Perbandingan Intellectual Capital Bank Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia (Periode 2011-2015)
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
Sri Budiharti
NIM: 1112046100108
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(2)
(3)
(4)
(5)
Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1437 H/2016 M.
Perkembangan teknologi informasi di era globalisasi membuat lingkungan bisnis semakin dinamis. Perusahaan membutuhkan sumber daya yang dapat memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan agar dapat bersaing di lingkungan bisnis, yaitu modal intelektual. Banyak penelitian sudah membuktikan manfaat modal intelektual dalam berbagai industri, hampir setiap industri telah merasakan dampak dari peningkatan modal intelektual. Tetapi karakteristik setiap perusahaan berbeda, maka modal intelektual akan berbeda pula. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris perbedaan komponen modal intelektual yang dihasilkan oleh Bank Syariah dan Bank Konvensional. Modal intelektual pada penelitian ini diukur menggunakan metode VAIC™.
Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan kriteria diantaranya adalah BUS dan BUK yang telah berdiri minimal sejak tahun 2009 dan masih terdaftar di Bank Indonesia dalam periode 2011-2015, BUS dan BUK yang memiliki aset terbesar serta menyajikan laporan keuangan tahunan periode 2011-2015 yang di publikasi dan telah di audit . Maka, sampel yang terpilih adalah 5 Bank Syariah (BSM, BMI,PNBS,BNIS,BRIS) dan 5 Bank Konvensional (Bank Mandiri,BCA,BNI,BRI,dan CIMB Niaga). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan tahunan periode 2011-2015 yang dipublikasikan di website resmi masing-masing bank. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis dekriptif, uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan uji independent samples t-test.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada komponen VAIC™ yaitu VAHU (Value Added Human Capital) dan STVA (Structural Capital Value Added) Bank Syariah dengan Bank Konvensional. Sedangkan VACA (Value Added Capital Employed) tidak memiliki perbedaan yang signifikan.
Kata Kunci : Intellectual Capital, Komponen VAIC™(VACA,VAHU,STVA),
Bank Syariah, Bank Konvensional, independent samples t-test
(6)
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta
salam penulis sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW serta kepada
keluarga dan para sahabat-Nya, semoga kelak kita termasuk kedalam umat yang
mendapatkan syafaat dari beliau di hari akhir kelak.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) Program Studi Muamalat
Konsentrasi Perbankan Syariah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Pada dasarnya dalam penulisan skripsi ini penulis mendapat banyak
kesulitan. Akan tetapi dengan adanya bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak
Alhamdulillah penulisan skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan. Penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah
sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini antara lain kepada:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak A.M Hasan Ali, MA dan Abdurrauf, Lc, MA sebagai Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah
(7)
vii
telah banyak membantu selama perkuliahan sampai terselesaikannya
skripsi ini.
3. Ibu Aini Masruroh S.EI, MM selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan banyak ilmu
dan menjadi figur yang sangat memotivasi dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Amalia SE., MSM yang telah memberikan waktu, tenaga serta ilmu untuk membantu penulis dalam perbaikan pasca sidang skripsi .
5. Seluruh dosen dan civitas akademik Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
memberikan ilmunya selama ini.
6. Keluarga besar perpustakaan utama dan fakultas yang telah memfasilitasi penulis dalam hal studi kepustakaan
7. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan baik doa, materi, moral dan kesabarannya menunggu terselesaikannya skripsi ini.
Semoga Allah selalu memberikan rahmat dan kasih sayangnya kepada
beliau.
8. Teman-teman seperjuangan Perbankan Syariah 2012, terutama PS C terima kasih untuk kenangan selama belajar di bangku perkuliahan.
Terkhusus untuk Widya Citra Pratama, Dinda Ayu Pramesti, Vita Ditya,
Maya Andika, Fatma Seta, Ayu Dwi Adani dan Robiatul Adawiyah yang
telah memberikan bantuan dan semangat yang luar biasa.
9. Seluruh pihak yang telah membantu penulis menjalankan perkuliahan dan penyusunan skripsi ini namun tidak dapat disebutkan satu persatu.
(8)
viii
Penulis menyadari akan keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki.
Oleh karena itu maka diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan pada masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis mendoakan agar Allah SWT membalas segala
dukungan dan kebaikan kalian selama yang telah membantu penyelesaian skripsi
ini. Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya dan
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Jakarta, 09 September 2016
(9)
ix
DAFTAR ISI
COVER ... 1
PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ... 2
LEMBAR PENGESAHAN ... 3
LEMBAR PERNYATAAN ... 4
ABSTRAK ... 5
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9
1.Pembatasan Masalah ... 9
2.Perumusan Masalah ... 10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
1.Tujuan Penelitian ... 10
2.Manfaat Penelitian ... 11
E. Kerangka Pemikiran ... 12
F. Sistematika Penulisan ... 15
BAB IILANDASAN TEORI ... 17
A. Resouce-Based Theory (RBT) ... 17
B. Intellectual Capital ... 21
1.Pengertian Intellectual Capital ... 21
(10)
x
3.Value Added Intellectual Capital (VAIC™) ... 28
C. Pengertian Bank Syariah dan Bank Konvensional ... 34
1.Pengertian Perbankan Syariah ... 35
2.Pengertian Bank Konvensional ... 36
D. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional ... 38
E. Produk/Jasa Bank Konvensional dan Bank Syariah ... 40
1.Produk/Jasa Bank Konvensional ... 40
2.Produk/Jasa Bank Syariah ... 41
F. Hipotesis ... 44
G. Review Studi Terdahulu ... 45
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN... 50
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 50
B. Populasi dan Sampel ... 51
C. Jenis dan Sumber Data ... 52
D. Metode Pengumpulan Data ... 52
E. Metode Analisis Data ... 53
F. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 56
BAB IVANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 60
A. Deskriptif Data ... 60
B. Perkembangan Value Added Intellectual Capital (VAIC) Bank Syariah dan Bank Konvensional ... 64
B1. Peringkat VAIC tahun 2011 ... 67
B2. Peringkat VAIC tahun 2011 ... 68
B3. Peringkat VAIC tahun 2013 ... 69
B4. Peringkat VAIC tahun 2011 ... 70
(11)
xi
B6. Gabungan Peringkat VAIC Tahun 2011-2015 ... 72
C. Analisis Statistik ... 74
1.Uji Statistics Descriptive ... 74
2.Uji Normalitas... 76
3.Uji Independent Sample t-test ... 79
D. Interpretasi ... 83
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... 87
A. Kesimpulan ... 87
B. Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 90
(12)
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2 1 Kategori VAIC ... 33
Tabel 2. 2 Review Studi Terdahulu... 45
Tabel 3. 1 Daftar Sampel Penelitian...52
Table 3. 2 Kategori VAIC ... 59
Tabel 4. 1 Nilai VACA Bank Syariah dan Bank Konvensional...61
Tabel 4. 2 nilai VAHU Bank Syariah dan Bank Konvensional ... 62
Tabel 4. 3 Nilai STVA Bank Syariah dan Bank Konvensional ... 63
Tabel 4. 4 Peringkat VAIC tahun 2011 ... 67
Tabel 4. 5 Peringkat VAIC tahun 2012 ... 68
Tabel 4. 6 Peringkat VAIC Tahun 2013 ... 69
Tabel 4. 7 Peringkat VAIC Tahun 2014 ... 70
Tabel 4. 8 Peringkat VAIC Tahun 2015 ... 71
Tabel 4. 9 Gabungan Peringkat VAIC Tahun 2011-2015... 72
Tabel 4. 10 Descriptive Statistics Bank Syariah ... 74
Tabel 4. 11 Descriptive Statistics Bank Konvensional ... 75
Tabel 4. 12 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 77
Tabel 4. 13 Ringkasan Hasil Uji Kolmogorov Smirnov ... 78
Tabel 4. 14 Independent Samples Tes... 79
(13)
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Kerangka Pemikiran ... 14
Gambar 2. 1 Model Konseptual VAIC...29
(14)
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan semakin ketatnya persaingan antar perusahaan
akibat adanya pasar bebas dan globalisasi, pada akhirnya menuntut
perusahaan untuk mengubah cara mereka dalam menjalankan bisnisnya.
Perubahan proses bisnis dari yang didasarkan pada tenaga kerja ( labor-based business) menuju bisnis yang berdasarkan pengetahuan ( knowledge-based business), sehingga karakteristik utama perusahaan menjadi perusahaan berdasarkan pengetahuan. Dengan menggunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi maka akan dapat diperoleh cara menggunakan
sumber daya lainnya secara efisien dan ekonomis, yang nantinya akan
memberikan keunggulan bersaing. Oleh karena itu, perusahaan semakin
menitikberatkan akan pentingnya knowledge assets (aset pengetahuan).1 Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan
pengukuran knowledge asset adalah Intellectual Capital (IC). Istilah IC menekankan kombinasi antara intelektualitas dan modal untuk
menunjukkan pentingnya pengetahuan.2Intellectual Capital merupakan aset yang sangat bernilai dalam dunia bisnis modern tetapi saat ini
akuntansi belum mampu untuk mengidentifikasi dan mengukur intangible assets. Di Indonesia fenomena IC mulai berkembang terutama setelah
1Damar Asih Dwi Rachmawati, “Pengaruh
Intellectual Capital terhadap Return On Asset (ROA) Perbankan”. Jurnal Nominal/Volume 1, Nomor 1/Tahun 2012.Akuntansi, Jakarta: Erlangga.
2Ihyaul Ulum, “
Intellectual Capital:Model Pengukuran, Framework Pengungkapan dan Kinerja Organisasi”. (Malang: UMM Press,2015)h.3
(15)
munculnya PSAK No. 19 (revisi 2000) tentang aktiva tidak berwujud.
Meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit sebagai IC, namun lebih
kurang IC telah mendapat perhatian. Menurut PSAK No. 19, aktiva tidak
berwujud adalah aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak
mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam
menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak
lainnya, atau untuk tujuan administratif.3
Kesulitan dalam pengukuran IC menyebabkan keberadaannya
dalam perusahaan sulit untuk diketahui dan pengukuran yang tepat
terhadap IC belum dapat ditetapkan. Pulic mengembangkan Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™) untuk mengukur IC perusahaan. Metode VAIC™ dirancang untuk menyediakan informasi mengenai efisiensi penciptaan nilai dari aset berwujud dan tidak berwujud yang dimiliki
sebuah perusahaan.4 Komponen utama dari VAIC™ dapat dilihat dari sumber daya perusahaan, yaitu physical capital (Value Added Capital Employed-VACA), human capital (Value Added Human Capital-VAHU)
dan structural capital (Structural Capital Value Added-STVA).
Model VAIC™ dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). Value added adalah kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai. VA dihitung sebagai selisih antara
output(pendapatan) dan input (beban operasional kecuali beban gaji).
3 Ihyaul Ulum, Imam Ghozali dan Anis Chairi “
Intellectual Capital dan Kinerja Keuangan Perusahaan: Suatu Analisis dengan Pendekatan Partial Least Square:h.1
4 Eko Wibowo, “ Analisis Value Added Sebagai Indikator Intellectual Capital dan konsekuensinya terhadap Kinerja Perbankan” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis
(16)
3
Komponen pertama adalah VA dipengaruhi oleh efisiensi dari Human Capital (Value Added Human Capital) yang menunjukkan berapa banyak VA yang dapat dihasilkan untuk tenaga kerja (Human Capital dihitung berdasarkan beban gaji yang terdapat pada laporan keuangan). Selanjutnya
VA dipengaruhi oleh Capital Employed (CE) yang dalam hal ini disebut dengan VACA (Value Added Capital Employed). CE dapat diperoleh dari dana yang tersedia (ekuitas) pada laporan keuangan. 5
Komponen terakhir adalah Structural Capital Value Added
(STVA) menunjukkan kontribusi structural capital (SC) dalam penciptaan nilai. SC diperoleh dari selisih value added dengan human capital (VA-HC) . STVA mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam
penciptaan nilai. Lalu ketiga komponen tersebut dijumlahkan maka
didapatlah hasil VAIC™. Semakin tinggi koefisien VAIC™ maka semakin tinggi value yang diciptakan dengan jumlah modal intelektual dan modal fisik yang sama. 6
Penelitian mengenai modal intelektual menggunakan metode
VAIC™ sudah banyak dilakukan baik di dalam maupun luar negeri. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa modal intelektual dapat
memberikan manfaat bagi perusahaan. Penelitian yang telah dilakukan
5Ihyaul Ulum, “
Intellectual CapitalKonsep dan Kajian Empiris”(Yogyakarta: Graha Ilmu,2009)h. 87
6
(17)
oleh Ulum et al.,7 berhasil membuktikan bahwa IC berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. IC berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan masa depan dan ROGIC (rate of growth intellectual capital) berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan masa depan. Penelitian
yang telah dilakukan Agustin Takarini8 menunjukkan hasil penelitian
bahwa intellectual capital berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan Bank Umum Syariah.
Sedangkan penelitian yang telah dilakukan oleh Kusumowati9
menunjukkan hasil yang berbanding terbalik. Hasil penelitian menunjukan
bahwa tidak seluruh komponen intellectual capital berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan manufaktur. Karakteristik industri
manufaktur lebih cenderung menggunakan modal fisik (physical capital) dalam operasional perusahaan. Namun berapa perusahaan manufaktur kini
juga dinilai telah menggunakan modal intelektual berupa adanya teknologi
yang canggih bersama dengan physical capital untuk meningkatkan keunggulan kompetitifnya.
Penelitian Fauziah10 dengan memilih objek pada
PT.Telekomunikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen
7
Ulum, Imam Ghozali & Anis Chairi. “Intellectual Capital dan Kinerja Perusahaan: Suatu Analisis dengan Pendekatan Partial Least Squares”In: Simposium Nasional Akuntansi 23-24 Juli, Universitas Tanjung Pura Pontianak 2008.
8
Agustin Takarini. “Pengaruh Intellectual capital, Kualitas Penerapan Good Corporate Governance dan Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Periode 2010-2012”(Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidyatullah Jakarta 2014).
9
Kusumowati.” Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Perusahaan
Manufaktur tahun 2008-2012” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Diponegoro Semarang 2013)
10
Fauziah, “Analisis Faktor Modal Intelektual Dalam Meningkatkan Kinerja Bisnis” (Tesis S2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasnuddin Makasar, 2014)
(18)
5
modal intelektual berpengaruh dalam meningkatkan kinerja bisnis pada
PT.Telekomunikasi. Dalam era globalisasi, industri telekomunikasi adalah
sektor bisnis yang paling penting. Industri telekomunikasi merupakan
salah satu dari high-tech industries. Industri telekomunikasi membutuhkan banyak karyawan yang intelek untuk menciptakan ide pada suatu produk
yang dikembangkan, software dan teknologi agar lebih maju dan memuaskan pelanggan.
Beberapa hasil penelitian bervariasi karena faktor dari jenis-jenis
perusahaan. Hampir setiap industri telah merasakan dampak dari
peningkatan modal intelektual. Kesadaran akan pentingnya pengelolaan
dalam investasi modal intelektual pun tentu semakin meningkat. Tetapi
karakteristik setiap industri berbeda, maka investasi akan modal
intelektual akan berbeda pula. Terkait dengan jenis perusahaan yang
menerapkan intellectual capital, Firer dan William (2003)11 menyatakan industri perbankan merupakan salah satu sektor yang memiliki intellectual capital paling intensif. Selain itu, dari aspek intelektual, secara keseluruhan karyawan disektor perbankan lebih homogen dibandingkan
sektor ekonomi lainnya.
Lembaga perbankan merupakan salah satu instrumen penting
dalam meningkatkan dan memajukan perekonomian negara karena
lembaga perbankan mempunyai fungsi sebagai intermediasi antara pemilik
dana dengan pengguna dana. Fungsi bank sebagai lembaga intermediasi
11Ihyaul Ulum, “
Intellectual Capital:Model Pengukuran, Framework Pengungkapan dan
(19)
tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya dana dari masyarakat atau
dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank, dimana sebagian akan
menjadi cadangan dana oleh bank dan sebagian akan dialokasikan sebagai
pendanaan pinjaman dan juga investasi bagi bank untuk mendapatkan
profit.
Mengingat yang dikelola oleh bank adalah dana, baik dan pemilik
maupun dana masyarakat, maka sektor perbankan mengandalkan
kepercayaan. Oleh karena itu, selain membutuhkan tenaga-tenaga terampil
dan profesional, bank harus dikelola oleh sumber daya manusia yang
memiliki integritas moral yang baik dan terpercaya. Dengan demikian,
perbankan diharapkan dapat memperoleh intellectual capital yang kuat dalam mengantisipasi persaingan masa depan melalui sumber daya
manusia yang unggul, kreatif dan memiliki visi jauh kedepan.
Undang No.10 tahun 1998 tentang perubahan
Undang-undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan telah memberikan amanat
kepada Bank Indonesia untuk mengakomodasi pengaturan dan
pengawasan perbankan berdasarkan prinsip syariah. Keberadaan dual
banking system atau sistem perbankan ganda, yaitu perbankan berdasarkan
konvensional dan syariah. Undang-undang tersebut memberikan arahan
bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau
mungkin mengkonversi diri secara total bank syariah. Selain itu,
Pemerintah juga telah mengeluarkan regulasi terbaru yang mengatur
(20)
7
dengan adanya dukungan dari pemerintah maka lembaga keuangan syariah
memiliki tanggung jawab untuk memajukan lembaga keuangan syariah
agar lebih baik.12
Hal mendasar yang membedakan antara bank syariah dengan bank
konvensional adalah produk dan jasa perbankan yang ditawarkan serta
cara pembagian keuntungannya. Bank konvensional menerapkan sistem
bunga, menghalalkan kegiatan yang diharamkan dalam Islam dan bersifat
komersial. Berbeda dengan bank syariah yang memiliki karakteristik
antara lain tidak menerapkan sistem bunga, menggunakan metode bagi
hasil dan jual beli, hanya memberikan pembiayaan pada kegiatan usaha
yang halal serta mempunyai sifat ta’awun/sosial yang tidak semata-mata hanya memikirkan keuntungan tetapi saling tolong menolong.
Walaupun berbeda karakteristik, namun keduanya sama termasuk
dalam kategori “intellectually intensive”. Maka kedua jenis bank tersebut dituntut untuk memiliki karyawan yang berkompetensi agar lebih
berinovasi dalam mengembangkan produk dan memajukan perusahaan.
Namun di sisi lain masalah yang timbul adalah pada saat ini perbankan
syariah masih kekurangan akan sumber daya manusia yang memiliki
kompetensi dalam bidang ekonomi islam atau perbankan syariah secara
khusus. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya karyawan bank syariah yang
tidak memiliki latar belakang pendidikan berbasis ekonomi syariah. Hal
12
Permadi Gandapradja, “Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank” (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama,2004)h.171
(21)
ini bisa menjadi salah satu faktor yang dapat menghambat pertumbuhan
perbankan syariah dan kalah saing dengan perbankan konvensional.
Akan tetapi, belum banyak pembuktian secara empiris bahwa
perbankan konvensional memiliki intellectual capital yang lebih tinggi dibandingkan dengan bank syariah. Maka penelitian ini akan
membuktikan seberapa besar bank syariah dan bank konvensional dalam
menghasilkan nilai intellectual capital , kategori bank manakah yang lebih unggul serta apakah terdapat perbedaan nilai komponen intellectual capital antara kedua jenis bank tersebut. Penelitian ini menganalisis
intellectual capital menggunakan metode perhitungan VAIC™ yang dikembangkan oleh Pulic dan uji independent t-test untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan komponen intellectual capital yang dimiliki bank syariah dan bank konvensional sehingga dibuatlah judul penelitian
“Perbandingan Intellectual Capital Pada Bank Syariah dan Bank
Konvensional di Indonesia Periode 2011-2015” B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah diperlukan untuk menerangkan masalah yang
mungkin muncul pada objek yang akan diteliti. Identifikasi masalah yang
ditemukan antara lain:
1. Bagaimana perkembangan intellectual capital pada perbankan di Indonesia periode 2011-2015?
2. Apakah terdapat perbedaan nilai intellectual capital pada perbankan konvensional dan perbankan syariah?
(22)
9
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan banyaknya masalah yang teridentifikasi dan
keterbatasan waktu penelitian, maka penelitian ini dibatasi agar
masalah lebih fokus dan spesifik serta untuk menghindari terjadi
tumpang tindih dengan masalah lain diluar wilayah penelitian,
penelitian ini dibatasi pada :
a. Sampel penelitian dipilih berdasarkan metode purposive sampling
dengan kriteria: (1) BUS dan BUK yang telah berdiri sejak tahun
2009 dan masih terdaftar di Bank Indonesia selama periode
2011-2015, (2)BUS dan BUK yang memiliki aset terbesar serta
mempublikasikan laporan keuangan secara berturut-turut pada
tahun 2011-2015 dan telah diaudit. Maka, terpilihlah sampel
penelitian diantaranya:
- 5 Bank Umum Konvensional: Bank Mandiri, Bank Central Asia, Bank Negara Indonesia, Bank Rakyat Indonesia dan
Bank CIMB Niaga
- 5 Bank Umum Syariah: Bank Muamalat Indonesia, Bank Mandiri Syariah, BNI Syariah, Panin Bank Syariah dan Bank
Rakyat Indonesia Syariah (mewakili kelompok bank syariah)
b. Rentan waktu data yang dianalisis periode 2011-2015.
c. Data-data laporan keuangan tahunan perbankan berupa neraca dan laporan laba/rugi tahun 2011-2015.
(23)
d. Penelitian ini sebatas mengetahui seberapa besar komponen
intellectual capital yang dihasilkan menggunakan metode perhitungan value added intellectual coefficient (VAIC™) dan melihat adakah perbedaan komponen intellectual capital yang dihasilkan oleh bank syariah dan bank konvensional dengan
menggunakan uji independent sample t-test. 2. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
a. Bagaimana perkembangan intellectual capital pada perbankan syariah dan perbankan konvensional di Indonesia periode
2011-2015?
b. Apakah terdapat perbedaan antara nilai komponen intellectual capital yang dimiliki oleh perbankan syariah dan perbankan konvensional di Indonesia?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan utama yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain
sebagai berikut:
a. Menjelaskan nilai intellectual capital yang dihasilkan oleh bank syariah dan bank konvensional di Indonesia
b. Melihat adakah perbedaan antara nilai komponen intellectual capital yang dimiliki oleh bank syariah dan bank konvensional.
(24)
11
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan bacaan yang dapat
menambah pengetahuan dan referensi bagi pihak akademisi
tentang penting nya pengukuran intellectual capital dengan perhitungan VAIC™ untuk menciptakan kinerja dan nilai sebuah perusahaan.
b. Manfaat Praktis
- Bagi Pihak Praktisi
Penelitian ini diharapkan agar menjadi dasar bagi perusahaan
untuk membuat kebijakan dalam pengelolaan atau tindakan
yang berkaitan dengan pembinaan intellectual capital.
- Bagi Pihak Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu informasi
bagi masyarakat untuk mengetahui cara pengukuran dan
pengungkapan intellectual capital yang sulit diketahui karena pengungkapannya tidak terdapat pada laporan keuangan
sehingga masyarakat bisa menilai kinerja atau nilai suatu
(25)
E. Kerangka Pemikiran
Intellectual Capital memiliki peran yang sangat penting dan stategis di dalam perusahaan. Intellectual Capital diyakini sebagai faktor penggerak dan penciptaan nilai perusahaan (value driver & creation).13 Modal intelektual sangat diperlukan dalam pengembangan ekonomi kreatif
melalui perkembangan industri-industri di tanah air. Industri kreatif
dipandang semakin penting dalam mendukung kesejahteraan dalam
perekonomian. Chen et.al (2005) telah membuktikan perusahaan yang
telah mampu memanfaatkan kekayaan intelektual yang dimiliki secara
efektif diyakini memiliki modal intelektual dan kinerja keuangan yang
lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang belum mampu
memanfaatkan kekayaan intelektual.14
Maka hampir setiap industri telah merasakan dampak dari
peningkatan modal intelektual. Kesadaran akan pentingnya pengelolaan
dalam investasi modal intelektual pun tentu semakin meningkat. Tetapi
karakteristik setiap industri berbeda, maka investasi akan modal
intelektual akan berbeda pula. Salah satu industri yang memiliki nilai
modal intelektual yang tinggi adalah perbankan. Menurut Firer dan
William menyatakan industri perbankan merupakan salah satu sektor
yang memiliki intellectual capital paling intensif. Namun, belum banyak
13 Ihyaul Ulum, “Anal
isis Praktik Pengungkapan Informasi Intellectual Capital Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Telekomunikasi di Indonesia, Jurnal Reviu Akuntansi dan Keuangan”, Vol.1 No.1 (2011), h.49
14Agnes Utari dan Anni Aryani, “Intellectual Capital dan Keunggulan Kompetitif” Jurnal Akuntansi dan Keuangan , Vol.15, No.1, Mei 2013, h.2
(26)
13
pembuktian secara empiris adakah terdapat perbedaan kinerja modal
intelektual pada perbankan konvensional dan syariah, yang dimana kedua
jenis bank tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, penelitian ini mengukur kinerja intelectual capital
pada perbankan syariah dan konvensional yang diukur menggunakan
metode VAIC™. Dimana dalam pengukuran ini akan mengetahui besaran komponen intelectual capital yang telah di hasilkan oleh kedua jenis bank tersebut. Untuk mengetahui perbandingan komponen intelectual capital
antara bank syariah dan konvensional maka dalam penelitian ini
(27)
Gambar 1. 1
Bagan Kerangka Pemikiran
Laporan keuangan bank konvensional
Structural Capital
Human Capital
Capital Employed
Uji
Independent sampel t-test
Analisis
Kesimpulan dan saran
Uji Normalitas Laporan keuangan bank
syariah
(28)
15
F. Sistematika Penulisan
Pedoman penulisan skripsi ini merujuk pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Maka akan dijelaskan sistematika
penulisan masing-masing bab tersebut adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan secara rinci latar belakang
permasalahan, identifikasi masalah, batasan dan rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II KAJIAN TEORITIS
Pada bab ini merupakan kajian kepustakaan yang menjadi
dasar pemikiran dalam penelitian ini. Secara rinci bab ini
menjelaskan tentang Resource-Based Theory, intellectual capital, Pengertian dan perbedaan bank konvensional dengan bank syariah. Pada sub bab berikutnya dibahas
Review studi terdahulu dan Hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang ruang lingkup data, populasi dan
sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data,
(29)
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas nilai intellectual capital pada masing-masing bank dan menganalisa apakah terdapat perbedaan
nilai intellectual pada bank syariah dan bank konvensional.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan yang merupakan jawaban
dari rumusan permasalahan dan berisi saran serta
(30)
17
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Resouce-Based Theory (RBT)
Resource-based theory dipelopori oleh Penrose yang mengemukakan bahwa sumber daya perusahaan adalah heterogen, tidak
homogen, jasa produktif yang tersedia berasal dari sumber daya
perusahaan yang memberikan karakter unik bagi tiap-tiap perusahaan.
Sumber daya yang berharga dan langka dapat diarahkan untuk meciptakan
keunggulan bersaing, sehingga sumber daya yang dimiliki mampu
bertahan lama dan tidak mudah ditiru, ditransfer atau digantikan.15Sumber
daya ini bisa berupa aset khusus yang bersifat fisik misalnya peralatan,
sumber daya manusia misalnya keahlian dan organisasional misalnya
pemasaran. Ketika sumber daya yang dimiliki perusahaan bernilai dan
langka maka perusahaan dapat menciptakan keunggulan komparatif.16
Menurut Nothnagel yang dikutip oleh Ulum, ada dua asumsi yang
melekat pada RBT yaitu resource heterogeneity dan resource immobility.
Resource heterogeneity (juga disebut resource divercity) menyinggung apakah sebuah perusahaan memiliki sumber daya atau kapabilitas yang
juga dimiliki oleh perusahaan lain yang menjadi kompetitornya, sehingga
15Ihyaul Ulum.”
Intellectual Capital: Model Pengukuran, Framework Pengungkapan dan Kinerja Organisas”. (Malang: UMM Press, 2015) h.20
16Sangkala, “
Intellectual Capital Management: Strategi Baru Membangun Daya Saing Perusahaan”.(Jakarta: Yapensi, 2006) h. 11-12
(31)
sumber daya tersebut tidak dapat menjadi suatu keunggulan
bersaing. Sedangkan resource immobility menunjuk pada suatu sumber daya yang sulit didapat oleh kompetitornya karena sulit untuk
mendapatkan atau jika menggunakan sumber daya tersebut biayanya
sangat mahal.17
Barney menyatakan bahwa dalam perspektif RBT, sumber daya
perusahaan meliputi seluruh aset, kapabilitas, proses organisasional,
atribut-atribut perusahaan, informasi, knowledge dan lain-lain yang dikendalikan oleh perusahaan yang memungkinkan perusahaan untuk
memahami dan mengimplementasikan strategi guna meningkatkan
efisiensi dan efektivitas perusahaan. Agar menjadi sumber daya potensial
dalam sustained competitive advantages, maka sumber daya perusahaan harus memiliki empat atribut, yaitu:18
a) Bernilai (value resources)
Sumber daya menjadi berharga ketika mereka
memungkinkan perusahaan untuk memahami atau menerapkan
strategi yang meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Sumber daya
memberikan nilai jika membantu perusahaan dalam memanfaatkan
peluang pasar atau membantu dalam mengurangi ancaman pasar.
17Ihyaul Ulum.”
Intellectual Capital: Model Pengukuran, Framework Pengungkapan dan Kinerja Organisasi”h.21
18
(32)
19
Tidak ada keuntungan dari memiliki sumber daya jika tidak
menambah atau meningkatkan nilai perusahaan.
b) Langka (Rare Resources)
Menurut definisi, sumber daya berharga yang dimiliki oleh
sejumlah besar perusahaan pesaing atau perusahaan yang
berpotensi menjadi pesaing tidak dapat dianggap sebagai sumber
daya keunggulan bersaing ataupun keunggulan bersaing
berkelanjutan. Perusahaan menikmati keunggulan bersaing ketika
menerapkan strategi penciptaan nilai tidak secara bersamaan
dilaksanakan oleh sejumlah besar perusahaan lain. Jika sumber
daya perusahaan tertentu yang berharga dimiliki oleh sejumlah
besar perusahaan, maka setiap perusahaan-perusahaan ini memiliki
kemampuan mengekploitasi sumber daya dengan cara yang sama,
sehingga menerapkan strategi umum yang tidak memberikan satu
perusahaan keunggulan bersaing tertentu.
c) Tidak dapat ditiru (Imperfecy Imitabillity)
Tidaklah sulit untuk melihat bahwa sumber daya berharga
dan langka yang dimiliki organisasi merupakan sumber
keunggulan bersaing. Memang, perusahaan yang memiliki sumber
daya tersebut akan sering membuat inovasi strategis, karena
mereka akan dapat memahami dan terlibat dalam strategi yang
(33)
melaksanakan, karena perusahaan lain tidak memiliki sumber daya
yang relevan.
d) Tidak ada sumber daya pengganti (non-substitutability resources)
Persyaratan terakhir untuk sumber daya perusahaan
menjadi sumber keunggulan bersaing yang berkelanjutan adalah
bahwa tidak boleh ada sumber daya strategis yang setara, baik dari
sisi kelangkaan maupun imitable. Secara umum, nilai strategis dari sumber daya meningkatkan kesulitan untuk menggantikannya.
Semakin tidak terlihat suatu kompetensi, semakin sulit bagi
perusahaan untuk mencari penggantinya dan semakin besar
tantangan bagi para pesaing untuk meniru strategi penciptaan nilai
perusahaan.
Melalui penjelasan tersebut menurut resource-based theory, modal intelektual memenuhi kriteria-kriteria sebagai sumber daya yang mampu
menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan sehingga dapat
menciptakan value added bagi perusahaan. Perusahaan harus menyadari pentingnya pengelolaan modal intelektual yang dimiliki. Apabila kinerja
dari modal intelektual tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal, maka
perusahaan akan memiliki suatu value added yang dapat memberikan suatu karakteristik tersendiri, Sehingga dengan adanya karakteristik
(34)
21
kompetitornya karena mempunyai suatu keunggulan kompetitif yang
hanya dimiliki oleh perusahaan itu sendiri.
B. Intellectual Capital
1. Pengertian Intellectual Capital
Menurut S.Munawir modal adalah hak atau bagian yang
dimiliki oleh pemilik perusahaan yaitu ditunjukkan dalam pos modal,
surplus dan laba ditahan atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya.19 Sedangkan menurut
Riyanto modal dapat diartikan yang bersifat klasik dan non- physical oriented, pengertian modal yang klasik adalah sebagai hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut, sedangkan yang
bersifat non-physical oriented adalah modal yang ditekankan pada nilai, daya beli atau kekuasaan memakai atau menggunakan yang
terkandung dalam barang-barang modal.20
Sedangkan pengertian intelektual dalam kamus besar Bahasa
Indonesia yang berarti cerdas, berakal dan berpikiran jernih
berdasarkan ilmu pengetahuan.21 Istilah intelek menurut Chaplin
berasal dari kata intellect, yang berarti “Proses kognitif berfikir, daya
19Munawir. “
Analisis Laporan Keuangan”.(Yogyakarta:Liberty, 2004)h.19 20 Bambang Riyanto. “
Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan”. (Yogyakarta : BPFE 2010)h.17.
21Depdikbud.”
(35)
menghubungkan serta kemampuan menilai dan mempertimbangkan
dan kemampuan mental atau inteligensi”.22
Definisi mengenai modal intelektual menurut Stewart,seperti
dikutip oleh Ulum mendefinisikan modal intelektual adalah jumlah
dari semua orang diperusahaan yang memberikan keunggulan
kompetitif di pasar, yaitu materi intelektual-pengetahuan, informasi,
kekayaan intelektual, pengalaman yang dapat dimanfaatkan untuk
menciptakan kekayaan.23
Ada beberapa definisi mengenai modal intelektual menurut
beberapa ahli dikutip oleh Ikhsan:24
a. Modal intelektual bersifat ekslusif, tetapi sekali ditemukan dan dieksploitasi akan memberikan organisasi basis sumber baru
untuk berkompetisi dan menang (Bontis, 1996).
b. Modal intelektual merupakan istilah yang diberikan untuk mengkombinasikan intangible assets dari pasar, intellectual property, infrastruktur dan pusat manusia yang menjadikan suatu perusahaan dapat berfungsi (Brooking, 1996).
c. Modal intelektual merupakan aset berbasis pengetahuan dalam perusahaan yang menjadi kompetensi inti perusahaan yang
22Soeparwoto.”
Psikologi Pengembangan”.(Semarang: UPT MKK UNNES,2005)h.52. 23Ihyaul Ulum. “Intellectual Capital Konsep dan Kajian Empiris”
. (Yogyakarta: Graha Ilmu. 2009) h.19
24 Arifin Ikhsan. “
Akuntansi Sumber Daya Manusia; Suatu Tinjauan Penilaian Modal Manusia”. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), h.85
(36)
23
dapat mempengaruhi perkembangan daya tahan dan
keunggulan perusahaan. (Heng, 1996)
d. Modal intelektual adalah hasil dari proses tranformasi pengetahuan atau pengetahuan itu sendiri, yang
ditranformasikan ke dalam aset yang bernilai bagi perusahaan
(Mark Valentine St.Leon, 1996)
Pengertian modal intelektual tidak hanya terkait dengan materi
intelektual yang terdapat di dalam diri karyawan perusahaan seperti
pendidikan dan pengalaman. Modal intelektual juga terkait dengan
materi atau aset perusahaan yang berbasis pengetahuan, atau hasil dari
pentransformasian perngetahuan yang dapat berwujud aset intelektual
perusahaan. Aset intelektual tersebut dapat berupa informasi, loyalitas
pelanggan, paten, brand equity, database.25 Dari berbagai pengertian yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut di atas, definisi yang
dapat digunakan dalam memahami modal intelektual di dalam strategi
pengelolaan modal intelektual yaitu sumber daya organisasi yang
berbasis pengetahuan dan menjadi dasar kompetensi organisasi untuk
dapat hidup, berkembang dan bernilai bagi perusahaan.
25Sangkala, “Intellectual Capital Management”.
(37)
2. Komponen intellectual capital
Pemahaman terhadap komponen-komponen modal intelektual
menjadi sangat penting mengingat komponen-komponen tersebut
merupakan aset utama yang akan menjadi dasar bagi perusahaan
membangun daya saing. International Federation of Accountants (IFAC, 1998) mengkalisifikasikan intellectual capital dalam tiga kategori yaitu :26
a. Human Capital
Human Capital didefinisikan sebagai kemampuan yang dimiliki anggota organisasi untuk digunakan dalam proses
penciptaan aset intelektual. Modal manusia tercermin didalam lima
dimensi yaitu pendidikan, pelatihan, pengalaman, kompetensi dan
komitmen. Beberapa ahli menyatakan bahwa peran modal manusia
dalam modal intelektual sangat penting, karena proses penciptaan
modal pelanggan (customer capital) berada pada komponen modal manusia dan kemudian dibantu oleh modal struktur. Modal
manusialah yang berinteraksi dengan para pelanggan, yang
mengetahui apa pengetahuan, keterampilan dan nilai yang
diharapkan pelanggan.27
26Ihyaul Ulum,”Intellectual Capital: Konsep dan Kajian Empiris”.
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009)h. 29
27Sangkala. “Intellectual Capital Management “.
(38)
25
Perusahaan seyogyanya memberikan perhatian terhadap
dimensi pengetahuan maupun perbedaan aktivitas value creation
dalam kaitannya dengan modal manusia psebagai sumber energi
keunggulan bagi perusahaan. Kebijakan-kebijakan sumber daya
manusia dan juga praktek manajemen tidak harus memperlakukan
karyawan sama, karena karyawan pada dasarnya membutuhkan
arahan, pengelolaan, pengasuhan yang berbeda-beda.28
b. Structural Capital atau Organizational Capital (Modal Organisasi)
Structural Capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan untuk
menghasilkan kinerja bisnis yang optimal secara keseluruhan,
meliputi : sistem operasional, teknologi, hak cipta, hardware, softwared, data base. Menurut Stewart peranan dari modal struktural adalah mengumpulkan, mengorganisir, memperbaiki dan
mendistribusikan pengetahuan yang ada secara lebih efisien. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa ada dua tujuan utama peranan
yang harus diberikan oleh modal struktural, yaitu :29
- Pertama, menyusun “body of knowledge” yang dapat ditranfer, dapat dipelihara atau dapat mempertahankan
resep-resep/pedoman yang mungkin bisa hilang.
Resep-resep/pedoman tersebut bisa saja berupa resep
menjalankan proses bisnis, teknologi yang digunakan
28
Ibid, h. 46
29
(39)
dapat berfungsi sebagai sarana untuk menemukan,
memproses dan menyebarkan pengetahuan maupun
praktek-praktek terbaik yang pernah dilakukan ke
seluruh perusahaan.
- Kedua, Menghubungkan orang-orang dengan data, para ahli dan keahlian termasuk body of knowledge . Berbagai sarana yang dapat dipergunakan untuk
mempercepat aliran pengetahuan di dalam perusahaan
misalnya, penggunaan sistem komputerisasi yang
terintegritas, yang dapat diakses ke seluruh perusahaan,
menyediakan data para pesaing, konsumen, profil
perusahaan, laporan dari penjualan para pemasar, dll.
Data tersebut harus senantiasa diperbaharui,
terintegritas dengan seluruh unit perusahaan serta dapat
diakses dengan mudah.
Seorang individu yang dapat memiliki tingkat intelektual
yang tinggi, tetapi jika organisasi memiliki sistem dan prosedur
yang buruk maka modal intelektual tidak dapat mencapai kinerja
secara optimal dan potensi yang ada tidak dapat dimanfaatkan
(40)
27
c. Relational/ Customer Capital30
Relational Capital dapat diartikan sebagai relasi-relasi dengan para pelanggan dan prospeknya. Elemen ini merupakan
komponen modal intelektual yang memberikan nilai secara nyata.
Modal ini dapat diukur berdasarkan keuntungan yang diperoleh
dari pelanggan. Oleh karena itu, Brinker mendefinisikan modal
pelanggan sebagai hubungan dengan orang yang dilakukan tidak
hanya berarti kepada klien dan pelanggan, tetapi juga kepada
pemasok sehingga hubungan ini seringkali disebut dengan model
realsional.
Menurut Abeysekera, berbagai macam aspek dari relational capital perlu mendapatkan perhatian untuk dikelola sehingga dapat menciptakan nilai bagi perusahaan antara lain; merk, market share,
kepuasan pelanggan, nama perusahaan, saluran distribusi, lisensi.
Perusahaan harus mampu menciptakan barang dan jasa yang
berbeda dan memiliki nilai lebih dimata konsumen. relational capital juga meliputi kemampuan mengidentifikasi pasar yang ingin di bidik dan memprediksikan perusahaan dalam pasar. Hal ini
dapat tercipta melalui pengetahuan karyawan yang diproses dengan
modal struktural yang akhirnya menghasilkan hubungan yang baik
dengan pihak luar.
30
(41)
Dalam penelitian ini komponen intellectual capital hanya diklasifikasikan sebagai human capital dan structural capital. Relational capital tidak dilakukan penguji karena adanya keterbatasan data di dalam laporan keuangan dan pengukuran yang
digunakan.
3. Value Added Intellectual Capital (VAIC™)
Metode Value Added Intellectual Capital (VAIC™)
dikembangkan oleh Ante Pulic pada tahun 1998 yang didesain untuk
menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan asset tidak berwujud (intangible asset) yang dimiliki perusahaan. (VAIC™) merupakan instrument untuk mengukur kinerja intellectual capital perusahaan. Definisi Pulic tentang efisiensi disini adalah menghasilkan nilai tambah sebesar
mungkin dengan menggunakan sumber daya yang ada.31
Pulic (2004) seperti yang dikutip oleh Hasna Fatimah
menjelaskan bahwa sebuah konsep penting dalam metode VAIC™ adalah corporate intellectual ability, yaitu efisiensi penciptaan nilai total yang disebabkan oleh penggunaan modal intelektual dan modal
fisik didalam lingkungan bisnis. Asumsi dasarnya adalah modal
intelektual tidak dapat beroperasi sendiri tanpa dukungan modal fisik
(temasuk financial capital). Singkatnya, corporate intellectual ability
31Ihyaul Ulum, “
Intellectual Capital Konsep dan Kajian Empiris, (Yogyakarta : Graha ilmu,2009) h.87
(42)
29
yang diukur dengan VAIC™ adalah sebuah indikator dari seluruh efisiensi atau kemampuan dari sebuah perusahaan untuk menggunakan
total modal intelektual dan modal fisik didalam menciptakan value
bagi perusahaan.32
Semakin tinggi koefisien VAIC™ maka semakin tinggi value
yang diciptakan dengan jumlah modal intelektual dan modal fisik yang
sama. Parameter utama dari VAIC™ ini adalah value yang diciptakan dan sumber daya yang menciptakan value tersebut, yaitu modal intelektual dan modal fisik. Modal intelektual sendiri mempunyai dua
komponen yaitu human dan structural capital.33 Modal konseptual VAIC™ dapat dilihat pada Gambar 2.1
Gambar 2. 1 Model Konseptual VAIC™
Model VAIC™ dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). Value added adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai.VA dihitung sebagai
32Hasna Fatimah,”
Analisis Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Perusahaan di Indonesia.” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,2012)
33Ihyaul Ulum, “
Intellectual Capital : Model Pengukuran, Framework Pengungkapan dan Kinerja Organisasi”. (Malang; UMM Press,2015)h. 107
Physical Capital
Intellectual Capital
Structural Capital Human
Capital Financial
Capital Capital
(43)
selisih antara output dan input. Outputs (OUT) merepresentasikan
revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dijual di pasar. Inputs (IN) mencakup seluruh beban yang digunakan dalam
memperoleh revenue. Hal penting dalam model ini adalah bahwa beban karyawan (labour expenses) tidak termasuk dalam IN. Karena peran aktifnya dalam proses value creation, intellectual potential
(yang direpresentasikan dengan labour expenses) tidak dihitung sebagai biaya. Karena itu, aspek kunci dalam model Pulic’s adalah memperlakukan tenaga kerja sebagai entitas penciptaan nilai (value creating entity). 34
Secara ringkas, value added (VA) dihitung sebagai selisih antara nilai output dan input.
Dimana:
OUT = Output: total penjualan dan pendapatan lain.
IN = Input: beban penjualan dan biaya-biaya lain (selain beban karyawan)
34
(44)
31
VA dipengaruhi oleh efisiensi dari tiga jenis input yang dimiliki perusahaan, antara lain: 35
a. Value Added Human Capital (VAHU)
Value Added Human Capital mengindikasikan berapa besar kemampuan tenaga kerja untuk menghasilkan nilai bagi
perusahaan dari dana yang telah dikeluarkan untuk tenaga kerja
tersebut. Hubungan VA dan HC mengindikasikan kemampuan dari
HC untuk menciptakan nilai di dalam perusahaan. Semakin banyak
value added dihasilkan dari setiap rupiah yang dikeluarkan oleh perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan telah mengelola
sumber daya manusia secara maksimal sehingga menghasilkan
tenaga kerja berkualitas yang pada akhirnya akan meningkatkan
kinerja keuangan perusahaan. Konsisten dengan pandangan para
penulis IC lainnya, Pulic berargumen bahwa total salary and wage cost adalah indikator dari HC perusahaan.
Rumus VAHU adalah sebagai berikut :
b. Value Added Capital Employed (VACA)
Value Added Capital Employed (VACA) menggambarkan seberapa banyak value added yang dihasilkan dari satu unit modal
35
(45)
fisik yang digunakan. Perusahaan akan terlihat lebih baik dalam
memanfaatkan Capital Employed (CE)-nya jika 1 unit dari CE menghasilkan return lebih besar daripada perusahaan lain.
Kemampuan perusahaan dalam mengelola CE dengan baik
merupakan bagian dari intellecctual capital perusahaan tersebut. Rumus VACA adalah sebagai berikut :
c. Structural Capital Value Added (STVA)
Structural Capital Value Added (STVA) menunjukkan kontribusi structural capital (SC) dalam penciptaan nilai. STVA mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1
rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan
SC dalam penciptaan nilai. Menurut Pulic yang dikutip Ulum, SC
bukanlah ukuran yang independen sebagaimana HC, SC dependen
terhadap value creation. Lanjutnya menjelaskan semakin besar kontribusi HC dalam value creation, maka akan semakin kecil kontribusi SC dalam hal tersebut.
Rumus STVA adalah sebagai berikut:
(46)
33
keterangan:
Structural Capital diperoleh dari = Value added– Beban gaji Rasio terakhir dalam menghitung kemampuan intelektual
perusahaan dengan menjumlahkan koefisien-koefisien yang telah
dihitung sebelumnya. Hasil penjumlahan tersebut diformulasikan
dalam indikator baru yang unik, yaitu VAIC™.
VAIC™ = VACA + VAHU + STVA
Untuk dapat dilakukan pemeringkatan terhadap sejumlah
perbankan, hasil perhitungan VAIC™ dapat diranking berdasarkan skor yang dimiliki. Ulum telah merumuskan untuk memberikan
kategori dari hasil perhitungan VAIC, yaitu36 :
Tabel 2 1 Kategori VAIC
Nilai VAIC Kategori
Diatas 3,00 Top Performance
2,0 – 2,99 Good Performance
1,5 – 199 Common Performance
Dibawah 1,5 Bad Performance
Sumber: Ihyaul Ulum,2015
Keunggulan metode Pulic adalah karena data yang dibutuhkan
relatif mudah diperoleh dari berbagai sumber dan jenis perusahaan.
Data yang dibutuhkan untuk menghitung berbagai rasio tersebut
36
(47)
adalah angka-angka keuangan yang standar dan umum tersedia dari
laporan keuangan perusahaan.
C. Pengertian Bank Syariah dan Bank Konvensional
Sebelum membahas pengertian Bank Syariah dan Bank
Konvensional, maka terlebih dahulu membahas pengertian perbankan
secara umum. Menurut Kasmir pengertian bank yaitu lembaga keuangan
yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat serta
memberikan jasa bank lainnya.37 Kemudian menurut Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November tentang
perbankan, bahwa perbankan adalah:38
“Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak”.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Bank merupakan
perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan yang mempunyai tiga
kegiatan utama yaitu menghimpun dana masyarakat (funding), menyalurkan dana masyarakat (lending) dan memberikan jasa bank lainnya (service)
37
Kasmir. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers. 2011. h.11
38Ismail “
(48)
35
1. Pengertian Perbankan Syariah
Undang-undang Perbankan Syariah No.21 Tahun 2008
menyatakan bahwa perbankan syariah adalah segala sesuatu yang
menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses melaksanakan
kegiatan usahanya. Menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah
(BUS), unit usaha syariah (UUS) dan bank pembiayaan rakyat syariah
(BPRS).39 Pada umumnya yang dimaksud dengan Bank Syariah adalah
bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan bunga. Definisi
bank syariah lainnya adalah lembaga keuangan/perbankan yang
operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan Al-Quran dan
Hadits Nabi Muhammad SAW. Lembaga ini memiliki usaha pokok
yang memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan
dengan prinsip-prinsip syariat islam.40
Bank dengan prinsip syariah dijelaskan pada pasal 1 butir 13
Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang perbankan adalah sebagai
berikut41:
39Bank Indonesia, “UU Perbankan Syariah” dokumen diakses pada tanggal 25 Juni 2016
dari http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/uu-bi/Documents/UU_21_08_Syariah.pdf
40
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h.1
41
Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia,” Perubahan UU 7-1992 Tentang Perbankan”dokumen di akses pada tanggal 25 Juni 2016 dari http://peraturan.go.id/uu/nomor-10-tahun-1998.html
(49)
“Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau
pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan
sesuai dengan prinsip syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan
prinsip bagi hasil (Mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (Musyarakah), prinsip jual beli (Murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni
tanpa pilihan (Ijarah) atau dengan adanya pemindahan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (Ijarah Wa Itiqna)”. 2. Pengertian Bank Konvensional
Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 Bank
Konvensional adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran.
Dalam menjalankan suatu usaha atau setiap kegiatan tentu
harapan yang pertama kali diinginkan adalah memperoleh keuntungan.
Dalam menentukan harga dan mencari keuntungan, bank yang
berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode, yaitu42 :
- Menetapkan bunga sebagai harga untuk produk simpanan seperti giro, tabungan, maupun deposito. Demikian pula untuk produk
pinjamannya (kredit juga ditentukan berdasarkan tingkat suku
42Kasmir. “
(50)
37
bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah Spread Based.
- Untuk jasa-jasa bank lainnya, pihak perbankan menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau prosentase tertentu.
System pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah Fee Based.
Bunga bank yang berdasarkan prinsip konvesional dapat
diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank kepada nasabah
yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan
sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki
simpanan) dan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah
yang memperoleh pinjaman).
Dalam kegiatan perbankan berdasarkan konvensional ada 2
macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya, yaitu : Pertama
adalah bunga simpanan yaitu bunga yang diberikan sebagai
rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uang di
bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank
kepada nasabahnya, seperti giro, bunga tabungan serta bunga deposito
dan harga ini bagi bank merupakan harga beli. Kedua adalah bunga
pinjaman yaitu bunga yang diberikan kepada para peminjam atau
harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank seperti
bunga kredit dan harga ini bagi bank merupakan harga jual.43
43
(51)
Sistem bunga dalam bank konvensional yaitu dengan
penentuan besarnya prosentase suku bunga yang dibuat pada waktu
akad dengan pedoman harus selalu untung untuk pihak bank, jumlah
pembayaran bunga tidak mengikat meskipun jumlah keuntungan
berlipat ganda saat keadaan ekonomi sedang baik, eksistensi bunga
diragukan kehalalannya oleh semua agama termasuk agama islam dan
pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa
mempertimbangkan proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah
untung atau rugi.
D. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Beberapa perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional
antara lain44:
1. Investasi
Bank syariah dalam menyalurkan dananya kepada pihak pengguna
dana, sangat selektif dan hanya boleh menyalurkan dananya dalam
investai halal. Perusahaan yang melakukan kerja sama usaha dengan
bank syariah, haruslah perusahaan yang memproduksi barang dan jasa
yang halal. Bank syariah tidak akan membiayai proyek yang
terkandung di dalamnya hal-hal yang diharamkan dalam Islam.
Sebaliknya, bank konvensional tidak mempertimbangkan jenis
investasinya, akan tetapi penyaluran dananya dilakukan untuk
44Ismail. “
(52)
39
perusahaan yang menguntungkan, meskipun menurut syariah islam
tergolong produk yang tidak halal.
2. Return
Return yang diberikan oleh bank syariah kepada pihak investor, dihitung dengan menggunakan sistem bagi hasil, sehingga adil bagi
kedua pihak. Return yang diberikan atau di terima oleh bank syariah
akan berfluktuasi, sangat tergantung pada hasil usaha yang
dilaksanakan oleh mitra usaha baik bank maupun nasabah. Sebaliknya,
dalam bank konvensional return yang diberikan maupun yang diterima dihitung berdasarkan bunga. Bunga dihitung dengan mengalikan antara
persentase bunga dengan pokok pinjaman atau pokok penempatan
dana, sehingga hasilnya akan tetap.
3. Perjanjian
Perjanjian yang dibuat antara bank syariah dan nasabah baik nasabah
investor maupun pengguna dana sesuai dengan kesepakatan
berdasarkan prinsip syariah. Sebaliknya, perjanjian yang dilaksanakan
antara bank konvensional dan nasabah adalah menggunakan dasar
hukum positif.
4. Orientasi
Orientasi bank syariah dalam memberikan pembiayaannya adalah
falah dan profit oriented. Bank syariah memberikan pembiayaan semata-mata tidak hanya berdasarkan keuntungan yang diperoleh atas
(53)
kemakmuran masyarakat. Aspek sosial kemasyarakatan menjadi
pertimbangan bagi bank syariah dalam menyalurkan dananya kepihak
pengguna dana. Bank konvensional akan memberikan kredit kepada
nasabah bila usaha nasabah menguntungkan.
5. Dewan Pengawas
Dalam bank syariah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang
bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produk agar sesuai
dengan garis-garis syariah.
6. Penyelesaian Sengketa
Perbedaan penyelesaian atau perselisihan antar bank maka dalam bank
syariah, kedua belah pihak yang berselisih tidak menyelesaikannya
melalui pengadilan negeri tetapi menyelesaikannya sesuai dengan tata
cara dan hukum materi syariah. Lembaga yang mengatur hukum
materi dan berdasarkan prinsip syariah di Indonesia dikenal dengan
nama Badan Arbitrase Muamalah Indonesia.
E. Produk/Jasa Bank Konvensional dan Bank Syariah
Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan
pokok perbankan. Sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa bank lain
hanyalah merupakan pendukung dari kedua kegiatan diatas.
1. Produk/Jasa Bank Konvensional
Produk penghimpunan dana dalam bentuk simpanan giro, tabungan
dan deposit. Penyaluran dana dapat berbentuk kredit investasi, kredit
(54)
41
misalnya jasa menerima setoran (seperti pembayaran pajak, listrik, air
dll) , kliring, valuta asing dan lainnya.
2. Produk/Jasa Bank Syariah
a. Penyaluran Dana Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi kedalam
empat kategori, yaitu45:
- Prinsip jual beli
prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya
perpindahan kepemilikan barang. Tingkat keuntungan bank
ditentukan didepan dan menjadi bagian harga atas barang yang
dijual. Meliputi : Murabahah, Salam dan Istishna
- Prinsip Sewa (Ijarah)
Transaksi Ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi,
pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli,
tapi perbedaannya pada objek transaksinya. Bila pada jual beli
objeknya adalah barang, pada ijarah objeknya transaksinya
adalah jasa.
- Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Prinsip ini adalah suatu konsep yang meliputi tata cara
pembagian hasil usaha antara penyedia dan pengelola dana.
Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara bank dengan
penyimpanan dana maupun antara bank dengan nasabah
45 Adiwarman Karim. “Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan”.
Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2013. h.97
(55)
penerima dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini
adalah mudharabah dan musyarakah. Perbedaan yang esensial dari mudharabah dan musyarakah terletak pada besarnya kontribusi atas manajemen dan keuangan. Pada mudharabah
modal hanya berasal dari satu pihak sedangkan musyarakah
modal berasal dari kedua belah pihak.
- Akad Pelengkap
Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya
diperlukan juga akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak
ditujukan untuk mencari keuntungan, tapi ditujukan untuk
mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Meskipun tidak di
tujukan untuk mencari keuntungan, namun boleh untuk
meminta pengganti biaya-biaya yang dikelurkan dalam
melaksanakan akad ini. Akad pelengkap ini adalah akad
tabarru’ seperti : Hiwalah (Alih Utang-Piutang), Rahn (Gadai), Qardh, Wakalah (Perwakilan) dan Kafalah (Garansi
Bank).
b. Penghimpunan Dana
Penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro,
tabungan dan deposito. Prinsip operasional yang diterapkan dalam
menghimpun dana masyarakat adalah46:
- Prinsip Wadiah
46
(56)
43
Prinsip wadiah yang diterapkan adalah wadiah yad-dhamanah
yang diterapkan pada produk rekening giro. Wadiah yad-dhamanah, pihak yang dititipi (bank) bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta
titipan tersebut.
- Prinsip Mudharabah
Dalam menerapkan prinsip mudharabah, penyimpan atau
deposan bertindak sebagai shohibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib (pengelola). Prinsip mudharabah ini diaplikasikan pada produk tabungan berjangka dan deposito
berjangka.
c. Jasa Perbankan
Selain melaksanakan fungsinya sebagai intermediasi
(penghubung) antara pihak yang membutuhkan dana dengan pihak
yang kelebihan dana, bank syariah dapat pula melakukan berbagai
pelayanan jasa perbankan kepada nasabah dengan mendapat
imbalan berupa sewa atau keuntungan. Jasa perbankan antara lain :
Sharf (Jual beli valuta asing), Kliring, Inkaso, Transfer dan lain-lain.47
47
(57)
F. Hipotesis
Dalam Penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. : Tidak terdapat perbedaan Value Added Capital Employed (VACA) antara Bank Syariah dan Bank Konvensional.
: Terdapat perbedaan Value Added Capital Employed
(VACA) antara Bank Syariah dan Bank Konvensional.
2. : Tidak terdapat perbedaan Value Added Human Capital
(VAHU) antara Bank Syariah dan Bank Konvensional.
: Terdapat perbedaan Value Added Human Capital
(VAHU) antara Bank Syariah dan Bank Konvensional.
3. : Terdapat perbedaan Structural Capital Value Added
(STVA) antara Bank Syariah dan Bank Konvensional.
: Terdapat perbedaan Structural Capital Value Added
(58)
45
G. Review Studi Terdahulu
Untuk mendukung materi dalam penelitian ini, beberapa penelitian
terdahulu yang menjadi acuan dan berhubungan dengan penelitian ini
diantaranya:
Tabel 2. 2 Review Studi Terdahulu No Nama penulis/
judul penelitian/tahun Substansi Perbedaan dan persamaan dengan penulis
1. Ihyaul Ulum MD/ Intellectual Capital Performance Sektor Perbankan di Indonesia/ Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.10, No.2. November 2008
Jurnal tersebut bertujuan untuk mengestimasi dan menganalisis Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) dalam pengukuran kinerja yang berbasis pada nilai atas perusahaan perbankan di Indonesia selama tiga tahun, 2004-2006. Hasil penelitian menyatakan bahwa pada tahun 2004 dan 2006 secara umum kinerja perusahaan perbankan di Indonesia masuk dalam kategori good performers sedangkan pada tahun 2005 kinerjanya turun menjadi common performers.
Perbedaan :
Jurnal milik Ihyaul Ulum bertujuan untuk mengestimasi dan menganalisis Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) dalam pengukuran kinerja yang berbasis pada nilai atas perusahaan perbankan. Sedangkan penelitian saya menganalisis komponen Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) yang dimiliki perbankan syariah dan perbankan
konvensional
kemudian melakukan uji beda menggunakan uji independent sample t-test.
(59)
Persamaan :
Penelitian ini menggunakan variabel yang sama yaitu intellectual capital dan memberikan kategori untuk setiap bank berdasarkan Business Performance Indicator (BPI)
2. Agnes Utari dan Y.Anni Aryani/
“Intellectual Capital dan Keunggulan Kompetitif (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur versi Jakarta Stock Industrial
Classification- JASICA). Jurnal Akuntansi dan Keuangan,Vol.15, No.1 Mei 2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan penciptaan nilai dan efisiensi kapital intelektual (IC) antara perusahaan dengan keunggulan kompetitif
berkelanjutan dan
takberkelanjutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan dalam penciptaan nilai atas aset yang diproksikan dengan Value Added
Intellectual Coefficient (VAIC™)
dan nilai efisiensi IC yang diproksikan dengan Intellectual Capital Efficiency (ICE) antara dua kelompok perusahaan yang diujikan.
Perbedaan:
Perbedaan terletak pada objek penelitian, dimana jurnal Agnes Utari dan Y.Anni melihat adakah perbedaan intellectual capital pada objek industri yang masuk dalam kelompok perusahaan dengan keunggulan kompetitif berkelanjutan dan takberkelanjutan. Sedangkan penelitian saya melihat adakah perbedaan intellectual capital pada bank syariah dan bank konvensional.
Persamaan:
Penelitian ini menggunakan variabel
(60)
47
yang sama yaitu intellectual capital dan melakukan uji beda menggunakan uji independent sample t-test
3. Novie Erawati
Suwiji/ “Analisis Perbedaan Modal Intelektual Antar Indusrti: Perbankan, Telekomunikasi dan Manufaktur”/ Skripsi S1 Fakultas Ekonomi,
Universitas Widya Mandala Katolik Surabaya,2016
penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris perbedaan modal intelektual antar industri yaitu industri perbankan, telekomunikasi, dan manufaktur dengan dua metode yaitu VAIC™ dan content analysis. Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat perbedaan modal intelektual antar industri perbankan, telekomunikasi, dan manufaktur dengan metode content analysis. Sedangkan metode VAIC™ hanya membuktikan bahwa terdapat perbedaan modal intelektual antar industri perbankan dan manufaktur. Hasil analisis metode VAIC™ membuktikan bahwa industri manufaktur memiliki modal intelektual yang lebih tinggi dibanding kedua industri lainnya. Sedangkan metode content analysis membuktikan bahwa industri telekomunikasi memiliki modal intelektual yang lebih tinggi dibanding industri perbankan dan manufaktur
Perbedaan :
Perbedaan terletak pada objek penelitian, dimana penelitian milik Novie Erawati melihat adakah perbedaan intellectual capital pada objek industri perbankan, telekomunikasi dan manufaktur.
Sedangkan penelitian saya melihat adakah perbedaan intellectual capital pada bank syariah dan bank konvensional.
Persamaan :
Penelitian ini menggunakan variabel yang sama yaitu intellectual capital dan melakukan uji beda menggunakan uji independent sample t-test
4. Mavridis D.G/ The Intellectual Capital
Penelitian ini dilakukan pada industri perbankan di Jepang
(61)
Performance Of The Japanese Banking Sector/ Journal of Intellectual Capital, Vol. 5, No. 3, 2004.
selama periode 1 April 2000-31 Maret 2001. Jumlah sampel sebanyak 141 bank terdiri dari 9 city banks, 64 bank regional, 57 bank anggota asosiasi keduaa dari regional bank, 8 trust banks dan 3 long term credit banks. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model VAIC yang oleh Mavridis disebut sebagai Best Practice Index (BPI). Hasil penelitian Hasil penelitian ini adalah kelompok top ten best performance adalah bank-bank miskin dari kelompok the second association regional banks (SARB)sementara seluruh bank dalam kelompok the long term credit banks.
Jurnal miliki Mavridis bertujuam untuk mengestimasi dan menganalisis VAIC pada nilai perusahaan perbankan. Penelitian saya menganalisis komponen VAIC yang dimiliki perbankan syariah dan perbankan konvensional
kemudian melakukan uji beda menggunakan uji independent t-test.
Persamaan:
Penelitian ini menggunakan variabel yang sama yaitu intellectual capital dengan metode perhitungan VAIC 5. Firrer dan Williams/
Intellectual Capitak and Traditional Measures of Corporate
Performance/Journal of Intellectual Capital, Vo.4, No.3, 2003.
Penelitian ini dilakukan pada 75 perusahaan publik di Afrika Selatan dari empat IC intensive industry sectors, yaitu perbankan, elektrikal, teknologi informasi dan jasa. Data yang digunakan adalah laporan keuangan tahun 2001. Variabel independennya adalah VAIC, sementara variabel dependennya adalah profitabilitas, produktivitas dan nilai perusahaan. Hasilnya penelitian ini menunjukkan bahwa physical capital
Perbedaan:
Penelitian ini menganalisis pengaruh VAIC terhadap kinerja perusahaan. Penelitian saya menganalisis komponen VAIC yang dimiliki perbankan syariah dan perbankan konvensional
kemudian melakukan uji beda menggunakan
(62)
49
merupakan faktor yang paling signifikan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan di Afrika Selatan.
uji independent t-test.
Persamaan:
Penelitian ini menggunakan variabel yang sama yaitu intellectual capital dengan metode perhitungan VAIC Sumber : Kumpulan Penelitian Terdahulu
(1)
Negative -.108 -.133 -.189
Kolmogorov-Smirnov Z .761 .943 1.337
Asymp. Sig. (2-tailed) .609 .336 .056
LAMPIRAN 4: Uji Independent t-test
Tabel Independent Samples tes
Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. T Df Sig.
(2-tailed)
Mean Differenc
e
Std. Error Differen
ce
95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
VACA Equal variances assumed
18.205 .000 .094 48 .926 .00360 .03830 -.07340 .08060
Equal variances not assumed
.094 31.851 .926 .00360 .03830 -.07442 .08162
VAHU Equal variances assumed
7.330 .009 -7.276 48 .000 -1.21840 .16745 -1.55508 -.88172
Equal variances not assumed
-7.276 36.221 .000 -1.21840 .16745 -1.55793 -.87887
STVA Equal variances assumed
28.050 .000 -5.944 48 .000 -.21600 .03634 -.28907 -.14293
Equal variances not assumed
(2)
Value Added Intellectual Capital (VAIC) Tahun 2011
No Nama Bank OUT IN VA HC CE SC VACA VAHU STVA VAIC
1 MUAMALAT 1,591,842 596,298 995,544 410,355 2,067,401 585,189 0.48 2.43 0.59 3.50
2 BSM 3,247,516 992,094 2,255,422 964,094 3,073,264 1,291,328 0.73 2.34 0.57 3.65
3 BRIS 679,865 354,623 325,242 302,475 966,676 22,767 0.34 1.08 0.07 1.48
4 BNIS 1,723,739 787,404 936,335 680,033 2,169,662 256,302 0.43 1.38 0.27 2.08
5 PANIN S 478,670 156,980 321,690 149,560 4,526,090 172,130 0.07 2.15 0.54 2.76 6 MANDIRI 35,359,306 9,545,550 25,813,756 6,766,471 59,179,143 19,047,285 0.44 3.81 0.74 4.99 7 BRI 40,203,051 8,384,780 31,818,271 8,700,847 49,820,329 23,117,424 0.64 3.66 0.73 5.02 8 BCA 24,050,073 5,709,610 18,340,463 5,204,359 42,027,340 13,136,104 0.44 3.52 0.72 4.68 9 BNI 20,797,289 6,091,841 14,705,448 5,042,161 37,843,024 9,663,287 0.39 2.92 0.66 3.96 10 CIMB 10,188,511 3,002,768 7,185,743 2,227,739 18,369,491 4,958,004 0.39 3.23 0.69 4.31
(3)
LAMPIRAN 6 : Data
Value Added Intellectual Capital (VAIC) Bank Syariah dan Bank Konvensional Tahun 2012Value Added Intellectual Capital (VAIC) Tahun 2012
No Nama Bank OUT IN VA HC CE SC VACA VAHU STVA VAIC
1 MUAMALAT 1,924,895
701,953 1,222,942 546,874 2,457,989 676,068 0.50 2.24 0.55 3.29
2 BSM 4,088,120 1,415,453 2,672,667 973,160 4,180,691 1,699,507 0.64 2.75 0.64 4.02
3 BRIS
979,877
418,785
561,092
323,283 1,068,564
237,809 0.53 1.74 0.42 2.68
4 BNIS
1,484,994
483,227
1,001,767 644,458 1,950,000
357,309 0.51 1.55 0.36 2.42
5 PANIN S
948,830
104,750
844,080 199,060 4,876,660 645,020 0.17 4.24 0.76 5.18 6 MANDIRI 41,591,486 10,867,312 30,724,174 8,045,716 70,651,187 22,678,458 0.43 3.82 0.74 4.99 7 BRI 44,873,498 9,885,485 34,988,013 9,605,547 64,881,779 25,382,466 0.54 3.64 0.73 4.91 8 BCA 27,613,956 7,203,422 20,410,534 6,154,966 51,897,942 14,255,568 0.39 3.32 0.70 4.41 9 BNI 23,904,804 7,161,237 16,743,567 5,577,867 43,525,291 11,165,700 0.38 3.00 0.67 4.05 10 CIMB 12,424,529 3,174,762 9,249,767 2,881,704 22,651,912 6,368,063 0.41 3.21 0.69 4.31
(4)
LAMPIRAN 7 : Data
Value Added Intellectual Capital (VAIC) Bank Syariah dan Bank Konvensional Periode 2013Value Added Intellectual Capital (VAIC) Tahun 2013
No Nama Bank OUT IN VA HC CE SC VACA VAHU STVA VAIC
1 MUAMALAT
2,609,940
913,158 1,696,782 754,058 4,291,093 942,724 0.40 2.25 0.56 3.20
2 BSM 4,647,564 1,564,234 3,083,330 1,192,402 4,861,999 1,890,928 0.63 2.59 0.61 3.83
3 BRIS 1,111,030
526,325
584,705
400,267 1,698,128
184,438 0.34 1.46 0.32 2.12 4 BNIS
1,193,890
422,597
771,293 461,512 1,304,680
309,781 0.59 1.67 0.40 2.66
5 PANIN S 1,377,500
480,670
896,830 353,750 5,259,950 543,080 0.17 2.54 0.61 3.31 6 MANDIRI 50,089,269 14,120,374 35,968,895 9,431,337 88,790,596 26,537,558 0.41 3.81 0.74 4.96 7 BRI 52,454,730 10,148,784 42,305,946 12,231,994 79,327,422 30,073,952 0.53 3.46 0.71 4.70 8 BCA 33,725,807 9,782,526 23,943,281 6,864,614 63,966,678 17,078,667 0.37 3.49 0.71 4.58 9 BNI 28,499,185 8,488,810 20,010,375 6,083,878 47,683,505 13,926,497 0.42 3.29 0.70 4.40 10 CIMB 12,740,501 3,265,949 9,474,552 3,229,054 25,886,687 6,245,498 0.37 2.93 0.66 3.96
(5)
LAMPIRAN 8 : Data
Value Added Intellectual Capital (VAIC) Bank Syariah dan Bank Konvensional Periode 2014Value Added Intellectual Capital (VAIC) Tahun 2014
No Nama Bank OUT IN VA HC CE SC VACA VAHU STVA VAIC
1 MUAMALAT 3,352,238
975,558 2,376,680 858,067 3,550,563 1,518,613 0.67 2.77 0.64 4.08
2 BSM 4,348,988 1,585,772 2,763,216 1,359,776 4,936,978 1,403,440 0.56 2.03 0.51 3.10
3 BRIS 1,145,232
622,745
522,487
447,030 1,707,843
75,457 0.31 1.17 0.14 1.62 4 BNIS
966,485
356,880
609,605 317,073 1,187,218
292,532 0.51 1.92 0.48 2.92
5 PANIN S 264,191
73,328
190,863 54,735 1,076,317 136,128 0.18 3.49 0.71 4.38 6 MANDIRI 56,500,809 14,526,320 41,974,489 10,848,031 104,844,562 31,126,458 0.40 3.87 0.74 5.01 7 BRI 60,741,275 12,548,853 48,192,422 14,166,422 97,705,834 34,026,000 0.49 3.40 0.71 4.60 8 BCA 41,372,709 11,960,682 29,412,027 8,670,906 75,725,690 20,741,121 0.39 3.39 0.71 4.49 9 BNI 31,748,624 7,979,300 23,769,324 6,781,041 61,021,308 16,988,283 0.39 3.51 0.71 4.61 10 CIMB 12,819,379 3,549,241 9,270,138 3,281,221 28,447,694 5,988,917 0.33 2.83 0.65 3.80
(6)
LAMPIRAN 9 : Data
Value Added Intellectual Capital (VAIC) Bank Syariah dan Bank Konvensional Periode 2015Value Added Intellectual Capital (VAIC) Tahun 2015
No Nama Bank OUT IN VA HC CE SC VACA VAHU STVA VAIC
1 MUAMALAT
2,853,894
1,086,909 1,766,985 924,521 3,928,411 842,464 0.45 1.91 0.48 2.84
2 BSM 4,460,851 2,720,520 1,740,331 1,370,215 5,613,739 370,116 0.31 1.27 0.21 1.79
3 BRIS 1,527,770
628,340
899,430
509,098 2,339,812
390,332 0.38 1.77 0.43 2.59
4 BNIS
757,137
209,891
547,246 183,764 1,076,677
363,482 0.51 2.98 0.66 4.15
5 PANIN S 312,989
117,017
195,972 76,656 1,155,491 119,316 0.17 2.56 0.61 3.33
6 MANDIRI 66,878,851 16,377,888 50,500,963 12,376,655 119,491,841 38,124,308 0.42 4.08 0.75 5.26 7 BRI 70,688,808 14,676,538 56,012,270 16,599,158 113,127,179 39,413,112 0.50 3.37 0.70 4.57 8 BCA 47,876,172 15,490,549 32,385,623 9,728,509 89,369,421 22,657,114 0.36 3.33 0.70 4.39
9 BNI 35,258,238 9,144,064 26,114,174 7,365,834 78,438,222 18,748,340 0.33 3.55 0.72 4.60