Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Hal ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam menuangkan ide ataupun gagasannya kedalam karangan, sehingga
membuat karangan mereka memiliki banyak kesalahan. Selanjutnya dalam proses pembelajaran mengarang biasanya diajarkan
bentuk-bentuk karangan atau tulisan yang dibagi atas lima jenis, yaitu : Deskripsi, eksposisi, narasi, argumentasi, dan persuasi. Berikut akan
dijelaskan secara singkat mengenai lima jenis bentuk karangan di atas. Deskripsi adalah karangan yang bertujuan memberikan gambaran
sesuatu dalam pikiran pembaca; eksposisi adalah karangan yang berisi suatu uraian pokok bahasan yang bertujuan untuk memperluas
pengetahuan pembaca akan suatu pokok bahasan; argumentasi adalah karangan yang bertujuan mempengaruhi pikiran pembaca untuk menerima
suatu pendapat tentang suatu hal; narasi adalah karangan yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa
yang terjadi; dan persuasi adalah karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya bahkan mengikuti pendapat yang disampaikan. Dari
kelima bentuk karangan tersebut penulis akan membahas secara mendalam mengenai pengajaran mengarang argumentasi.
Dalam pengajaran materi mengarang argumentasi diperlukan perhatian yang sungguh-sungguh, baik oleh guru maupun siswa, karena di
dalam mengarang
argumentasi diperlukan
pembuktian dalam
mengemukakan alasan sehingga dapat meyakinkan pembacanya. Selain itu kemampuan menulis argumentasi memerlukan sejumlah potensi
pendukung. Oleh karena itu, untuk memperoleh karangan argumentasi yang baik dibutuhkan kemauan keras dan belajar sungguh-sungguh.
Dengan demikian, wajar bila dikatakan bahwa meningkatkan kemampuan menulis akan mendorong siswa lebih aktif, kreatif dan melatih kemahiran
dalam menulis. Minto Rahayu berpendapat, tulisan argumentasi berarti mengemukakan masalah dengan mengambil sikap yang pasti untuk
mengungkapkan segala
persoalan dengan
segala kesungguhan
pengetahuannya, bukan sekedar mana mengeluarkan pendapat. ”
9
Kesimpulannya Minto Rahayu mengatakan bahwa dalam menulis karangan argumentasi bukan sekedar mengeluarkan pendapat tetapi juga
diperlukan fakta yang dapat mendukung pendapat yang akan disampaikan penulis.
Selanjutnya tulisan argumentasi merupakan salah satu jenis tulisan yang bukan sekedar menyampaikan pendapat, melainkan harus disertai
fakta yang ada. Penulis harus berusaha menyampaikan pendapat serta fakta secara teratur dan kritis. Dalam buku Menulis itu Mudah karya
Sukino dikatakan; “Banyak ahli berpendapat bahwa karangan argumentasi lebih sulit
dibandingkan dengan jenis karangan yang lain. Letak kesulitan dalam penulisan karangan argumentasi adalah berupaya untuk
meyakinkan orang lain agar terpengaruh dan kemudian bertindak seperti yang diinginkan. Pengarang harus berpikir secara kritis dan
logis.”
10
Hal ini berarti bahwa menulis argumentasi adalah jenis karangan yang membutuhkan kesungguhan dalam menuliskan pendapat dan fakta yang
akan disampaiakan agar pembaca terpengaruh dengan isi tulisan yang disampaikan penulis.
Penulisan karangan argumentasi sekarang ini belum mencapai hasil yang memuaskan, karena karangan argumentasi memerlukan alasan, bukti,
dan fakta yang kuat untuk meyakinkan pembaca. Selain itu siswa kurang memahami
langkah-langkah penting
untuk menyusun
karangan argumentasi yang baik. Langkah-langkah tersebut adalah, siswa dapat
menentukan topik yang menarik, setelah itu siswa dapat mencari informasi secara lengkap, mengumpulkan data mengenai topik tersebut, dan
disampaikan dengan kalimat yang logis. Dengan mengetahui dan
9
Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, Jakarta: Grasindo, 2007, hlm. 168.
10
Sukino, op. cit, hlm.71.
mempraktikannya dalam kegiatan belajar mengajar, maka siswa dapat mengarang argumentasi dengan baik.
Selain mengetahui langkah-langkah dalam membuat suatu karangan, proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, salah satunya
adalah metode yang digunakan dalam pembelajaran. Metode berperan penting dalam proses pembelajaran. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia Kontemporer; “Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelakasanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
”
11
Lebih lanjut dikatakan dalam buku Strategi Pembelajaran Bahas
a; “metode lebih bersifat prosedural dan sistemik karena tujuannya untuk mempermudah pengerjaan suatu pekerjaan.”
12
Jadi, penggunaan
metode dalam
suatu pembelajaran
akan memudahkan guru maupun siswa untuk mencapai hasil pembelajaran yang
maksimal. Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi akan memberikan suatu stimulus kepada siswa untuk belajar, karena siswa tidak
merasa jenuh dengan pembelajaran yang sudah biasa dilakukan. Salah satu metode pembelajaran yang populer saat ini adalah metode
peta konsep atau disebut peta pikiran mind mapping. Peta pikiran mind mapping merupakan cara kreatif bagi tiap siswa untuk menghasilkan
gagasan, mencatat apa yang dipelajari, atau merencanakan tugas baru.”
13
Dikategorikan ke dalam cara kreatif karena pembuatan peta pikiran mind mapping ini membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya.
Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Buzan pada awal 1970-an. Dalam kegiatan mengarang peta pikiran sangat membantu, dalam buku
quantum teaching dikatakan “peta pikiran membantu siswa dalam menyusun informasi dan melancarkan aliran pikiran. Peta pikiran dapat
membantu siswa dalam mengatasi hambatan menulis.”
14
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti merasa perlu mengadakan penelitian tindakan kelas tentang Peningkatan Kemampuan
11
Peter Salim Yenny Salim, op. cit, hlm. 973.
12
Iskandarwassid H. Dadang Sunendar, op. cit, hlm.56.
13
Melvin L. Silberman, Acvtive Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, hlm.200.
14
Bobbi DePorter, Quantum Teaching, Bandung : Penerbit Kaifa, 2000, hlm. 177.
Menulis Argumentasi dengan Metode Peta Pikiran Mind Mapping pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 25 Pamulang Barat pada tahun
pelajaran 20142015.