Alasan Memilih Judul Latar Belakang Masalah
berkaitan dengan kepribadian. Dalam arti khusus dikatakan bahwa dalam setiap diri seorang guru terletak tanggungjawab untuk membawa anak didiknya pada
suatu kedewasaan.
10
Guru pendidikan agama Islam bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai dan norma-norma baik yang bersumber dari diri sendiri yang meliputi kaedah atau
norma keagamaan dan kaedah atau norma kesusilaan maupun yang bersumber dari lingkungan sosialnya yang meliputi norma kesopanan dan norma hukum
kepada generasi muda sehingga terjadi proses konservasi nilai, bahkan melalui proses pendidikan diusahakan terciptanya nilai-nilai baru dalam konteks ini
pendidik berfungsi mencipta, memodifikasi dan mengkontruksi nilai-nilai baru. Guru pendidikan agama Islam sebagai pendidik atau pengajar merupakan
faktor penentu kesuksesan setiap usaha pendidikan. Itulah sebabnya setiap perbincangan mengenai perbincangan mengenai pembaharuan kurikulum,
pengadaan alat-alat belajar sampai pada kriteria sumber daya manusia yang dihasilkan selalu bermuara pada guru. Hal ini menunjukkan betapa berarti penting
posisi guru pendidikan agama Islam dalam dunia pendidikan. Kompetensi kepribadian guru pendidikan agama Islam sangat mempengaruhi keberhasilan
proses pendidikan, karena guru pendidikan agama Islam sebagai profil pribadi yang ditiru dan diteladani oleh peserta didik baik secara sengaja atau tidak.
10
Sardiman A.M,
Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001, h. 12
Guru merupakan teladan bagi para peserta didiknya. Menjadi teladan merupakan sifat dasar kegiatan pembelajaran, dan ketika seorang guru tidak mau
menerima maka telah mengurangi keefektifan pembelajaran. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta
didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap dan mengakuinya sebagai guru.
11
Dengan kata lain, baik tidaknya citra seorang guru pendidikan agama Islam ditentukan kepribadiannya, walaupun kepribadian sebenarnya adalah suatu
masalah yang abstrak, hanya bisa dilihat lewat penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan atau keseluruhan dari
individu yang terdiri dari unsur perilaku dan fisik. Oleh karena itu masalah kepribadian adalah suatu hal yang sangat menentukan tinggi rendahnya
kewibawaan atau citra seorang guru pendidikan agama Islam dalam pandangan anak didik atau pandangan masyarakat.
Kepribadian guru pendidikan agama Islam adalah unsur yang menentukan keakraban hubungan guru pendidikan agama Islam dengan anak didik.
Kepribadian guru pendidikan agama Islam akan tercermin dalam sikap dan perbuatannya dalam membina dan membimbing anak didik.
12
Bagi guru pendidikan agama Islam khususnya telah ada standar kepribadian yakni Rasulullah SAW. Dan Allah SWT mengajarkan kepada kita untuk
11
E. Mulyasa,
Menjadi Guru Profesional
, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011, h. 45
12
Syaiful Bahri Djamarah,
Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif
, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, h. 41
meneladani pribadi beliau. Sebagaimana tercantum dalam Al- qur‟an surat Al-
Ahzab ayat 21, yaitu:
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. QS. Al-Ahzab: 21
13
Oleh karena itu, dalam menjalankan tugasnya guru diharapkan mampu bekerja secara profesional sehingga menghasilkan tamatan yang lebih bermutu
dan mempunyai akhlak yang berbudi luhur, dan salah satu faktor penting adalah peningkatan kompetensi kepribadian guru, yang tentunya harus diimbangi dengan
kompetensi yang lainnya yaitu meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi professional. Adapun rinciannya akan dijelaskan sebagai
berikut: 1.
Kompetensi kepribadian : kemampuan kepribadian yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi
teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. 2.
Kompetensi pedagogik : merupakan pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik, untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
3. Kompetensi profesional : merupakan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan subtansi keilmuan yang menaungi
materinya, serta
penguasaan terhadap
struktur dan
meteologi keilmuannya.
13
Departemen Agama RI,
Al-Hikmah Terjemah Al-
qur’an Al
-Karim,
Bandung: Diponogoro, 2008, h. 336
4. Kompetensi sosial : merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi
atau bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, orang tuawali peserta didik, dan masyarakat.
14
Kompetensi yang difokuskan dalam penelitian ini adalah kompetensi kepribadian, yang diartikan kemampuan seseorang yang dihubungkan dengan
kepribadian, sifat-sifat atau karakter yang dimilikinya. Menurut Kunandar “Kompetensi pribadi adalah sikap pribadi guru berjiwa pancasila yang
mengutamakan budaya bangsa Indonesia, yang rela berkorban bagi kelestarian bangsa dan negaranya
”.
15
Kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang berakhlak mulia, mantap, stabil, dewasa, arif, bijaksana, menjadi teladan, mengevaluasi kinerja
sendiri, mengembangkan diri, dan religius.
16
Dari kepribadian guru pendidikan agama Islam itu sendiri, keberhasilan guru pendidikan agama Islam dalam mengelola proses belajar mengajar dapat dilihat
dari berbagai segi diantaranya adalah prestasi yang dicapai oleh peserta didik dan jalannya proses belajar mengajar tergantung dari pendekatan yang digunakan
guru pendidikan agama Islam tersebut. Tingkah laku guru pendidikan agama Islam dalam proses tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya
sementara, misalnya ketepatan menentukan tujuan pengajaran atau memilih materi pengajaran yang sesuai dan kemampuan menggunakan media pengajaran
14
Kunandar,
Guru Profesional
, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, h. 75
15
Ibid
, h. 56
16
Jejen Musfah,
Op. Cit,
h. 42
saja, tetapi juga dipengaruhi oleh perilaku guru pendidikan agama Islam yang relatif tetap yaitu kepribadian guru pendidikan agama Islam itu sendiri.
Adapun indikator kompetensi kepribadian guru pendidikan agama Islam adalah :
1. Kepribadian yang mantap dan stabil
Bertindak sesuai norma hukum dan social, bangga sebagai pendidik, serta memiliki konsisten dalam bertindak sesuai dengan norma.
2. Kepribadian yang dewasa
Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik yang memiliki etos kerja sebagai guru.
3. Kepribadian yang arif
Sebagai guru, khususnya guru pendidikan agama Islam harus menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak dalam menerima
ataupun member kritik atau saran. Hal ini terlihat dalam proses belajar, guru memberikan nasehat kepada peserta didik yang sering dating
terlambat ketika masuk pelajaran dikelas pada saat pergantian jam pelajaran. Guru memberikan pengarahan agar lebih tepat waktu masuk
kedalam kelas.
4. Kepribadian yang berwibawa
Guru harus dapat menstabilkan emosi, terutama yang berhubungan dengan peserta didik. Kepribadian guru akan terlihat dalam menyelesaikan
masalah tersebut. Apabila anak didik melakukan kesalahan atau pelanggaran, sebaiknya diberi sanksi yang mendidik dan bisa
menyadarkan anak, misalnya dengan membaca Al-
qur‟an atau mengerjakan tugas. Tidak dengan menakut-nakuti anak didik dengan guru
bersikap emosional, sehingga wibawa guru akan hilang dengan sendirinya. 5.
Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan Seorang guru harus member suri tauladan bagi peserta didiknya,
membentuk akhlak yang mulia pada diri pribadi anak didiknya dan hanya mungkin bisa dilakukan jika pribadi guru mulia juga, sesuai dengan ajaran
Islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Misalnya bertindak dengan norma religious iman, taqwa, jujur, ikhlas, dan menolong.
17
Sebagai teladan, guru pendidik agama Islam harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil atau idola seluruh kehidupannya adalah figur yang
17
Kunandar,
Op. Cit.,
h
.
75-76
paripurna. Itulah kesan terhadap guru pendidikan agama Islam sebagai sosok yang ideal, sedikit saja guru agama Islam berbuat yang kurang atau tidak baik,
akan mengurangi kewibawaannya dan kharisma pun secara perlahan lebur dari jati dirinya bahkan bisa juga ia dicaci maki dengan sinis hanya karena kealpaan
berbuat kebaikan. Meskipun kejahiliannya itu bak setetes air dalam daun talas. Keburukan perilaku anak didik cenderung diarahkan pada kegagalan guru
pembimbing dan pembina anak didik karena faktor kepribadian guru pendidikan agama Islam yang sangat sensitif. Seorang guru tidak boleh sombong dengan
ilmunya, karena merasa paling mengetahui dan terampil dibanding guru yang lainnya, sehingga menganggap remeh teman sejawatnya. Firman Allah SWT
dalam QS. An-Nahl: 125 berikut ini:
Artinya: Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.QS. An-
Nahl: 125
18
Berdasarkan pra survey, penulis mendapatkan bahwa kompetensi kepribadian guru PAI sudah cukup baik. Akan tetapi masih terlihat ada beberapa kekurangan
dalam proses pembelajaran berlangsung didalam kelas seperti guru sering terlambat untuk masuk kelas, guru kurang menanamkan disiplin dan tanggung
18
Departemen Agama RI,
Op. Cit,
h. 224
jawab terhadap peserta didiknya, contohnya masih terdapat peserta didik yang tidak menggunakan seragam lengkap serta baju seragamnya tidak dimasukkan
kedalam celana. Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah
psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar peserta didik. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu,
khususnya ranah rasa murid, sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat
intangible
tak dapat diraba. Oleh karena itu, yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan
tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar peserta didik, baik yang berdimensi
cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa.
19
Aspek sosial yang diemban oleh guru pendidikan agama Islam adalah misi kemanusiaan karena mengajar adalah pemanusiaan masyarakat serta aspek
profesional yang menyangkut peran profesi dari guru pendidikan agama Islam atau pendidik dalam arti yang memiliki kualifikasi profesi sebagai seorang guru
pendidikan agama Islam. Pada dasarnya melalui proses pendidikan akan membentuk kepribadian
seseorang.
20
Untuk membentuk kepribadian sesoarang memerlukan sebuah tuntunan atau acuan untuk mencapai hal itu, maka dari itu diperlukan nya
19
Muhibbin Syah,
Psikologi belajar
, Jakarta: Rajawali Pers, 2012, h. 216
20
Nanang Hanafiah dan Cucu suhana,
Konsep Strategi Pembelajaran,
Bandung: Refika Aditama, Cet. Ke-3, 2002, h. 6.
bimbingan mengenai pendidikan agama, karena agama mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembentukan kepribadian seseorang. Dan untuk
merelisasikan fungsi dan tujuan pendidikan harus ada proses yang kita kenal dengan istilah belajar.
Belajar adalah proses perubahan perilaku, berkat interaksi dengan lingkungannya. Perubahan perilaku mengacu aspek kognitif, afektif dan
psikomotor seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukan perubahan perilakunya. Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan
unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling
pokok dan penting dalam keseluruhan proses pendidikan. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan belajar adalah suatu usaha sadar
yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkat laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Dan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam belajar adalah hasil belajar.
Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi belajar peserta didik dan hasil yang dapat ditunjukan angka indeks yang dicapai peserta didik setelah melakukan
proses dan kegiatan-kegiatan pembelajaran, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang baik dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat
perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif
dan psikomotorik
21
. Jadi hasil belajar merupakan kemampuan yang di peroleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberiakan perubahan
tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan peserta didik sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Hasil belajar sangat besar pengaruhnya dalam menentukan keberhasilan belajar. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran guru harus benar-benar
berusaha meningkatkan hasil belajar pada diri siswa, guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan untuk mengembangkan potensi siswa,
menumbuhkan aktivitas dan kreativitas siswa sehingga akan terjadi proses belajar mengajar yang digunakan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar dapat
menentukan hasil belajar yang dilakukan oleh peserta didik.
22
Tabel 1.1 Data Nilai Ulangan MID Semester Kelas VIII SMP Negeri 1 Bukitkemuning
No Kelas
Hasil 75
≥ 75
1 VIII A
5 siswa 27
siswa 2
VIII B 15 siswa
21 siswa
3 VIII C
24 siswa 11
siswa 4
VIII D 20 siswa
15 siswa
5 VIII E
29 siswa 5 siswa
21
Diyamti dan Mudjiono,
Belajar dan Pembelajaran,
Jakarta: Rineka Cipta, Cet. Ke-5, 2013, h. 193
22
R. Ibrahim dan Nana Syaodih S,
Perencanaan Pengajaran,
Jakarta: Rineka Cipta, 2010, h. 42-43
6 VIII F
25 siswa 9 siswa
7 VIII G
25 siswa 9 siswa
Jumlah 143
siswa 97
siswa
Sumber: Daftar nilai hasil ulangan MID semester PAI kelas VIII tahun ajaran 20152016
Berdasarkan data pada tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk keseluruhan peserta didik kelas VIII dengan jumlah keseluruhan 240 orang peerta didik.
Maka jika dilihat peserta didik lebih banyak yang mendapatkan nilai pada skala 75, yaitu 143 orang peserta didik, dibandingkan dengan peserta didik dengan
skala ≥ 75 jumlah peserta didik sangatlah sedikit yaitu 97 orang peserta didik. Hasil tersebut apabila dinyatakan dalam bentuk presentase diperoleh
perbandingan antara peserta didik yang mencapai KKM dengan peserta didik yang belum mencapai KKM yaitu 59,58 berbanding 40,42. Nampak bahwa
masih sangat sulit bagi peserta didik untuk mendapatkan nilai diatas KKM. Hal ini yang melatarbelakangi penulis untuk mengadakan penelitian tentang
„„Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru PAI Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VIII Di SMP Negeri 1 Bukitkemuning Kabupaten Lampung Utara”.