Uji Heteroskedastisitas Pengujian Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

1. Nilai R² yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen. 2. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi umumnya diatas 0,90, maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas. 3. Multikolonieritas dapat juga dilihat dari 1 nilai Tolerance, dan 2 Variance Inflation Factor VIF. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainya. Jadi nilai Tolerance yang rendah sama dengan VIF tinggi karenaVIF=1Tolrance. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF 10.

3.9.3. Uji Heteroskedastisitas

Ghozali 2005 menyatakan uji heteroskedastisitas bertujuan menguji dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dalam model regresi menurut Ghozali 2005 adalah dengan Uji Glejser dan melihat grafik scatterplots regression. Uji Glejser dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai signifikansi antara variabel Universitas Sumatera Utara independen dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat juga dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu antara lain dengan cara melihat grafik scatterplots antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang diprediksi, dan sumbu X adalah residual Y prediksi – Y sesungguhnya yang telah di studentized. Dasar analisisnya adalah : 1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Sejarah Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal Undang-undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Toba Samosir dan Kabupaten daerah Tingkat II Mandailing Natal adalah sejarah berdirinya Kabupaten Mandailing Natal Propinsi Sumatera Utara dengan ibukota Panyabungan. Pembentukan Kabupaten Mandailing Natal secara formal diresmikan oleh Mentri Dalam Negeri pada tanggal 9 maret 1999. Pembentukan Kabupaten Mandailing Natal adalah perwujudan aspirasi masyarakat dalam mengembangkan potensi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia serta tekad pemerintah dalam upaya meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaran pemerintah, pembangunan dan pelayanan masyarakat diwilayah Selatan Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Mandailing Natal adalah pemekaran wilayah dari Kabupaten Induk Tapanuli Selatan yang terdiri dari 8 delapan kecamatan antara lain Siabu, Panyabungan, Kotanopan, Muara Sipongi, Batang Natal, Natal, Batahan dan Muara Batang Gadis. Sejalan dengan pembentukan unit-unit organisasi perangkat daerah yang disebut dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal dengan Dewan Perwakilan Rakyat DPR mengeluarkan Peraturan Daerah Perda untuk membentuk Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD seperti Badan, Dinas-dinas maupun Kantor yang salah satunya adalah Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal. 74 Universitas Sumatera Utara