III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Pemikiran
Pola kemitraan yang dilaksanakan oleh Pabrik Gula Candi Baru dengan petani tebu mitra baik TRKSU Tebu Rakyat Usahatani maupun TRM Tebu
Rakyat Mandiri di daerah tempat penelitian dianggap sudah sesuai dengan harapan, karena antara pihak Pabrik Gula dan petani tebu sudah merasakan
adanya hubungan kerjasama yang saling membutuhkan dan saling menguntungkan. Pihak pabrik gula membutuhkan pasokan bahan baku gula
berupa tebu yang dapat diusahakan oleh petani tebu. Sedangkan peihak petani tebu membutuhkan pabrik gula untuk mengolah lebih lanjut hasil dari usahatani
mereke yaitu berupa batang tebu. Petani juga memerlukan tambahan dana sebagai modal dalam menjalankan usahataninya sedangkan pihak Pabrik Gula dapat
mengupayakan dana tersebut untuk membantu petani tebu dengan cara memberikan dana pinjaman kepada petani yang bermitra dengan Pabrik Gula
tersebut. Namun di sisi lain terdapat permasalahan-permasalahan yang belum didapatkan jalan keluarnya, diantaranya kadar rendemen yang diperoleh selalu
menurun, perluasan areal lahan tebu yang semakin sempit dan akhirnya berpengaruh terhadap pendapatan petani. Selain itu nampaknya perlu dilakukan
penyempurnaan-penyempurnaan karena kedua belah pihak perlu pembenahan untuk meningkatkan produksi sehingga perlu adanya kerjasama yang harmonis
antara PG dengan petani tebu mitra agar terwujud suatu pola kemitraan yang sesuai dan seimbang dan saling menguntungkan.
Dalam pelaksanaan pola kemitraan antara PG Candi Baru dengan petani tebu mitra banyak kendala baik teknis maupun non teknis. Dalam sistem Tebu
Rakyat TR petani tebu mitra menjadi pengusaha yang secara penuh menanggung berbagai resiko atau kendala, misalnya: kerusakan panen, turunnya rendemen,
kesulitan tebang, pengangkutan dan sebagainya. Tetapi sebenarnya dari segi ini patut dipahami bahwa pabrik gulapun tidak sama sekali terbebas dari resiko atau
kendala tersebut. Secara teknis memang tugas tersebut dan pekerjaan pabrik gula jauh lebih ringan dan sederhana yaitu semata-mata bertugas “menggiling” tebu
petani untuk dijadikan gula. Namun dalam kenyataan tidak demikian halnya, dalam pekerjaan-pekerjaan non teknis beban pekerjaan pabrik gula menjadi
bertambah berat. Pendapatan petani yang bermitra dengan petani yang tidak bermitra
dengan PG sangat berbeda sekali karena petani yang bermitra dengan PG selalu diberikan bimbingan massal dan diberi modal secara kredit misalnya sarana
produksi yang sudah disediakan oleh Koperasi petani tebu yang bermitra dengan PG. Dengan bekal ilmu yang bertambah maka pola pikir petani menjadi berubah
sehingga petani bisa mengembangkan usahatani tebu dengan baik karena apabila kualitas tebu yang dihasilkan bagus maka gula yang dihasilkan juga bermutu
bagus, sehingga nilai jual gula semakin meningkat dan kemudian menambah pendapatan petani. Sedangkan petani yang tidak bermitra dengan PG
pendapatannya lebih sedikit dibanding dengan petani yang bermitra karena petani yang tidak bermitra kurang memiliki motivasi.
Secara sistematis bagan alur pemikiran dalam penelitian ditunjukkan pada gambar berikut ini :
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Hak Kewajiban
PG Hak Kewajiban
Petani Petani TRKSU
Petani TRM
Produksi Tebu Pabrik Gula
Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Petani
Uji Beda : 1. Total Biaya
2. Penerimaan
3.
Pendapatan Evaluasi
Pola Kemitraan yang Optimal
3.2. Hipotesis