepat untuk menangani permasalahan yang dihadapinya. PG. Candi Baru
dalam menentukan rendemen mengenal sistem ARI yaitu suatu sistem yang tidak semua PG menerapkannya. Sistem ARI Analisa Rendemen Individu adalah
suatu sistem penentuan rendemen yang dalam pengerjaannya tidak hanya melibatkan pihak pabrik gula, namun juga petani tebu yang bermitra. Sehingga
penentuan rendemen seperti ini lebih transparan dalam menentukan dibanding dengan sistem lainnya. Dari sini petani akan mengetahui seberapa besar rendemen
yang dihasilkan dari kebun mereka dan kemudian dapat ditentukan rendemen mana yang dapat menolong besarnya penerimaan mereka. Di sini petani bebas
memilih antara rendemen riil atau rendemen kesepakatan yang akan mereka pilih untuk penentuan rendemen mereka.
Sedangkan untuk penerapan sistem bagi hasil, petani menilai bahwa Sistem Bagi Hasil yang terjadi di PG. Candi Baru sudah sesuai dengan apa yang
mereka harapkan. Buktinya sebanyak 22 orang dari 30 responden mengakui bahwa Sistem Bagi Hasil yang selama ini berlangsung sudah sesuai dengan apa
yang tercantum dalam surat perjanjian. Sebanyak 6 orang lainnya menyatakan bahwa Sistem Bagi Hasilnya sangat memuaskan, karena mereka berkeyakinan
bahwa apa yang mereka dapatkan dari sistem bagi hasil ini merupakan bentuk nyata dari peraturan yang telah ditetapkan pemerintah. Sehingga petani tidak perlu
mengambil pusing dalam penentuan sistim bagi hasil. Pengalaman dalam bermitra dan juga kepercayaan yang diberikan oleh
petani baik dengan PG. Candi Baru maupun dengan PG lainnya, sedikit-banyak membuat petani lebih paham akan seluk beluk dalam menjalankan kemitraan.
Sehingga pada saat wawancara berlangsung, banyak fakta yang mengungkapkan
bahwa petani tidak selalu membaca dengan seksama mengenai poin-poin apa saja yang tertulis di dalamnya. Sehingga pada umumnya petani hanya membaca
perjanjian tersebut dengan sekilas dan kemudian menyetujuinya tanpa adanya pemikiran-pemikiran yang lebih spesifik.
6.5. Analisis Biaya Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Petani Tebu