PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS ILMIAH DENGAN STRATEGI PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA KELAS XI IA SMA MUHAMMADIYAH 3 MASARAN SRAGEN

(1)

commit to user i

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS ILMIAH DENGAN STRATEGI PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA KELAS XI IA

SMA MUHAMMADIYAH 3 MASARAN SRAGEN

Oleh: SITI ROCHANI

K1207032

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

commit to user ii

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS ILMIAH DENGAN STRATEGI PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA KELAS XI IA

SMA MUHAMMADIYAH 3 MASARAN SRAGEN

Oleh: SITI ROCHANI

K1207032

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(3)

commit to user iii


(4)

commit to user iv


(5)

commit to user v

ABSTRAK

Siti Rochani. K1207032. PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS ILMIAH DENGAN STRATEGI PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA KELAS XI IA SMA MUHAMMADIYAH 3 MASARAN SRAGEN. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1) meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis ilmiah siswa kelas XI IA SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen dengan strategi peta pikiran (mind mapping); 2) meningkatkan kemampuan menulis ilmiah siswa kelas XI IA SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen dengan strategi peta pikiran (mind mapping).

Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yaitu penelitian kolaboratif antara peneliti, guru, dan siswa untuk mengatasi permasalahan yang ada dalam pembelajaran. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Teknik validitas data yang digunakan adalah teknik triangulasi. Teknik trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi sumber data dan trianggulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif dan teknik analisis deskripsi komparatif (statistik deskriptif komparatif). Proses penelitian dilaksanakan dalan tiga siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, serta analisis dan refleksi.

Pelaksanaan tindakan penelitian ini dilakukan mulai dari survei awal, kemudian dilanjutkan dalam dua siklus oleh guru kelas sebagai fasilitator pembelajaran serta peneliti sebagai partisipan pasif. Tahap perencanaan tindakan meliputi membuat skenario pembelajaran, mempersiapkan sarana pembelajaran, mempersiapkan instrumen penilaian, dan mengajukan solusi alternatif berupa penerapan strategi peta pikiran untuk pembelajaran menulis ilmiah. Pada tahap pelaksanaan peneliti mengadakan pengamatan mengenai tindakan yang dilakukan, selain itu, pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data yang nantinya diolah untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. Tahap observasi dilakukan untuk mengamati dan menginterpretasikan penggunaan strategi peta pikiran untuk pembelajaran menulis ilmiah, juga untuk mengetahui adanya peningkatan proses dan kemampuan menulis ilmiah. Tahap analisis dan refleksi dilakukan untuk mengolah data hasil observasi dan mencari kekurangan dalam pembelajaran untuk kemudian diperbaiki pada siklus selanjutnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) terdapat peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis ilmiah dengan strategi peta pikiran pada siswa kelas kelas XI IA SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen ditandai dengan: a) meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Pada siklus I mencapai 40% (12 siswa),


(6)

commit to user vi

kemudian menjadi 62% ( 18 siswa) , dan menjadi 76% (23 ssiwa) pada siklus III. b) Meningkatkan keaktifan siswa dalam membuat peta pikiran dari kerangka karya tulis ilmiah siswa. Pada siklus I siswa yang aktif membuat peta pikiran dalam pembelajaran menulis ilmiah mencapai 77% (23 siswa), meningkat menjadi 86% 25 (siswa) pada siklus II, dan meningkat lagi menjadi 90% ( 27siswa) pada siklus III. c) Kerjasama siswa dalam menulis ilmiah telah menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Pada siklus I, 14 siswa (47%) telah mampu bekerjasama. Kemudian pada siklus II terjadi peningkatan menjadi 20 siswa (69%) dan pada siklus III sudah 24 siswa (80%) yang mampu bekerja sama. 2) Terdapat peningkatan kemampuan menulis ilmiah dengan strategi peta pikiran pada siswa kelas XI IA SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen, pada siklus I ada 14 siswa yang tuntas (47%) dan pada siklus II meningkat menjadi 23 siswa yang tuntas (77%). Peningkatan yang cukup siginifikan juga terjadi pada siklus III yaitu 27 siswa tuntas (90%).


(7)

commit to user vii

MOTTO

“Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada orang tuanya. Ibunnya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua

orang tuamu. Hanya kepada Aku tempatmu kembali”

(QS. Al-Luqman:14)

Kirimlah surat-suratmu menjelang subuh, surat yang ditulis dengan tinta air mata, dengan kertas pipi, dengan perangko pengabulan, dan dengan alamat yang ditujukan pada sang pemilik Arsy (Allah). Sesudah itu, tunggulah jawaban dan balasan-Nya. (DR. Aidh Al-Qarni)

Bila kau hendak bahagia satu jam, tidurlah.

Bila kau hendak bahagia satu hari, memancinglah. Bila kau hendak bahagia satu bulan, menikahlah. Bila kau hendak bahagia satu tahun, warisilah harta.

Bila kau hendak bahagia seumur hidupmu, bantulah sesama. (Pepatah Cina)


(8)

commit to user viii

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada: 1. Bapak dan Ibuku yang sangat aku

sayangi. Terima kasih atas kasih sayangnya yang tak terbatas untukku.

2. Kakak-kakakku atas dukungan dan dorongannya yang diberikan kepadaku.

3. Keponakan-keponakanku tercinta Alfian, Fira, Nayla, Melati, Natasha, Adila, Fanno, dan Nafisa kalian adalah sumber semangatku.

4. Teman-temanku Haning, Fitri, Narti, Papah, Salma, dan Rumi


(9)

commit to user ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas kasih dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini, guna memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Banyak hambatan dan kesulitan dapat teratasi berkat bantuan dari berbagi pihak. Atas segala bentuk bantuannya, peneliti sampaikan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan FKIP UNS yang telah mengizinkan peneliti menyelesaikan skripsi;

2. Drs. Suparno, M.Pd., Ketua Jurusan PBS yang telah memberikan izin untuk penulisan skripsi ini;

3. Drs. Slamet Mulyono, M.Pd., Ketua Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan izin untuk penulisan skripsi ini;

4. Prof. Dr. H.Sarwiji Suwandi, M.Pd., selaku pembimbing I selaku yang telah memberikan arahan dan nasihat dengan sabar kepada penulis sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan lancar ;

5. Atikah Anindyarini, SS. M.Hum., selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan lancar;

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang secara tulus dan ikhlas memberikan ilmunya kepada penulis selama ini; 7. H. Sukarman, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 3 Masaran

Sragen yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin;

8. Ichwan Ibnu Effendy, M.Pd., selaku guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.


(10)

commit to user x

9. Siswa kleas XI IA SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen yang telah membantu pelaksanaan penelitian dengan sikap terbuka dan bijaksana;

10.Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca.

Surakarta, 2011


(11)

commit to user xi

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL... ii

PERSETUJUAN... iii

PENGESAHAN... iv

ABSTRAK... v

MOTTO... vii

PERSEMBAHAN... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR GRAFIK... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 8

C. Tujuan Penelitian... 8

D. Manfaat Penelitian... 9

BAB II. LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN ... 10

A. Landasan Teori... 10

1. Hakikat Menulis ... 10

a. Pengertian Menulis ... 10

b.Tahapan Menulis ... 11

2. Hakikat Menulis Ilmiah ... 12

a. Pengertian Menulis Ilmiah... 12


(12)

commit to user xii

c. Syarat Tulisan Ilmiah ... 14

d.Sistematika Penulisan Laporam Hasil Penelitian/Pengamatan ... 15

3. Hakikat Pembelajaran Menulis Ilmiah di SMA... 16

a. Pengertian Pembelajaran... 16

b.Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Pembelajaran... 19

c. Penilaian Kemampuan Menulis Ilmiah... 21

4. Hakikat Strategi Peta Pikiran (Mind Mapping)... 28

a. Pengertian Peta Pikiran... 28

b. Langkah-langkah Pembuatan Peta Pikiran... 32

B. Penelitian yang Relevan ... 33

C. Kerangka Berpikir... 35

D. Hipotesis Tindakan... 37

BAB III. METODE PENELITIAN ... 38

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 38

B. Subjek Penelitian ….…... 39

C. Bentuk dan Strategi Penelitian... 40

D. Teknik Pengumpulan Data... 41

E. Teknik Validitas Data... 43

F. Teknik Analisis Data... 43

G. Prosedur Penelitian... 44

H. Indikator Keberhasilan ... 47

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……... 49

A. Kondisi Awal ... 49

B. Deskripsi Hasil Penelitian... 52

1. Siklus Pertama... 52

a. Perencanaan Tindakan ... 52


(13)

commit to user xiii

c. Observasi dan Interpretasi... 59

d. Analisis dan Refleksi... 65

2. Siklus Kedua... 66

a. Perencanaan Tindakan... 66

b. Pelaksanaan Tindakan... 69

c. Observasi dan Interpretasi... 72

d. Analisis dan Refleksi... 76

3. Siklus Ketiga... 77

a. Perencanaan Tindakan... 77

b. Pelaksanaan Tindakan... 80

c. Observasi dan Interpretasi... 83

d. Analisis dan Refleksi... 88

C. Pembahasan... 89

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN... 95

A. Simpulan... 95

B. Implikasi... 96

C. Saran... 97

DAFTAR PUSTAKA... 99 LAMPIRAN


(14)

commit to user xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nilai Pratindakan Siswa XI IA ... 2

2. Penilaian Proses Pembelajaran ... 22

3. Penilaian Hasil Pembelajaran... 25

4. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ... 39

5. Indikator Keberhasilan Penelitian... 47

6. Rekap Nilai Menulis Ilmiah Siswa Survei Awal... 52

7. Nilai Proses pada Siklus I... 62

8. Perbandingan Nilai Pembelajaran Menulis Ilmiah pada Siklus I dengan Pratindakan... 63

9. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Ilmiah pada Siklus II... 74

10. Perbandingan Nilai Pembelajaran Menulis Ilmiah pada Siklus II dengan Pratindakan dan Siklus I... 75

11. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Ilmiah pada Siklus III... 86

12. Perbandingan Nilai Pembelajaran Menulis Ilmiah pada Siklus III dengan Pratindakan, Siklus I dan Siklus II... 87


(15)

commit to user xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Berpikir ... 36

2. Model Analisis Interaktif... 43

3. Tahap-tahap Penelitian ... 46

4. Siswa Tampak Tiduran Ketika Pembelajaran Berlangsung... 51

5. Siswa Menuliskan Pendapatnya Tentang Tulisan Ilmiah ke Depan Kelas... 56

6. Siswa Membuat Peta Pikiran Secara Kelompok... 57

7. Siswa Membuat Peta Pikiran... 58

8. Guru Memantau dan Menjawab Pertanyaan dari Siswa... 59

9. Siswa Membuat Peta Pikiran... 70

10. Siswa Saling Bertukar Peta Pikiran... 71

11. Guru Sedang Melakukan Monitoring... 71

12. Siswa Membuat Peta Pikiran... 81

13. Guru Melakukan Monitoring Pada Siswa... 82


(16)

commit to user xvi

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1. Nilai Proses Pada Siklus I... 62 2. Perbandingan Nilai Pembelajaran Menulis Ilmiah Pada Siklus I

dengan Pratindakan... 63 3. Proses Pembelajaran Menulis Ilmiah pada Siklus II... 74 4. Perbandingan Nilai Pembelajaran Menulis Ilmiah pada Siklus II

dengan Pratindakadan Siklus I... 76 5. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Ilmiah pada Siklus III... 86 6. Perbandingan Nilai Pembelajaran Menulis Ilmiah pada Siklus III

dengan Pratindakan, Siklus I dan Siklus II... 88 7. Rekapitulasi Ketercapaian Indikator Penelitian Siklus I, II, dan III... 92


(17)

commit to user xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pratindakan... 102

2. Siklus I ... 117

3. Siklus II... 146


(18)

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran menulis sebagai salah satu pembelajaran dalam keterampilan berbahasa bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan unsur-unsur maupun kaidah-kaidah kebahasaan secara baik dan benar dalam bentuk tulisan. Hal ini diperlukan agar para siswa mampu mengungkapkan atau menginformasikan ide, gagasan, pendapat, ataupun perasaan mereka kepada orang lain, sehingga apa yang mereka maksudkan dapat dengan mudah dipahami. Untuk itu diperlukan pengetahuan mengenai unsur dan kaidah kebahasaan agar tulisan yang dihasilkan sesuai dengan unsur dan kaidah yang berlaku dan mudah dipahami dengan baik oleh orang yang membacanya.

Akan tetapi, sampai saat ini kemampuan menulis pelajar terutama siswa sekolah menengah atas (SMA) masih rendah. Bukan rahasia lagi jika menulis merupakan pekerjaan berat dan menuntut keterampilan yang tinggi. Kegiatan menulis merupakan kegiatan yang dianggap tidak menyenangkan oleh kebanyakan pelajar. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Waluyo (2006:6) bahwa di antara keempat keterampilan berbahasa menulis paling suram dan paling sulit dikuasai oleh para siswa, dunia tulis-menulis di Indonesia miskin pengarang produktif yang menghasilkan karya-karya yang bemutu dan bermanfaat bagi masyarakat.

Oleh karena itu, harus diakui bahwa pembelajaran menulis terutama di SMA sangat memprihatinkan. Hal terlihat jelas baik dari kualitas ataupun kuantitas pelajaran menulis di sekolah-sekolah tersebut. Selama ini menulis hanya diajarkan sebagai pelajaran yang berorientasi pada nilai. Pembelajaran menulis sebagai proses akhirnya tersisihkan. Pembelajaran bahasa Indonesia masih sering hanya diberikan hanya bersifat teoretis, tanpa melibatkan keaktifan siswa secara langsung. Kondisi ini


(19)

commit to user

2

berakibat pula pada keterampilan menulis sebagai suatu beban berat. Hal yang demikian ini terjadi baik pada kemampuan menulis ilmiah maupun nonilmiah.

Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan yang paling sulit untuk dikuasai. Menurut Nurgiyantoro (2001:296) keterampilan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa sekalipun. Baik pada tulisan ilmiah maupun nonilmiah. Kesulitan tersebut disebabkan keterampilan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar kebahasaan yang akan menjadi isi karangan.

Permasalahan dalam kemampuan menulis juga terjadi pada siswa kelas XI IA SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen. Permasalahan kemampuan menulis terutama terjadi pada jenis menulis ilmiah. Berdasarkan data yang diperoleh dari guru mata pelajaran bahasa Indonesia, diketahui bahwa kemampuan menulis ilmiahsebagian besar siswa rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel 1 berikut ini :

No Uraian pencapaian hasil Jumlah

1. Siswa yang memperoleh nilai kurang dari 65 22 siswa 2. Siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau

sama dengan 65

8 siswa

Melalui data di atas ditunjukkan bahwa hanya sekitar 26% (8siswa) yang mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 65 (batas ketuntasan), namun sebagian besar siswa mendapatakan nilai dibawah 65 atau sekitar 74%(22 siswa). Berdasarkan data yang diperoleh tersebut bisa dinyatakan bahwa kemampuan siswa kelas tersebut dalam menulis masih perlu untuk ditingkatkan.

Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis ilmiah ini menjadi petunjuk adanya kelemahan sekaligus kesulitan belajar yang dialami oleh para siswa. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan yang serius dalam menulis ilmiah. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti didapatkan bahwa pada umumnya karya tulis ilmiah siswaorganisasinya meloncat-loncat sehingga


(20)

commit to user

menampakkan penalaran berbahasa yang kurang logis, isi gagasan kurang faktual, pengorganisasian isi yang tidak sistematis, dan banyak terdapat kesalahan bahasa yang meliputi ejaan, diksi, maupun dalam pembuatan kalimat yang efektif.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, permasalahan tentang keterampilan menulis ilmiah timbul karena (1) siswa sering mengalami kesulitan memunculkan dan mengungkapkan ide untuk tulisan mereka dan tidak tahu harus menulis apa, (2) jika sudah mendapatkan ide maka sering macet ditengah-tengah, (3) siswa sering mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data-data untuk mendukung karangan ilmiah mereka, dan (4) guru belum menggunakan strategi pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan materi pelajaran tersebut.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas, guru dalam mengajar menulis ilmiah juga masih menggunakan strategi yang konvensional. Selama ini guru dalam mengajar menulis ilmiah hanya dengan menjelaskan materi dari buku LKS, siswa tidak mendapatkan buku pegangan atau buku paket, hal ini dikarenakan buku paket yang diberi dari dinas pendidikan tidak mencukupi untuk dibagikan. Setelah selesai menjelaskan siswa diberi penugasan untuk menulis ilmiah. Setelah selesai maka hasil tulisan siswa dikumpulkan. Guru selama ini tidak mempergunakan strategi yang menyenangkan dan melibatkan siswa secara langsung selama pembelajaran menulis ilmiah.

Fakta-fakta di atas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran kemampuan menulis ilmiah masih kurang optimal. Oleh karena itu, diperlukan perbaikan yang dapat mendorong seluruh siswa untuk aktif dan mampu menulis ilmiah dengan baik dan benar. Pembelajaran akan lebih optimal jika pendekatan atau strategi yang digunakan tepat.Untuk mengoptimalisasi hasil belajar, terutama keterampilan menulis ilmiah diperlukan strategi yang tepat. Hal ini bertujuan agar dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas siswa dalam belajar menulis ilmiah. Pelaksanaan pembelajaran menulis ilmiah akan berlangsung dengan efektif dan optimal apabila guru mampu memilah dan memilih materi, pendekatan, metode,


(21)

commit to user

4

strategi, serta eveluasi yang tepat. Hal ini sejalan dengan pendapat Sagala (2007:69) bahwa terdapat kerelevansian antara metode ataupun strategi mengajar yang dipergunakan oleh guru dengan prinsip-prinsip belajar yang akan meningkatkan gairah, minat, serta motivasi anak didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan pernyataan di atas jelaslah bahwa dalam pembelajaran menulis terutama ilmiah seorang pendidik harus menggunakan strategi yang tepat.

Satu diantara banyak strategi yang dianggap tepat adalah peta pikiran (mind mapping). Dipilihnya strategi peta pikiran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menulis ilmiah karena berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan oleh peneliti, siswa kelas XI IA SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen kesulitan dalam menuangkan ide dan ide para siswa sering macet di tengah-tengah, serta siswa kesulitan mengumpulkan data untuk mendukung karya ilmiah siswa sehingga untuk penggunaan strategi peta pikiran sangat tepat karena siswa akan tetap dapat mengembangkan berbagai ide tetapi masih dalam konteks yang berhubungan dengan karya tulis ilmiah siswa.

Silberman menjelaskan bahwa peta pikiran merupakan cara kreatif bagi peserta didik secara individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran, atau merencanakan sebuah penelitian baru. Melalui sebuah peta pikiran siswa akan menemukan kemudahan untuk mengidentifikasi secara jelas, kreatif, dan inovatif tentang apa yang telah mereka pelajari dan apa yang akan mereka rencanakan (2007:188).

Peta pikiran (mind mapping) banyak melibatkan siswa untuk beraktivitas dalam pembelajaran dan akan menciptakan suasana yang menggembirakan sehingga siswa senang dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Melalui hal ini digarapkan kesan yang didapatkan siswa tentang materi yang sedang dipelajari akan lebih kuat, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa.


(22)

commit to user

Melalui pembelajaran dengan peta pikiran, siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir secara kritis dan holistik. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Mueller, Johnston, dan Bligh (2002:24) yang berjudul Joining mind mapping and care planning to enhance student critical thinking and achieve holistic nursing care . Mereka menjelaskansebagai berikut:

“ By marrying mind mapping with care planning, we have encouraged the use of critical, whole-brained, holistic thinking when applying the nursing process and using nursing diagnoses. Standardized language is still used, but the thinking that occurs has become more important than the language. Whole-brain thinking leads to the development of higher-level critical thinking skills. In order to map out the interconnectedness of all components

of care, students must first make those connections in their minds”.

Melalui penggabungan peta pikiran dengan perencanaan perawatan, hal tersebut telah mendorong mahasiswa berpikir secara kritis, mereka dapat berpikir secara holistik ketika menerapkan proses keperawatan dan menggunakan diagnosa keperawatan melalui peta pikiran. Standar bahasa masih digunakan, tetapi hasil pikiran dari peta pikiran yang merupakan hasil diagnosa pasien, lebih penting daripada bahasa.Dalam rangka memetakan keterkaitan dari semua komponen perawatan, mahasiswa keperawatan di Philadelphia Amerika Serikat,harus terlebih dahulu membuat koneksi atau hubungan dalam pikiran mahasiswa tersebut.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa setelah strategi peta pikiran diterapkan dalam cara mendiagnosa pasien pada siswa keperawatan di Philadelphia Amerika Serikat, ada reaksi positif dari siswa yang ditunjukkan dengan motivasi dan minat belajar siswa yang meningkat secara drastis. Strategi peta pikiran (mind mapping) memungkinkan siswa mengeksplorasi seluruh kemampuan otak untuk keperluan berpikir dan belajar. Strategi ini membantu siswa untuk menghilangkan rasa jenuh pada saat berpikir dan belajar, karena melibatkan keseimbangan kerja otak kiri dan otak kanan melalui peta pikiran di otak yang diwujudkan dalam bentuk coretan gambar garis dan kata kunci. Melalui penggunaan strategi peta pikian didapatkan fakta bahwa siswa lebih mudah mengembangkan setiap ide yang


(23)

commit to user

6

dimiliknya. Upaya tersebut dapat memberikan pengalaman kepada siswa untuk menulis ilmiah lebih kreatif dan menyenangkan. Melalui hal ini diharapkan organisasi tulisan siswa dapat menjadi runtut dan logis serta siswa lebih mudah mengumpulkan data faktual untuk mendukung karya ilmiahmereka.

Khuraesin (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Peta pikiran dan Kemampuan Penalaran Berbahasa Dengan Kemampuan Menulis Argumentasi

Pada Siswa Kelas XI IPA 2 SMA 2 Bandung” menyebutkan hasil eksperimen proses pembelajaran dengan menggunakan strategi peta pikiran dapat mengaktifkan siswa di kelas untuk mengikuti pembelajaran menulis argumentasi. Kerjasama yang baik dapat terjalin melalui kebersamaan dalam mengembangkan kreatifitas, percaya diri dan keberanian yang selama ini sulit ditumbuhkan ketika pembelajaran menulis argumentasi dapat teratasi dengan adanya strategi peta pikiran.

Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis ilmiah dengan strategi peta pikiran tersebut, yang harus dipersiapkan adalah kertas kosong dan spidol beraneka warna. Pertama siswa menulis tema di tengah kertas. Tema kemudian dijabarkan dalam bentuk ranting-ranting berupa ide-ide yang muncul yang nantinya dapat berkembang menjadi gagasan utama paragraf, rancangan bahasa, serta kaidah penulisan untuk memperjelas, mempertegas, dan menarik perhatian pembaca. Unsur tersebut adalah kata kunci yang ditulis di atas ranting-ranting tersebut yang dilengkapi dengan gambar berwarna yang dipetakan sehingga dapat menyeimbangkan belahan otak kanan dan belahan otak kiri, dengan demikian strategi ini memberikan kebebasan siswa dalam mengembangkan kreativitasnya dalam menulis ilmiah sehingga dapat meningkatkan minat dan kemamapuan siswa dalam menulis ilmiah.

Selain itu, penggunaan strategi peta pikiran dalam pembelajaran juga dapat merangsang siswa untuk berpikir secara kritis dan komprehensif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wang, Chieh dan Chuyang berjudul A Brief


(24)

commit to user

Review on Developing Creative Thinking in Young Children byMind Mapping”. Mereka mengungkapkan sebagai berikut:

“From the reseach, it is known that mind mapping increases creativity of young children and allows cognition of children can be easily understood. With abundant colors, images, keywords or short sentences, such map integrates functions of right brain and left brain and facilitates thinking, memorizing, analyzing and triggering inspiration and allowing young children to learn via picture.This allows one to find that picture is helpful for young children on learning and interaction….” (Wang, Chieh dan Chu, 2010:7)

Penelitian ini membuktikan bahwa peta pikiran dapat meningkatkan kreatifitas anak-anak dan memungkinkan kognisi anak-anak dapat dengan mudah dipahami. Melalui penggunaan warna yang berlimpah, gambar, dan kalimat pendek, peta pikiran seperti mengintegrasikan fungsi otak kanan dan otak kiri dan memfasilitasi berpikir, menghafal, menganalisa dan memunculkan inspirasi dan membiarkan anak-anak muda untuk belajar melalui gambar. Sehingga anak-anak muda dapat belajar dan berpikir secara komprehensif. Hal tersebut karena dalam belajar gambar yang sangat siswa menggunakan banyak gambar yang membantu para siswa untuk belajar dan berinteraksi dengan temannya.

Hal ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukma (2007:4) yang berjudul Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Dengan Peta Pikiran Pada Siswa Kelas V SDN Sumbersari III Malangbahwa peta pikiran efektif meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menulis puisi. Dari hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan strategi pemetaan pikiran telah mampu meningkatkan kemampuan siswa menulis puisi di SDN Sumbersari III Malang, dengan hasil berikut.(a) pada tahap pemunculan gagasan, siswa telah mampu memunculkan gagasan yang akan dijadikan sebagai gagasan pokok, (b) pada tahap pengembangan gagasan, siswa telah mampu mengembangkan gagasan secara logis, (c) pada tahap penulisan,siswa telah mampu menulis judul,menyusun kata,


(25)

commit to user

8

mengembangkan kata menjadi kalimat, menata kalimat menjadi puisi dengan memperhatikan kesesuaian isi dengan judul, diksi, imajinasi, serta merevisi puisi.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti terdorong untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas sebagai usaha perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran keterampilan menulis ilmiah dengan judul”Peningkatan Kemampuan Menulis Ilmiah dengan Strategi Peta Pikiran (Mind Mapping) pada Siswa Kelas XI IA SMA

Muhammadiyah 3 Masaran Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. apakah penerapan strategi peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis ilmiah siswa kelas XI IA SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen?

2. apakah penerapan strategi peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan kemampuan menulis ilmiah siswa kelas XI IA SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan :

1. kualitas proses pembelajaran menulis ilmiah siswa kelas XI IA SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen dengan strategi peta pikiran (mind mapping).

2. kemampuan menulis ilmiah siswa kelas XI IA SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen dengan strategi peta pikiran (mind mapping).


(26)

commit to user D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk memperkaya khasanah pengetahuan bahasa dan memperluas wawasan tentang pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah menengah atas, terutama pembelajaran menulis ilmiah dengan menerapkan strategi peta pikiran (mind mapping)

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

1. Siswa termotivasi dalam pembelajaran menulis ilmiah

2. Dengan diterapkan peta pikiran (mind mapping), siswa SMA dilatih belajar dengan menggunakan kedua belahan otaknya yaitu kiri dan kanan 3. Penerapan strategi peta pikiran (mind mapping)memungkinkan dapat

meningkatkan kemampuan menulis siswa terutama pada kemampuan menulis ilmiah

b. Bagi Guru

Memberikan satu alternatif pemecahan masalah dengan menerapkan strategi yang tepat dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran menulis ilmiah. Hasil penelitian ini dapat menjadi pendorong bagi guru Bahasa dan Sastra Indonesia untuk melaksanakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan

c. Bagi Sekolah

1. Sebagai inovasi pembelajaran yang dilaksanakan guru.

2. Menambah pengalaman pada guru lain untuk menerapkan proses pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dengan strategi peta pikiran (mind mapping).


(27)

commit to user 10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Menulis a. Pengertian Menulis

Menurut Akhadiah, dkk. (1996:9) menulis adalah salah satu bentuk keterampilan berbahasa yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Dengan menulis seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud dan tujuannya. Hasil dari kegiatan menulis adalah karangan atau tulisan. Pada hakikatnya dalam menulis diperlukan suatu pengetahuan yang khusus. Diungkapkan oleh Enre bahwa menulis adalah proses berpikir yang diperlukan suatu pengetahuan khusus, yaitu cara berpikir tentang cara penulisan yang benar (1988:6).

Tarigan menjelaskan bahwa menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunukasi secara tidak langsung, dan tidak secara tatap muka dengan orang lain. Selain itu menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan efektif (2008:3)

Banyak persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang penulis agar dapat menghasilkan sebuah tulisan yang baik, adapun tulisan yang baik memiliki beberapa ciri yaitu bermakna, jelas atau lugas yang merupakan kesatuan bulat, singkat dan padat. Memenuhi kaidah kebahasan, dan tulisan tersebut juga harus bersifat komunikatif (dalam Ahkadiah, dkk. 1996:2).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa menulis adalah menulis adalah salah satu bentuk keterampilan berbahasa yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Melalui menulis seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud dan tujuannya. Hasil


(28)

commit to user

dari kegiatan menulis adalah karangan atau tulisan. Dalam menulis diperlukan suatu pengetahuan khusus yaitu cara berpikir tentang cara penulisan yang baik dan benar, menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunukasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain selain itu menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan efektif.

b. Tahapan Menulis

Dalam menulis sebenarnya penulis dilatih untuk berpikir secara teratur, tertib, dan masuk akal. Ada beberapa langkah agar tulisan yang dihasilkan dapat teratur, tertib dan logis. Menurut Ahkadiah,dkk. (1996:3-5) membagi langkah menulis menjadi tiga tahap yaitu:

1) Tahap prapenulisan

Tahap ini adalah tahap perencanaan atau persiapan menulis dan mencakup beberapa langkah kegiatan. Tahap pertama adalah menentukan topik, yang kedua adalah membatasi topik, menentukan bahan, langkah selanjutnya adalah membuat kerangka. Kerangka tersebut harus logis, sistematik, dan konsisten.

2) Tahap penulisan

Pada tahap ini hal yang dilakukan adalah membahas setiap butir topik yang ada di dalam kerangka yang telah disusun. Selanjutnya kerangka tersebut dikembangkan menjadi kalimat-kalimat yang efektif. Dikembangkan menjadi paragaf-paragraf. Tulisan tersebut harus ditulis dengan bahasa yang baik dan benar, disamping itu tulisan tersebut harus mematuhi kaidah ejaan yang berlaku. 3) Tahap revisi

Jika tulisan buram telah selesai, maka tulisan tersebut perlu diperbaiki. Pada tahap ini biasanya penulis meneliti secara menyeluruh mengenal hal-hal apa saja yang telah kita tulis.


(29)

commit to user

12

2. Hakikat Menulis Ilmiah a. Pengertian Menulis Ilmiah

Kegiatan menulis bisa dituangkan ke dalam bentuk ilmiah dan nonilmiah. Jika sebuah tulisan dikaitkan dengan sesuatu hal yang ilmiah maka hasil dari organisasi ide ke dalam tulisan tersebut disebut dengan tulisan ilmiah (dalam Wardani, dkk. 2008:12).

Amir (2007:106) mengemukakan bahwa tulisan ilmiah adalah tulisan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta umum dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Kata-kata yang digunakan kata-kata teknis, ditujukan kepada masyarakat yang mempunyai pengetahuan teknis tertentu pula.

Senada dengan pendapat di atas Kosasih berpendapat bahwa tulisan ilmiah ialah karangan yang menyajikan permasalahan atau pengetahuan keilmuan yang ditulis menurut tata cara penulisan tertentu. Tulisan ilmiah ini tidak bersifat subjektif, serta emosional, dan prasangka-prasangka tertentu yang belum jelas kebenarannya (2010:9).

Pendapat lain dikemukakan oleh Keraf yang menjelaskan bahwa tulisan ilmiah adalah tulisan yang bersasaran pada rasio, yaitu agar para pembaca memperoleh pengalaman intelektual atau pengetahuan dengan menyodorkan fakta-fakta yang terjadi di sekitar (1995:18). Senada dengan pendapat di atas, Hasnun (2004:24) mengemukakan bahwa hasil dari tulisan ilmiah adalah karangan yang mengetengahkan pikiran, hasil pengamatan, tinjauan dalam bidang tertentu, yang disusun menurut metode tertentu secara sistematis, karya tulis jenis ini dapat dikatakan juga sebagai tulisan yang membahas masalah tertentu berdasarkan pengamatan, secara sistematis dan terarah.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis ilmiah adalah suatu kegiatan mengungkapkan ide atau gagasan yang didasari dari hasil pengamatan, penelitian, peninjauan maupun fakta-fakta yang ada di sekitar dan ditulis berdasarkan sistematika dan metodologi yang baik dan benar yang bertujuan untuk


(30)

commit to user

menambah pengetahuan dan pengalaman kepada masyarakat pembaca yang mengetahui teknis tertentu. Tulisan ilmiah ini tidak bersifat subjektif, serta emosional, dan prasangka-prasangka tertentu yang belum jelas kebenarannya

b. Jenis Tulisan Ilmiah

John (dalam Amir, 2007:41) membagi karya ilmiah menjadi dua macam yaitu :

1) Karya ilmiah yang ditujukan kepada masyarakat tertentu (profesional) yang bersifat ilmiah tinggi, disebut juga dengan karya ilmiah penelitian

2) Karya ilmiah yang ditujukan kepada masyarakat umum, disebut juga dengan karya ilmiah populer.

Lebih lanjut Jauhari (2009:125) membagi karya ilmiah penelitian menjadi beberapa macam yaitu:

1) Skripsi adalah karya ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa strata satu sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana

2) Tesis adalah karya ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa strata dua sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar magister

3) Laporan penelitian

4) Disertasi karya ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa strata tiga sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar doktor.

Kuncoro (2009:51-54) membagi karya ilmiah populer menjadi beberapa macam yaitu:

1) Artikel adalah tulisan lepas yang berisi pendapat yang mengupas secara tuntas suatu permasalahan tertentu yangbersifat faktual atau kontroversial dengan tujuan memberikan informasi, memengaruhi, meyakinkan atau juga menghibur pembaca.


(31)

commit to user

14

2) Makalah adalah karya ilmiah yang bersifat resmi tentang suatu pokok yang dimaksudkan untuk dibacakan di muka umum dalam suatu persidangan yang sering disusun untuk diterbitkan.

3) Resensi buku adalah tulisan atau ulasan mengenai sebuah karya atau buku, tujuan resensi adalah menyampaikan kepada pembaca apakah buku atau karya itu patut mendapatkan sambutan dari masyarakat atau tidak

4) Paper pengertiannya hampir sama dengan makalah, hal yang membedakannya adalah unsur dan tujuannya

5) Tajuk rencana yaitu artikel utama dalam surat kabar yang berisi pandangan atau pendapat redaksi terhadap isu yang sedang berkembang dalam masyarakat

c. Syarat Tulisan Ilmiah

Ada hal-hal pokok yang harus diperhatikan dalam kegiatan menulis ilmiah. Hal ini perlu agar tulisan yang dihasilkan bisa dengan mudah dipahami dan benar-benar bisa memberikan manfaat berupa menyampaikan suatu informasi kepada pembaca. Kosasih (2010:24-25) mengemukakan syarat-syarat tulisan ilmiah sebagai berikut :

1) Lugas dan tidak emosional

Karya ilmiah hanya memiliki satu arti, tidak bermakna kias, sehingga pembaca tidak membuat tafsiran sendiri. Karena itu, perlu ada batasan operasional pengertian suatu istilah, konsep, atau variabel.

2) Logis

Maksudnya kalimat, alinea, subbab, subsubbab, disusun berdasarkan urutan yang konsisten

3) Efektif

Baik alinea atau subab harus menunjukkan adanya satu kebulatan pikiran, ada penekanan, dan ada pengembangan.


(32)

commit to user 4) Efisien

Tulisan ilmiah hanya menggunakan kata atau kalimat yang penting dan mudah untuk dipahamioleh pembaca

5) Ditulis dengan format yang baku

Penulisan sebuah karya ilmiah harus sesuai dengan tata bahasa Indonesia yangbaku. Jadi, tidak diperkenankan menggunakan bahasa yang tidak formal atau tidak baku.

d. Sistematika Penulisan Laporan Hasil Penelitian/Pengamatan Bentuk tulisan ilmiah penelitin ada berbagai macam jenis, misalnya berbentuk makalah, esai, artikel, skripsi, tesis, resensi, maupun laporan hasil penelitian atau pengamatan. Dalam menulis karya ilmiah ada aturan atau sistematika tulisan ilmiah. Berkaitan dengan ini Syaukah, dkk. (2007: 7-8) menjelaskan sistematika penyajian tulisan ilmiah berbentuk laporan hasil penelitian atau pengamatan sebagai berikut :

1) Bagian Awal, berisi : a) Halaman sampul b) Halaman pengesahan c) Abstrak

d) Kata pengantar e) Daftar isi

f) Daftar tabel (jika ada) g) Daftar gambar (jika ada) h) Daftar lampiran(jika ada) 2) Bagian inti, berisi:

Bab I Pendahuluan, berisi tentang : a) Latar belakang masalah b) Perumusan masalah


(33)

commit to user

16

c) Tujuan dan

d) Manfaat penelitian

Bab II Landasan Teori, berisi tentang : a) Tinjauan pustaka

b) Hipotesis

Bab III Metode Penelitian, berisi :

a) Metode penentuan objek dan subjek penelitian b) Metode pengumpulan data

c) Analisis data Bab IV Hasil Penelitian

a) Deskripsi data b) Pengujian hipotesis Bab V Penutup

a) Kesimpulan b) Saran 3) Bagian Akhir

a) Daftar Pustaka b) Lampiran

3. Hakikat Pembelajaran Menulis Ilmiah di SMA a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling memengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 2009: 24). Lebih lanjut Hamalik mengungkapkan bahwa material meliputi buku-buku, papan tulis, kapur, fotografi, slide dan film, audio, dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, dan komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian, dan sebagainya.


(34)

commit to user

Ada lima pengertian pengajaran dan pembelajaran menurut Hamalik (2001: 25), yaitu:

1) Pengajaran ialah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik/ siswa di sekolah.

2) Pengajaran adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah.

3) Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik.

4) Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik.

5) Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa mengahadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.

Suprijono (2009: 11) menjelaskan tentang perbedaan antara pengajaran dan pembelajaran. Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning dan pengajaran terjemahan dari teaching. Lebih lanjut, Suprijono mengungkapkan bahwa pengajaran adalah proses perbuatan, cara mengajarkan. Perbuatan atau cara mengajarkan diterjemahkan sebagai kegiatan guru mengajari peserta didik, guru menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik dan peserta didiksebagai pihak penerima. Pengajaran seperti ini merupakan proses instruktif. Guru bertindak sebagai

„panglima‟, guru dianggap paling dominan, dan guru dipandang sebagai orang yang

paling mengetahui.

Lebih lanjut, Suprijono (2009: 13) menjelaskan tentang pembelajaran yang berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Perbedaan esensial istilah ini dengan pengajaran adalah pada tindak ajar. Pada pengajaran guru mengajar, peserta didik belajar, sedangkan pada pembelajaran, guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah guru yang menyediakan fasilitas belajar bagi anak didiknya untuk mempelajarinya. jadi subjek pembelajaran adalah peserta didik. Pembelajaran


(35)

commit to user

18

adalah dialog interaktif. Pembelajaran merupakan proses organik dan konstruktif, bukan mekanis seperti halnya pengajaran.

Gino, dkk. (1996: 32-39) memberikan batasan pembelajaran atau instruction sebagai usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku sesuai dengan keadaan dan kemampuan siswa. Dengan demikian, ada tiga ciri utama pembelajaran, yaitu: (1) ada aktivitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri pembelajar baik langsung maupun tidak langsung, (2) perubahan itu berupa diperolehnya kemampuan baru dan berlaku untuk waktu yang lama, dan (3) perubahan itu terjadi karena suatu usaha yang dilakukan secara sadar.

Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen. Menurut Gino, dkk. (1996: 30) komponen tersebut antara lain sebagai berikut:

1) Guru

Guru merupakan seseorang yang bertindak sebgai pengelola kegiatan belajar mengajar yang mempunyai tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. 2) Siswa

Siswa adalah orang yang berperan sebagai pencari, penerima, dan pelaksana pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

3) Tujuan

Tujuan adalah perubahan yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan kognitif, psikomotor, dan afektif.

4) Isi pelajaran

Isi pelajaran atau materi pelajaran adalah segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran.


(36)

commit to user 5) Metode

Metode merupakan suatu strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang meliputi seluruh kegiatan penyajian bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

6) Media

Media merupakan bahan pengajaran yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa.

7) Evaluasi

Evaluasi merupakan cara yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar mengajar dan sekaligus memberikan balikan bagi setiap komponen tersebut.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses atau usaha untuk menjadikan siswa belajar dengan memberikan stimulasi kepada siswa agar menimbulkan respons yang tepat untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tindakan ke arah yang positif dan menuju ke pendewasaan seseorang.

b. Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Pembelajaran

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi berhasil tidaknya pembelajaran. Menurut Gino, dkk. (1996: 36-39) faktor yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran antara lain:

1) Motivasi belajar

Motivasi diartikan sebagai suatu dorongan yang timbul pada diri seorang secara sadar atau tidak untuk melakukan suatu tindakan untuk mencapai tujuan tertentu.


(37)

commit to user

20

2) Bahan belajar

Bahan belajar merupakan isi dalam pembelajaran. Bahan atau materi yang digunakan dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai oleh siswa dan harus disesuaikan dengan karakteristik siswa agar dapat dimintai olehnya.

3) Alat bantu belajar

Alat bantu belajar adalah semua alat yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud menyampaikan pesan pembelajaran dari sumber belajar (guru) kepada penerima (siswa). Alat bantu belajar merupakan alat yang dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan belajar, misalnya buku, komputer, tape recorder, dan lain-lain.

4) Suasana belajar

Suasana belajar merupakan situasi dan kondisi yang ada dalam lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung. Suasana yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran yang baik antara lain yaitu: susana kekeluargaan, suasana sekolah yang nyaman, suasana kelas diatur fleksibel, jumlah siswa tidak terlalu banyak, dan siswa belajar secara bervariasi.

5) Kondisi siswa

Kondisi siswa merupakan keadaan siswa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Kondisi yang dimaksud bukan hanya keadaan fisik, melainkan juga keadaan psikis siswa

6) Kemampuan guru

Kemampuan guru maksudnya adalah kemampuan guru dalam menyampaikan materi, mengelola kelas, serta mangatasi berbagai masalah yang mungkin terjadi selama proses belajar mengajar. Kriteria yang menunjukkan kemampuan guru adalah sebagai berikut:

a) Guru menyampaikan materi dengan tepat dan tidak membosankan, namun tidak terkesan menggurui.


(38)

commit to user

b) Guru harus bisa memilih metode dan cara mengajar yang tepat agar dapat menarik perhatian siswa untuk mengikuti pelajaran.

c) Guru harus mampu mengelola kelas dengan baik, misalnya dengan memberikan perhatian yang merata kepada seluruh siswa yang ada di kelas tersebut, baik yang ada di depan maupun di belakang.

d) Guru harus mampu memotivasi siswa agar mau aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

c. Penilaian Kemampuan Menulis Ilmiah

Hamalik (2001: 157) mengungkapkan bahwa penilaian adalah suatu upaya untuk memeriksa sejauh mana siswa telah mengalami kemajuan belajar atau telah mencapai tujuan belajar dan pembelajaran. Hal ini selaras dengan pendapat Suwandi (2010:7) bahwa penilaian merupakan suatu proses untuk mengetahui keberhasilan (proses dan hasil) dari suatu pogram kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria. Teknik penilaian yang tepat memerlukan data yang berkaitan dengan objek penelitian yang dilakukan.

Senada dengan pendapat di atas Sudjana menjelaskan bahwa penilaian adalah proses memberikan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu pula. Proses penilaian tersebut berlangsung dalam bentuk interpretasi dan diakhiri dengan judgment atau penghakiman (2008:3).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian merupakan proses memberi atau menentukan nilai kepada objek tertentu, sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran. Proses penilaian tersebut berlangsung dalam bentuk interpretasi dan diakhiri dengan judgment atau penghakiman.

1). Penilaian Proses Pembelajaran

Penilaian proses dapat dilihat dari sikap siswa ketika mengikuti kegiatanpembelajaran. Sikap bermula dari perasaan suka atau tidak suka yang


(39)

commit to user

22

terkaitdengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu atau obyek. Sikap juga merupakan ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki seseorang. Sikap dapat dibentuk sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan.

Penilaian proses pembelajaran adalah upaya seorang guru memberikan nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan siswa dengan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Sudjana (2008: 56) mengungkapkan bahwa apa yang dicapai oleh siswa merupakan akibat dari proses yang ditempuhnya melalui program dan kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam proses mengajar. Ini berarti bahwa hasil (prestasi) belajar siswa tidak terlepas dari proses belajar yang dialaminya.

Lebih lanjut Suwandi (2010: 80-81) mengungkapkan bahwa secara umum obyek/sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran meliputi beberapa hal, yakni sikap terhadap materi pelajaran (motivasi mengikuti pelajaran, keseriusan, semangat); sikap terhadap guru/pengajar (interaksi, respon); dan sikap terhadap proses pembelajaran (perhatian, kerjasama, konsentrasi, dsb.) Berdasarkan hal tersebut maka pedoman penilaian proses yang digunakan dalam pembelajaran menulis ilmiah adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Penilaian Proses Pembelajaran

No Nama

Siswa

Keaktifan selama pembelajaran

Keaktifan membuat peta

pikiran dari

kerangka

karya tulis

ilmiah

Kerja sama dalam

kelompok


(40)

commit to user (Diadaptasi dariSudjana, 2008:61)

a) Kolom penilaian sikap diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria beriku:

1 = sangat kurang 4 = baik

2 = kurang 5 = amat baik

3 = cukup

b).Menghitung nilai

Nilai = Skor perolehan siswa x 100 = .... Skor maksimal (15)

Keterangan diisi dengan kriteria berikut.

(1).Nilai = 10 – 29 sangat kurang (4). Nilai = 70 – 89 baik

(2). Nilai = 30 – 49 kurang (5). Nilai = 90 – 100 sangat baik (3). Nilai = 50 – 69 cukup(dalam Suwandi, 2010:130)

a). Keaktifan selama pembelajaran

Skor 5 :Jika siswa sepenuhnya atau sangat aktif selama pembelajaran (merespon setiap stimulus yang diberikan guru saat pembelajaran dengan baik).

Skor 4 :Jika siswa aktif selama pembelajaran (cukup merespon stimulus yang diberikan guru saat pembelajaran)

Skor 3 : Jika siswa cukup aktif pada saat pembelajaran (sesekali merespon stimulus yang diberikan guru)

Skor 2 :Jika siswa kurang aktif pada saat pembelajaran(sama sekali tidak mau merespon stimulus yang diberikan guru saat pembelajaran).

Skor 1 :Jika siswa sama sekali tidak aktif (acuh dan tidak mau merespon stimulus saat pembelajaran).

b). Keaktifan membuat peta pikiran dari kerangka karya tulis ilmiah

Skor 5 :Jika siswa tampak bersungguh-sungguh dan menunjukkan adanya kesenangan dalam membuat peta pikiran dari kerangka karya tulis ilmiahnya;


(41)

commit to user

24

tampak antusias, senang serta bersemangat dalam mengerjakan (tidak bosan, tidak mengantuk)

Skor 4 : Jika siswa memmbuat peta pikiran dari kerangka karya tulis ilmiahnya, tampak bersemangat dan antusias dalam mengerjakan (tidak bosan, tidak mengantuk).

Skor 3 : Jika siswa membuat peta pikiran dari kerangka karya tulis ilmiahnya namun kurang bersemangat dan antusias dalam mengerjakan (kurang serius). Skor 2 : Jika siswa hanya sekedar membuat peta pikiran dari kerangka karya tulis ilmiahnya dan terlihat tidak bersemangat dalam mengerjakan (malas-malasan, meletakkan kepala di meja).

Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak mau membuat peta pikiran dari kerangka karya tulis ilmiahnya dan sama sekali tidak bersemangat (tampak bosan, tertidur).

c). Kerja sama dalam kelompok

Skor 5 : Jika siswa sepenuhnya aktif dalam kelompok seperti aktif bertanya, menjawab, bekerja secara kelompok, mengkonstruksi, menemukan, merefleksi, dan mengerjakan tugas.

Skor 4 : Jika siswa aktif dalam kelompok dan sesekali mau bertanya, menjawab, serta bekerja secara kelompok, mengkonstruksi, menemukan, merefleksi, dan mengerjakan tugas.

Skor 3 : Jika siswa hanya bekerja dalam kelompok dan sama sekali tidak mau bertanya, menjawab, mengkonstruksi, menemukan merefleksi, dan mengerjakan tugas.

Skor 2 : Jika siswa kurang aktif dalam bekerja sama dalam kelompok dan sama sekali tidak mau bertanya, menjawab, mengkonstruksi, menemukan, merefleksi, dan mengerjakan tugas.

Skor 1 : Jika siswa sama sekali mau bekerja sama dalam kelompok (sibuk beraktivitas sendiri seperti berbicara atau membuat gaduh).


(42)

commit to user 2) . Penilaian Hasil Pembelajaran

Sudjana (2008: 3) mengungkapkan bahwa penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa obyek yang dinilai adalah hasil belajar siswa yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Harfieild (dalam Nurgiyantoro, 2001:307) menjelaskan salah satu model yang rinci dalam melakukan penyekoran, yaitu dengan mempergunakan model skala interval untuk tiap tingkat tertantu pada tiap aspek yang dinilai. Model penilaian ini lebih rinci dan teliti dalam memberikan skor, dan dapat dipertanggungjawabkan. Model tersebut adalah penilaian yang banyak digunakan pada progran ESL (English as a Second Language) yaitu sebagai berikut :

Tabel 3. Penilaian Hasil Pembelajaran

No Aspek Skor Kriteria

1. ISI 27-30 Sangat baik-sempurna : padat informasi, subtantif, pengembangan tesis tuntas, relevan dengan permasalahan dan tuntas.

22-26 Cukup – baik : informasi cukup, substantif cukup, pengembangan tesis cukup, relevan dengan permasalahan dan cukup lengkap. 17-21 Sedang – cukup : informasi terbatas, substantif

kurang, pengembangan tesis terbatas, cukup relevan dengan permasalahan tetapi kurang lengkap.

13-16 Sangat kurang : tidak berisi informasi, tidak ada substantif, tidak ada pengembangan tesis, tidak relevan dengan permasalahan dan tidak


(43)

commit to user

26

lengkap.

2 ORGANISASI 18-20 Sangat baik-sempurna : pengungkapan gagasan lancar, gagasan diungkapkan dengan jelas, padat, tertata dengan baik, urutan logis, ada kohesif dan koheren.

14-17 Cukup – baik : pengungkapan gagasan kurang lancar, gagasan kurang terorganisasi tetapi ide utama terlihat, bahan pendukung terbatas, urutan logis tatapi tidak lengkap, cukup kohesif dan koheren

10-13 Sedang – cukup : pengungkapan gagasan tidak lancer, gagasan kacau terpotong-potong atau melompat-lompat, urutan logis tatapi tdak lengkap, kurang kohesif dan koheren

7-9 Sangat kurang : pengungkapan gagasan tidak komunikatif, gagasan tidak terorganisasi, tidak koherif dan koheren serta tidak layak nilai.

3. KOSAKATA 18-20 Sangat baik-sempurna : pemanfaatan potensi kata sangat baik, pilihan kata dan ungkapan tepat, menguasai pembentukan kata.

14-17 Cukup – baik : pemanfaatan potensi kata cukup baik, pilihan kata dan ungkapan kurang tepat, cukup menguasai pembentukan kata. 10-13 Sedang – cukup : : pemanfaatan potensi kata

terbatas, pilihan kata dan ungkapan kadang kurang tepat, kurang menguasai pembentukan kata.


(44)

commit to user

7-9 Sangat kurang : : pemanfaatan potensi kata sangat terbatas, sering terjadi kesalahan penggunaan kosa kata dan dapat merusak makna , tidak menguasai pembentukan kata. 4 PENGEMBANGAN 22-25 Sangat baik-sempurna : konstruksi kalimat

lengkap dan efektif, hanya terjadi sedikit kesalahan penggunaan bentu kebahasaan. 18-21 Cukup – baik : konstruksi kalimat sederhana

tetapi efektif, kesalahan kecil pada konstruksi kalimat, tejadi sejumlah kesalahan tetapi makna tidak kabur.

11-17 Sedang-cukup : terjadi kesalahan serius dalam rangkaian kalimat, makna membingungkan atau kabur.

5-10 Sangat kurang : tidak mengasai aturan sintaksis, terdapat banyak kesalahan, tidak layak nilai.

5 MEKANIK 5 Sangat baik-sempurna : menguasai aturan penulisan, hanya terdapat beberapa kesalahan ejaan dan tanda baca, rapi dan bersih.

4 Cukup- baik : kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan dan tanda baca tetapi tidak mengaburkan makna, cukup rapi dan bersih.

3 Sedang-cukup : sering terjadi kesalahan ejaan tanda baca, makna membingungkan dan kabur, kurang rapi dan bersih.

2 Sangat kurang : tidak menguasai aturan penulisan, terdapat banyak kesalahan ejaan,


(45)

commit to user

28

tulisan tidak terbaca, tidak rapi dan bersih, tidak layak nilai.

4. Hakikat Strategi Peta Pikiran (Mind Mapping) a. Pengertian Peta Pikiran

Buzan (2008:4) menegaskan bahwa peta pikiran adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil kembali informasi tersebut ke luar dari otak, peta pikiran juga merupakan cara mencatat yang sangat efektif, kreatif,

dan secara harfiah akan “memetakan” hasil dari pikiran. Melalui peta pikiran maka

akan memberikan pandangan yang menyeluruh pokok masalah atau area yang luas, memungkinkan pengguna membuat alternatif-alternatif, mengumpulkan data dalam jumlah yang besar, mendorong pemecahan masalah dengan membiarkan membuat terobosan-terobosan yang sangat kreatif, dan menyenangkan karena penuh dengan gambar dan warna.

Agak berbeda dengan pendapat di atas Silberman menjelaskan peta pikiran merupakan cara kreatif bagi peserta didik secara individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran, atau merencanakan sebuah penelitian baru. Melalui penggunaan sebuah peta pikiran mereka akan menemukan kemudahan untuk mengidentifikasi secara jelas, kreatif, dan inovatif tentang apa yang telah siswa pelajari dan apa yang akan siswa rencanakan (2007:188).

DePotter dan Hernacki mengemukakan peta pikiran adalah sebuah strategi mencatat yang menggunakan pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola dan ide yang saling berkaitan, seperti peta jalan yang yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan, merencanakan sesuatu hal oleh siswa (2007:152).Sarbana mengatakan peta pikiran(mind mapping) adalah proses berpikir dengan model jaringan yang melibatkan keaktifan antara otak sebelah kiri dan otak sebelah kanan, sehingga mempermudah penggunanya untuk mengingat dalam memori otaknya (2005: 100).


(46)

commit to user

Syurfah memaparkan peta pikiran (mind mapipng) merupakan teknik pembuatan grafik yang menyediakan kunci-kunci umum untuk mengoptimalkan otak dengan memanfaatkan kata-kata, nomor, logika, irama, warna, dan dimensi yang disajikan dalam bentuk yang sangat unik (2008: ix).Melalui peta pikiran, seseorang dapat melihat hubungan antara satu ide dengan ide lainnya dengan tetap memahami konteksnya. Ini sangat memudahkan otak untuk memahami dan menyerap suatu informasi.

Cara kerja peta pikiran mirip dengan cara kerja koneksi di dalam otak. Di samping itu, peta pikiran juga memudahkan untuk mengembangkan ide karena bisa mulai dengan suatu ide utama dan kemudian menggunakan koneksi-koneksi di otak untuk memecahnya menjadi ide-ide yang lebih rinci. Melalui hal ini maka seseorang terutama siswa akan dapat mengembangkan potensinya dengan optimal.Peta pikiran dapat digunakan untuk membuat catatan dalam suatu pertemuan, konferensi, ceramah atau pelajaran. Sebagai alat, peta pikiran memetakan secara visual pembicaraan dan membangun pemahaman. Peta pikiran merupakan proses yang baik dalam kerja kelompok dan dalam menata kegiatan urun gagasan. Bila dibandingkan mencatat dengan cara linear, maka mencatat dengan metode peta pikiran (mind mapping) lebih inovatif dan fleksibel.

Menurut Sarbana (2005:99) mencatat linear atau konvensional memiliki beberapa kelemahan antara lain:

1) Saat mencatat, menyusun secara berurutan apa yang disampaikan oleh si pembicara, dalam proses pencatatan tersebut pada suatu waktu akan merasa bingung untuk melihat kaitan antar gagasan.

2) Informasi baru yang disampaikan pembicara untuk menjelaskan poin sebelumnya tidak dapat langsung ditempatkan pada poin tersebut. Karena seringkali terjadi pemisahan antara poin yang telah ditulis dengan poin terakhir yang disampaikan oleh pembicara.


(47)

commit to user

30

3) Penelitian terakhir menunjukkan bahwa mencatat dengan metode konvensional atau linear berlawanan dengan cara kerja otak. Hal ini karena otak tidak digunakan untuk menagkap kesan dari yan kita tulis, sehingga menjadi sulit intuk mengingat kembali poin sebelumnya.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh Lestari (2009)yang berjudul Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita Pada Siswa Kelas IV

Seolah Dasar Negeri Mlilir 01 Madiun juga menemukan bahwa peta pikiran (mind

mapping) dapat mengatasi berbagai kesulitan yang dialami oleh siswa dalam pembelajaran menulis cerpen. Selain itu dengan peta pikiran siswa menjadi termotivasi dalam pembelajaran menulis cerpen. Siswa biasanya akan kesulitan untuk menuangkan ide dan tidak tahu harus memulai cerita dari mana, tetapi dengan peta pikran hal itu dapat diatasi. Dengan demikian maka dari hasil penelitian ini, metode peta pikiran dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis cerita pendek di sekolah tersebut.

Teknik ini membantu siswa untuk menghilangkan rasa jenuh pada saat berpikir dan belajar, karena melibatkan keseimbangan kerja otak kiri dan otak kanan melalui peta pikiran (mind mapping) di otak yang diwujudkan dalam bentuk coretan gambar garis dan kata kunci. Penggunaan teknik peta pikiran didapat fakta bahwa siswa lebih mudah mengembangkan imajinasinya.Upaya tersebut dapat memberikan pengalaman pada siswa untuk berpikir kreatif. Jika demikian informasi yang disimpan dalam memori seperti cara kerja otak manusia, maka informasi yang tersimpan dalam proses belajar mengajar akan menjadi labih baik dan berguna untuk mengingat dalam jangka waktu yang lama. Karena itu siswa dapat melahirkan suatu ide-ide yang sangat kreatif dalam belajarnya.

Melalui strategi peta pikiran (mind mapping) siswa akan menjadi lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar, baik dalam individu maupun dalam kelompok. Strategi peta pikiran akan dapat mengaktifkan siswa dalam bekerja sama dalam kelompok. Hal ini ditegaskan dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Näykki, dan


(48)

commit to user

Järvelä (2008:14) yang berjudul How Pictorial Knowledge Representations Mediate Collaborative Knowledge Construction In Groups”. Mereka memadukan antara pembelajaran kolaborasi dan penggunaaan peta pikiran dalam kelompok. Näykki dan Järvelä menegaskan bahwa

The results of this study encourage teachers and students to use cognitive tools for distributing visual knowledge representations for collaborative learning. There are at least three useful perspectives to be pointed out: Visual representations as cognitive tools can help researchers to better understand student's learning process, they can help teachers evaluate students' learning, and visual representations can help students' self-regulated learning by externalizing what they are themselves thinking and to see what others are thinking and when possible, to then continue their own

and others' flow of thinking.”

Hasil penelitian ini mendorong para guru dan siswa untuk menggunakan alat-alat kognitif penyebaran pengetahuan representasi visual untuk pembelajaran kolaboratif. Setidaknya ada tiga perspektif berguna untuk ditunjukkan representasi visual sebagai alat kognitif dapat membantu para peneliti untuk lebih memahami proses belajar siswa, mereka dapat membantu para guru mengevaluasi belajar siswa, dan visual representasi dapat membantu siswa belajar sendiri maupun kelompok. Sehingga peta pikiran dapat membantu siswa belajar secara aktif baik dalam belajar mandiri maupun belajar secara kelompok.Karena peta pikiran sangat berguna ketika para anggota kelompok belajar saling bertukar pikiran.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa peta pikiran(mind mapping) adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil kembali informasi tersebut ke luar dari otak, peta pikiran juga merupakan cara mencatat yang sangat efektif, kreatif, dan secara harfiah akan

“memetakan” hasil dari pikiran-pikiran, peta pikiran juga merupakan cara kreatif bagi peserta didik secara individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran, atau merencanakan sebuah penelitian baru. Selain itu peta pikiran merupakan strategi mencatat yang menggunakan pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola dan ide yang saling berkaitan, seperti peta jalan yang yang digunakan untuk belajar,


(49)

commit to user

32

mengorganisasikan, merencanakan sesuatu hal. Melalui pembuatan sebuah peta pikiran siswa akan menemukan kemudahan untuk mengidentifikasi secara jelas, kreatif, dan inovatif tentang apa yang telah siswa pelajari dan apa yang akan siswa rencanakan.

b. Langkah-langkah Pembuatan Peta Pikiran

Melalui berbagai hal menunjukkan bahwa otak tidak menyimpan informasi dalam kotak-kotak sel saraf yang terjejer rapi melainkan dikumpulkan pada sel-sel saraf yang bercabang yang apabila dilihat sekilas akan tampak seperti cabang-cabang pohon. Dari fakta tersebut maka disimpulkan apabila manusia juga menyimpan informasi seperti cara kerja otak, maka akan semakin baik informasi tersimpan dalam otak dan hasil akhirnya tentu saja proses belajar kita akan semakin mudah.

Peta pikiran (mind mapping) mampu mengubah cara belajar yang konvensional, yang hanya memanfaatkan cara kerja otak kiri. Melalui pembuatan gambar, simbol, dan warna yang beraneka ragam maka dapat menyeimbang cara kerja otak antara belahan kiri dan belahan kanan. Selain itu metode peta pikiran (mind mapping) dapat terus berkembang sesuai dengan keinginan penulisnya.

Sebelum pembuatan peta pikiran (mind mappng) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dintaranya bahan-bahan untuk pembuatan peta pikiran (mind mapping) yaitu: kertas kosong, pena, dan pensil warna. Menurut Buzan (2008:15-16) ada beberapa langkah untuk membuat peta pikiran (mind mapping), adapun langkah-langkah tersebut adalah:

1) Mulailah dari bagian tengah kertas yang kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar. Karena memulai dari tengah memberikan kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan dengan lebih bebas dan alami.


(50)

commit to user

2) Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral. Karena sebuah gambar dapat bermakba ribuan kata dan membantu untuk menggunakan dan mengembangkan imajinasi.

3) Gunakan berbagai warna. Karena bagi otak, wrna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat peta pikiran lebih hidup, menambah energi kepada

pemikiran yang sangat kreatif, dan sekali lagi “menyenangkan”.

4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan selanjutnya hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Hal ini dikarenakan otak kita bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan antara hal satu dengan hal yang lainnya. Bila menghubungkan cabang-cabang tersebut akan lebih mudah memahami dan mengingatnya.

5) Buatlah hubungan garis melengkung, bukan garis lurus. Karena garis lurus akan membosankan.

6) Gunakan satu kata kunci untuk setiap satu garis. Karena kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada peta pikiran.

7) Gunakan gambar. Karena seperti gambar sentral, setiap gambar dapat bermakna ribuan kata.

B. Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Pageyasa dengan tulisannya yang berjudul Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas 1 MTs Sunan Kalijogo Malang Melalui Strategi Pemetaan Pikiran (Tesis).Jenis penelitian ini adalah PTK dengantujuan penelitian untuk mengetahui kualitas proses dan hasil pembelajaran berbicara melalui strategi peta pikiran.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa pembelajaran berbicara melalui strategi pemetaan pikiran terbukti meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas 1 MTs Sunan Kalijogo Malang. Hal ini tercermati pada meningkatnya


(51)

commit to user

34

kemampuan siswa dalam lima tahap pembelajaran, yaitu (1) siswa makin mampu dalam mengumpulkan bahan pembicaraan, (2) siswa makin mampu dalam membuat kerangka pembicaraan, (3) siswa makin mampu dalam menguraikan kerangka pembicaraan secara spesifik, (4) siswa makin mampu dalam mengkreasikan kerangka pembicaraan, dan (5) siswa makin mampu berbicara secara akurat, relevan, lancar, terstruktur, terurut, jelas, paham dengan isi pembicaraan, relatif nyaring, dan efektif.

Penelitian Rachmawati yang berjudul ”Peningkatan Kualitas pembelajaran menulis Cerita Pendek Dengan Metode Peta Pikiran Pada Siswa Kelas IX Al Muayyad Surakarta”. Jenis penelitian ini adalah PTK, dengantujuan penelitian untuk mengetahui kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis cerita pendek melalui strategi pemetaan pikiran. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa peta pikiran dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen. Hal ini ditandai dengan nilai siswa yang mengalami peningkatan setiap siklusnya. Pada siklus I 60,2%, siklus II 67,5%, dan pada silkus III sebesar 71,9%.

Penelitian berikutnya adalah penelitian Puspitasari yang berjudul

”Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Metode Peta Pikiran (Mind

Mapping) pada Siswa Kela VB SD Negeri Dukuhan Kerten no.58 Surakarta Tahun

Pelajaran 2009/2010”. Pada siklus I menunjukkan peningkatan kemampuan menulis puisi untuk tema pemandangan dengan nilai rata-rata nilai 65,5 dan persentase siswa yang mencapai KKM sebanyak 61,7% (21 siswa). Pada siklus II menunjukkan peningkatankemampuan menulis puisi untuk tema bencana alam dengan nilai rata-rata nilai 70,1 dan persentase siswa yang mencapai KKM sebanyak 73,5% (25 siswa). Pada siklus III menunjukkan peningkatan kemampuanmenulis puisi untuk tema sekolah dengan rata-rata nilai 74,5 dan persentase siswa yang mencapai KKMsebanyak 85,2% (29 siswa). Dengan demikian terbukti bahwa melalui metode peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas V B SD NegeriDukuhan Kerten No. 58 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010.


(52)

commit to user C . Kerangka Berpikir

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya di SMA belum berlangsung seperti yang diharapkan. Guru cenderung menggunakan teknik pembelajaran yang bercorak teoretis dan hafalan sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung kaku, monoton, dan membosankan. Hal tersebut juga terjadi pada pembelajaran menulis, khususnya menulis ilmiah. Dalam pembelajaran menulis khususnya menulis ilmiah siswa sering mengalami kesulitan terutama dalam menuangkan ide. Selain itu mereka sering mengalami kesulitan dalam memunculkan ide tulisan jadi mereka tidak tahu harus menulis apa. Jika sudah menulis maka tulisan siswa sering macet di tengah-tangah. Selain itu mereka juga kesulitan dalam mengumpulkan data yang berupa data-data untuk mendukung tulisan ilmiah siswa. Pada umumnya karya tulis ilmiah siswa organisasinya bersifat meloncat-loncat sehingga menampakkan penalaran berbahasa yang kurang logis, isi gagasan kurang faktual, pengorganisasian isi yang tidak sistematis, dan banyak terdapat kesalahan bahasa yang meliputi ejaan, diksi, maupun kalimat.

Suatu pembelajaran akan berlangsung secara efektif dan efisien jika pendidik mempergunakan metode, strategi, atau pun pendekatan yang sesuai. Melalui strategi peta pikiran (mind mapping) siswa diharapkan dapat mengembangkan idenya serta gagasannya. Dengan demikian diharapkan siswa mengembangkan karangannya secara logis, disertai data faktual, serta dapat mengorganisasikan karangannya dengan tetap memperhatikan ejaan dan tata bahasa yang baik dan benar.

Hal ini disebabkan melalui strategi peta pikiran (mind mapping), siswa dapat melihat hubungan antara satu ide dengan ide lainnya dengan tetap memahami konteksnya. Ini sangat memudahkan otak untuk memahami dan menyerap suatu informasi. Karena cara kerjanya mirip dengan cara kerja koneksi di dalam otak. Di samping itu, peta pikiran juga memudahkan kita untuk mengembangkan ide karena kita bisa mulai dengan suatu ide utama dan kemudian menggunakan koneksi-koneksi di otak kita untuk memecahnya menjadi ide-ide yang lebih rinci. Dengan demikian


(53)

commit to user

36

maka dalam seseorang terutama siswa akan dapat mengembangkan potensinya dengan optimal.Untuk lebih jelasnya, kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir Kondisi awal

1. Siswa kesulitan memunculkan ide, sukar mengumpulkan data faktual yang mendukung karya tulis ilmiah siswa.

2. Organisasi tulisan karya tulis ilmiah siswa meloncat-loncat.

3. pengorganisasian isi tidak sistematis.

4. Prestasi menulis ilmiah siswa rendah.

Tindakan Pembelajaran dengan strategi peta pikiran

(mind mapping)

Pascatindakan

1. Siswa aktif membuat peta pikiran dari kerangka karya tulis ilmiah. 2. Siswa aktif kerja sama dalam

kelompok.

3. Siswa aktif berdiskusi saat saling bertukar peta pikiran.

1. Siswa lebih mudah memunculkan ide, mudah mengumpulkan data faktual.

2. Organisasi tulisan karya ilmiah runtut.

3. Pengorganisasian isi sistematis. 4. Prestasi menulis ilmiah siswa


(54)

commit to user

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teoritik dan kerangka berpikir,dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

1. strategi peta pikiran (mind mappng) dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis ilmiah pada siswa kelas XI IA SMA Muhammadiyah 3 Masaran, Sragen.

2. strategi peta pikiran (mind maping) dapat meningkatkan kemampuan menulis ilmiah pada siswa kelas XI IA SMA Muhammadiyah 3 Masaran, Sragen.


(55)

commit to user 38 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 3 Masaran, Sragen yang beralamat di desa Masaran, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen. Sekolah ini bernaung di bawah Majelis Pendidian Dasar dan Menengah Kabupaten Sragen (milik yayasan Muhammadiyah Kabupaten Sragen).

Alasan pemilihan sekolah ini adalah pertama, siswa kelas XI IA mempunyai kemampuan menulis ilmiah yang rendah. Hal tersebut menurut Bapak Ichwan Ibnu Efendy, M.Pd selaku guru bidang studi bahasa Indonesia kelas XI di sekolah tersebut. Beliau merupakan lulusan S-2 Program Menejemen Pendidikan, Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kedua, sekolah tersebut belum pernah menjadi objek penelitian yang sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang.

Tindakan penelitian ini dilakukan di kelas XI IA. Hal tersebut dikarenakan menurut hasil survei awal peneliti dan guru mata pelajaran bahasa Indonesia, permasalahan di dalam pembelajaran menulis ilmiah terjadi di kelas XI IA.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan selama enam bulan yaitu mulai November 2010 sampai dengan April 2011. Adapun rincian waktu dan kegiatan penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut:


(56)

commit to user

Tabel 4. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian No Jenis

Kegiatan

November Desember Januari Februari Maret April 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Persiapan

survai awal sampai penyusunan proposal

x x x x

2 Menentukan informan, menyiapkan peralatan dan instrumen

x x x x

3 Pelaksanaan pembelajaran 1.Siklus I 2.Siklus II 3.Siklus III

x x x x

x x

4 Penyusunan Laporan

x x x x x x x x

B. Subjek Penelitian

Sekolah ini terdiri dari tiga kelas yaitu kelas X yang terdiri tiga kelas yaitu XA, XB dan XC. Kelas XI terdiri dari tiga kelas yaitu kelas XI IS 1, XI IS2 dan XI IA. Kelas XII ada tiga kelas yaitu XII IS1, XII IS2, dan XII IA. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IA SMA Muhammadiyah 3 Masaran, Sragen.


(57)

commit to user

40

Kelas XI IA berjumlah 30 anak. Terdiri dari 27 siswa putri dan 3 siswa putra. Seperti kelas lain mayoritas siswa kelas ini berasal dari keluarga petani atau buruh sehingga penyediaan sarana dan prasarana belajar khususnya menulis cenderung kurang. Sebetulnya sekolah tersebut mendapatkan buku dari bantuan pemerintah (dinas pendidikan) tetapi karena jumlahnya tidak memadai maka tidak dipinjamkan. Kondisi ini sangat menghambat peningkatan kreativitas siswa terutama dalam hal kemampuan menulis ilmiah.

C. Bentuk dan Strategi Penelitian

Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yaitu penelitian kolaboratif antara peneliti, guru, dan siswa maupun staf sekolah lain untuk menciptakan kinerja sekolah yang lebih baik. Menurut Arikunto (2010:4), penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah kegiatan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi di dalam sebuah kelas secara bersama. Maksud kelas tersebut bukan hanya dalam ruangan, namun lebih pada kelompok yang sedang belajar.

Suwandi (2009:10-11) menyatakan bahwa PTK merupakan penelitian yang bersifat reflektif. Kegiatan penelitian berangkat dari permasalahan riil yang dihadapi guru dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan. Alternatif pemecahan masalah dan ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan nyata (action) yang dilakukan oleh guru (bersama pihak lain) untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam proses belajar mengajar. Tindakan itu harus direncanakan dengan baik dan dapat diukur tingkat keberhasilannya. Jika ternyata tindakan tersebut belum dapat menyelesaikan masalah yang ada, maka perlu dilakukan penelitian siklus berikutnya untuk mencoba tindakan lain (alternatif pemecahan yang lain sampai permasalahan tersebut dapat diatasi).

PTK memiliki ciri khusus yang membedakan dengan jenis penelitian lain. Arikunto (2010: 5) menjelaskan ada beberapa karakteristik PTK, antara lain: (1)


(58)

commit to user

adanya tindakan yang nyata yang dilakukan dalam situasi alami dan ditujukan untuk menyelesaikan masalah, (2) PTK berfokus pada masalah praktis bukan problem teoritis atau bersifat bebas konteks, (3) dimulai dari permasalahan sederhana, nyata, jelas, dan tajam mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas, (4) adanya kolaborasi antara praktisi (guru, siswa, dan lain-lain) dan peneliti, dan (5) menambah wawasan keilmiahan dan keilmuwan. Lebih lanjut Arikunto (2010:23) juga mengungkapkan ada tiga karakteristik penelitian tindakan kelas, yaitu: 1) inkuiri reflektif; 2) kolaboratif; dan 3) reflektif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kualitas proses dan kemampuan menulis ilmiah pada siswa kelas XI IA SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen Tahun Ajaran 2010/2011 dengan menerapkan strategi peta pikiran (mind mapping). Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Strategi ini bertujuan untuk menggambarkan serta menjelaskan kenyataan di lapangan. Kenyataan yang dimaksud adalah proses pembelajaran menulis ilmiah sebelum dan sesudah diberi tindakan berupa penerapan strategi peta pikiran (mind mapping).

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi tiga hal yaitu observasi, wawancara dan analisis dokumen.

1. Observasi

Peran peneliti dalam penelitian ini adalah partisipan pasif. observasi dilakukan dengan cara mengamati jalannya pembelajaran di kelas. Peneliti tidak melakukan tindakan yang dapat memengaruhi peristiwa yang sedang berlangsung. Peneliti hanya bertindak sebagai partisipan yang mengamati jalannya pembelajaran di kelas yang dipimpin oleh guru. Peneliti mengambil posisi tempat duduk paling belakang, mengamati jalannya proses pembelajaran sambil mencatat segala sesuatu yang terjadi selama proses pembelajaran


(1)

commit to user

Lampiran 25.3 Catatan Lapangan Hasil Wawancara Pasca Penelitian

Tempat : Ruang kelas XI IA SMA Muhammadiyah 3 Masaran

Tujuan : Mengamati proses pelaksanaaan tindakan.

Hari/tanggal : Sabtu/ 19 Februari 2011

Waktu : 09.15 WIB

Jenis : Wawancara terstruktur dengan pertanyaan terbuka

Informan : Edi Purnomo

Pewawancara : Siti Rochani (mahasiswa S1 Bahasa dan Sastra Indonesia)

Setting:

Suasana kelas sudah tampak hening dari pada sebelumnya. Informan hanya ditemani oleh seorang temannya, sedangkan yang lain sudah ke ruang multimedia.

Deskripsi:

P : Namanya siapa?

S : Edi Purnomo

P : Suka dengan pelajaran Bahasa Indonesia?

S : Suka

P : Menurutmu apa yang sulit dipelajari dari semua materi Bahasa Indonesia?

S : Berbicara.

P : Bagaimana dengan menulis?

S : Sama saja, sulit.. Terutama menulis karya tulis ilmiah.

P : Kenapa?

S : Saya thu kalau menulis sering macet di tengah-tengah. Gak tahu harus dilanjutkan atau mulai dari awal lagi. Jadi bete dech Mbak.

P : Kehabisan ide begitu Dek?


(2)

commit to user

P : Lalu bagaimana dengan pelajaran menulis karya tulis ilmiah dengan

menggunakan peta pikiran?

S : Itu mempermudah saya Mbak. Kalau saya kehabisan ide dalam menuls

ilmiah, ya tinggal lihat peta pikiran saya pasti langsung lancar lagi.

P : Terima kasih.

Refleksi :

Siswa dari awal sudah suka dengan pelajaran Bahasa Indonesia, sehingga tidak sulit untuk menumbuhkan minatnya pada pelajaran Bahasa Indonesia. Tetapi siswa mengalami kesulitan dala keterampilan menulis. Dengan penerapan peta pikiran dalam pembelajaran menulsi ilmiah siswa tidak lagi mengalami kesulitan dalam menulis ilmiah.

Keterangan :

P : Peneliti


(3)

commit to user

Lampiran 26.1 Contoh Karya Tulis Ilmiah Siswa pada Siklus III

PENDAPAT REMAJA TENTANG MINUMAN KERAS Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Pembimbing : Ichwan Ibnu Effendy, M.Pd.

Oleh: Ina Larasati

NIS 3031

MEJELIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH SMA MUHAMMADIYAH 3 MASARAN

SRAGEN 2011


(4)

commit to user

Lampiran 26.2 Contoh Karya Tulis Ilmiah Siswa pada Siklus III

PENGARUH INTERNET TERHADAP SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 MASARAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Pembimbing : Ichwan Ibnu Effendy, M.Pd.

Oleh:

Oktaviona Eka Violita NIS 3047

MEJELIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH SMA MUHAMMADIYAH 3 MASARAN

SRAGEN 2011


(5)

commit to user


(6)

commit to user


Dokumen yang terkait

Peningkatan kemampuan menulis puisi dengan Metode Mind Mapping (Peta Pikiran) pada siswa Kelas V MI Nurul Huda Kota Depok Tahun Pelajaran 2014/2015

0 6 0

Peningkatan kemampuan menulis argumentasi dengan metode mind mapping ( peta pikiran) siswa kelas X SMA Muhammadiyah 25 Pamulang, Tangerang Selatan

0 3 128

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI PUISI DENGAN METODE PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA KELAS X 8 SMA NEGERI 1 SAMARINDA

0 36 228

PENERAPAN METODE PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK PADA SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH SALATIGA

1 20 173

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI METODE PETA PIKIRAN ( MIND MAPPING ) PADA MATA Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Metode Peta Pikiran ( Mind Mapping ) Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV Di SD Negeri 03 Kalisoro Kec.

0 1 15

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI METODE PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA MATA PELAJARAN Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Metode Peta Pikiran ( Mind Mapping ) Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV Di SD Negeri 03 Kaliso

0 1 11

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI METODE PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA MATA PELAJARAN Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas 3 Di Sd Negeri 1 Baran Tahu

1 2 16

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN METODE PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA KELAS IV Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Tangkisan 01 Kabupaten Sukoharjo Tahun

0 0 18

Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Berita dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 1 Karanganom Kabupaten Klaten.

0 0 17

menggunakan Peta Pikiran Mind Mapping dalam Menulis

0 0 9